Joyland Jakarta 2024 Mempertahankan Kenyamanan Berfestival
Joyland Jakarta 2024 sukses berlangsung selama tanggal 22-24 November 2024 lalu di Stadion Baseball Gelora Bung Karno, Jakarta. Selama 3 hari, para pengunjung menghabiskan akhir pekan mereka tidak hanya dengan menyaksikan barisan penampil yang dinanti, namun juga berbagai aktivitas yang disuguhkan acara.
Tahun ini, Plainsong Live selaku penyelenggara melakukan beberapa perubahan yang bagi kami cukup menambah kenyamanan Joyland Jakarta 2024. Perubahan seperti panggung Lily Pad yang diletakkan di area belakang membuat alur menyaksikan penampil dari 2 panggung besar, Joyland Stage dan Plainsong Live Stage lebih searah, sehingga tidak perlu jalan jauh.
Shrooms Garden dan Cinerillaz yang tahun lalu agak berjauhan pun tahun ini dibuat berdampingan, tepatnya di sebrang area White Peacock. Bicara soal White Peacock, nampaknya Joyland memberikan perhatian khusus untuk area tersebut di tahun ini.
Area Tennis Indoor yang tahun lalu merupakan Green Room penampil sehingga membuat wilayah tersebut sangat eksklusif, tahun ini disulap jadi White Peacock, di mana semua orang bisa masuk, menikmati suasana, bermain bersama keluarga, atau hanya sekadar mencari udara segar mengingat suhu ruangan yang sangat dingin.
Rasanya hampir bosan untuk menyematkan predikat ‘festival ternyaman’ pada Joyland, namun harus diakui semua yang dilakukan tahun ini benar-benar membuat para pengunjung tidak hanya dimanjakan selera musiknya, namun juga seluruh aspek dalam berfestival.
Berikut adalah rangkuman keseruan Joyland Jakarta 2024 selama 3 hari.
Hari Pertama
Setibanya di Joyland hari pertama, saya sempat khawatir dengan rintik hujan yang turun. Meskipun tidak terlalu kencang, namun cukup untuk membuat kepala merasa tak nyaman dengan hujaman-hujamannya. Untung saja hujan di hari itu tidak berlangsung lama, sehingga kekhawatiran tersebut langsung hilang. Lagipula, Joyland dan hujan rasanya sudah seperti 2 hal yang tidak bisa dipisahkan bukan?
Di hari ini kami berksempatan bincang dengan beberapa personel White Shoes & The Couples Company yaitu John Navid, Aprimela Prawidiyanti, dan Ricky Surya Virgana. Alasan menemui mereka karena tahun ini, WSATCC dipercaya Joyland untuk mengkurasi musisi yang tampil di area Lily Pad, baik itu di panggungnya maupun Plainsong Bar yang ada di seberang panggung tersebut.
John membuka wawancara dengan bercerita bagaimana awal mula ia dan rekan-rekannya mendapatkan kepercayaan sebagai kurator penampil Lily Pad. Sang drumer menjelaskan, penawaran tersebut datang langsung dari Ferry Dermawan selaku Program Director Joyland Festival.
“Waktu itu pas lagi di Joyland Bali, Ale, Ricky, sama Rio lagi di pre-party, lagi launching merchandise dan nge-DJ. Habis itu si Ferry ngobrol ke mereka menawarkan, gimana kalau Lily Pad diambil alih oleh White Shoes,” kata John.
Ricky menambahkan, saat mendapatkan tawaran tersebut, ia dan rekan-rekannya memberikan catatan bahwa White Shoes & The Couples Company bersedia jika diberikan kepercayaan penuh sebagai kurator.
“Kami mau tapi full kami semua, jadi enak ngaturnya. Terus Ferry setuju, ya udah,” ujar Ricky.
Sederet musisi lokal seperti Drizzly, Prontaxan, The Cottons, The Panturas, sampai Teenage Death Star pun dipercaya WSATCC untuk mengisi panggung Lily Pad. Tak lupa juga, mereka menyuguhkan penampilan musisi internasional di sana seperti Khun Narin Electric Phin Band, The 5,6,7,8’s, dan Idiotape.
Sang pemain kibor, Mela menjelaskan proses pemilihan nama-nama tersebut sebagian besar berdasarkan koneksi mereka saat menjajal panggung-panggung di berbagai benua. Barisan penampil itu pun dirasa menarik oleh WSATCC saat menyaksikan mereka tampil di negara-negara tersebut.
“Mereka memiliki keunikan yang bagus dan spirit yang kami kagumi juga,” jelasnya.
Berbagai tantangan dalam pengkurasian pun sempat dialami oleh band, mulai dari band incaran mereka yang ternyata sudah bubar, sampai masalah-masalah administratif. Untuk syarat pemilihan pertama, WSATCC sangat mengedepankan penampilan sang musisi harus menarik untuk tampil di Joyland.
Selain menarik untuk ditonton, mereka juga mengutamakan musisi-musisi yang fleksibel dari sisi riders, sehingga akhirnya terpilih lah nama-nama yang tampil di Lily Pad selama 3 hari.
Di hari pertama Lily Pad, kami cukup tertarik dengan Drizzly, band muda dari Sidoarjo yang menjadi band pembuka di Lily Pad. Meski saya pribadi baru saja menyaksikan mereka di sebuah acara di Bandung seminggu sebelum Joyland, ternyata tidak ada salahnya menyaksikan band ini lagi karena memang pembawaan di panggung dan tentunya lagu-lagu mereka yang menyenangkan untuk didengarkan.
Dari situ lanjut ke Plainsong Live Stage yang menampilkan .Feast, band yang baru saja menelurkan album anyar Membangun & Menghancurkan bulan Agustus lalu. Cukup kaget saat mendapatkan fakta bahwa tahun ini merupakan pertama kalinya .Feast tampil di Joyland. Di hari yang sama saat tampil di Joyland, bertepatan juga dengan perilisan video lirik untuk lagu “Langitruntuh” yang ada di album terbaru.
Saat hari sudah mulai malam, The SIGIT jadi incaran tontonan selanjutnya, mengingat beberapa waktu lalu sang drumer, Acil Armando yang memutuskan untuk pamit dari band tersebut. Sayup-sayup terlihat Ravel dari Monkey To Millionaire mengisi posisi penggebuk drum The SIGIT saat tampil di Plainsong Live Stage.
The SIGIT juga sempat membawakan lagu terbaru mereka yang belum dirilis bertajuk “Hateful Mind” di kesempatan tersebut.
Hari pertama kami tutup dengan berjoget bersama Prontaxan di Plain Song Bar. Meski tidak lama menyaksikan mereka karena harus segera pulang mengumpulkan tenaga untuk hari kedua Joyland 2024.
Hari kedua
Hujan yang cukup deras di hari kedua membuat saya agak terlambat tiba di Joyland 2024, sehingga tidak bisa menyaksikan penampilan The Cottons yang dijadwalkan main pukul 16:00 WIB. Meski begitu, saya sempat berbincang dengan 2 personel The Cottons, Yehezkiel Tambun dan Kaneko Pardede usai mereka tampil dan bertanya tentang kondisi saat di panggung.
“Setengah jam sebelum manggung itu hujan deras, tapi surprisingly jam 15:55 berhenti,” ucap Yehezkiel yang disambut pujian Kaneko untuk pawang hujan acara.
Beberapa saat sebelum berjumpa dengan The Cottons, saya yang saat itu numpang lewat di Joyland Stage sempat menghentikan langkah karena Sigmun sedang tampil. Di momen itu, band sudah di penghujung penampilan dan sedang membawakan lagu “Devil In Disguise”.
Saya pun cukup menikmati momen singkat menyaksikan Sigmun di Joyland, sembari pikiran, ‘Udah lama juga gak nonton Sigmun ya,’ memenuhi kepala.
Salah satu penampilan yang juga paling ditunggu di Joyland tahun ini adalah The Panturas yang membawakan materi baru dari album mini Galura Tropikalia yang dilepas Jumat (22/11), sehari sebelum mereka unjuk gigi di Joyland.
Mereka pun tampak cukup all out dalam membawakan materi-materi segar dari sang album seperti saat Acin yang menari seperti kesurupan saat membawakan “Talak Tilu” dan “Jimat”. Meski begitu, saya sempat punya harapan bahwa band asal Jatinangor ini akan memboyong Doel Sumbang, musisi Sunda ternama yang memang jadi kolaborator di lagu “Jimat”. Mungkin lain kali ya, The Panturas.
Tidak hanya menyaksikan panggung untuk ‘orang-orang dewasa’, hari kedua Joyland juga kami isi dengan menyaksikan beberapa penampilan di White Peacock Stage.
Di sore hari ada Tiny Tunes bersama MALIQ & D’Little Essentials, di mana MALIQ membawakan lagu-lagunya dengan instrumen sederhana di hadapan penonton-penonton cilik. Tentunya di kesempatan tersebut hadir pula orang tua dari anak-anak tersebut yang juga menikmati penampilan MALIQ dengan format seperti itu.
Kami juga sempat menyaksikan penampilan dari Highscope Choir, paduan suara yang dibimbing oleh Mela ‘WSATCC’. Jika biasanya kita melihat Mela memainkan kibor dan sesekali menyanyi di panggung, kali ini para penonton di sana bisa menyaksikan Mela sebagai konduktor paduan suara tersebut.
Hari ketiga
Tiba juga di hari terakhir Joyland Jakarta 2024. Tentu saja, kami langsung menyaksikan penampilan Teenage Death Star yang meski sudah berkali-kali tampil di berbagai festival, namun perdana beraksi di Joyland.
Seperti yang diharapkan keseruan yang cukup ugal-ugalan ala TDS memang tidak bisa dihindari. Area Lily Pad yang 2 hari sebelumnya diperuntukkan pada mereka yang ingin bersantai sambil mendengarkan musik, seketika menjadi ‘medan perang’ selama 1 jam penampilan TDS.
Berbagai aktivitas gila yang dilakukan TDS hari itu antara lain bagi-bagi uang ke penonton, turun panggung untuk berdansa bareng penonton, dan mengajak salah satu penonton untuk bermain gitar di salah satu lagu.
Tidak banyak aksi musisi lokal di panggung yang kami saksikan di Joyland hari ketiga. Namun, kami sempat mengikuti salah satu kegiatan di White Peacock yang menampilkan Sal Priadi membacakan buku cerita kepada anak-anak di sana.
Dikenal dengan karakternya yang cukup dekat dengan teater, Sal mampu membawakan cerita dalam buku dengan ekspresi yang tepat sehingga anak-anak di sana tersihir dengan cerita yang ia bawakan.
Meski bukan penampil lokal terakhir yang tampil di Joyland, namun Jeslla adalah musisi lokal terakhir yang kami simak. Untuk saya pribadi, rasanya cukup lama tidak mendengar kabar atau bahkan menyaksikan penampilan duo beranggotakan Gabriella Putri dan Jesslyn Juniata. Meski begitu, saat keduanya ditemui untuk wawancara, mereka membantah hal tersebut dengan menegaskan bahwa mereka cukup sering tampil di beberapa acara gigs dan festival beberapa bulan ke belakang.
Perbincangan Pophariini bersama Jeslla yang lebih lengkap kami simpan untuk artikel yang bakal dirilis beberapa waktu mendatang. Jadi nantikan.
Perhelatan Joyland Jakarta tahun ini bisa dibilang semakin menguatkan predikat ‘festival ternyaman’ yang sudah melekat di benak para penyuka musik Indonesia. Selain itu, nama-nama internasional yang dipilih untuk pergelaran tahun ini nampaknya cukup memuaskan bagi mereka yang menantikannya atau bahkan baru menyaksikannya di Joyland.
Sebut saja betapa ramainya panggung saat penampilan Blueboy, AIR, Real Estate, Bombay Bicycle Club, dan masih banyak lagi. Untuk saya pribadi juga cukup menikmati penampilan MONO dari Jepang yang saya lewatkan penampilannya 2 tahun lalu di sebuah festival, namun akhirnya terbayar di Joyland.
Terima kasih atas persembahannya tahun ini, Joyland Festival. Kami semua sudah siap untuk datang di Joyland tahun depan, baik itu di Bali atau Jakarta.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wawancara Eksklusif Ecang Live Production Indonesia: Panggung Musik Indonesia Harus Mulai Mengedepankan Safety
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pophariini masih banyak menghadiri dan meliput berbagai festival musik di sepanjang tahun ini. Dari sekian banyak pergelaran yang kami datangi, ada satu kesamaan yang disadari yaitu kehadiran Live Production Indonesia. Live …
Daftar Label Musik Independen dari Berbagai Kota di Indonesia 2024
Berbicara tentang label musik tentu bukan hal yang asing lagi bagi siapa pun yang berkecimpung di industri ini. Mengingat kembali band-band yang lekat dengan label raksasa sebagai naungan, sebut saja Dewa 19 saat awal …