Wawancara Eksklusif Dimas Pradipta Sum It! Studio: Cita-cita Masa Kecil Arsitek, Besar Jadi Arsitek Suara

Dec 28, 2024

Di kalangan pendengar, sosok Dimas Pradipta mungkin tidak familiar. Namun jika melihat keterangan kredit lagu-lagu populer, namanya banyak tersemat di layanan streaming musik. 

Melihat unggahan Instagram Sum It! Studio miliknya, Dimas yang terlibat dalam penggarapan berbagai karya musik di tahun ini berhasil masuk kategori dan mendapatkan penghargaan. Di antaranya untuk single Bernadya “Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan”, Mahalini “Mati-Matian”, for Revenge “Sadrah”, .Feast “Konsekuens”, dan masih banyak lagi.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Dimas Pradipta (@dimaspradipta)

 

Selain banyak terlibat dalam pembuatan karya musisi-musisi, khususnya tahun ini, Dimas juga menjalani karier solo dengan pernah menghasilkan album penuh yaitu TnD (2015) kolaborasi bersama Tommy Pratomo yang masuk nominasi AMI 2016 dan album terakhirnya berjudul Extension (2021).

Dimas sebagai musisi solo juga pernah dinominasikan dalam kategori Artis Jazz Instrumentalia Terbaik di tahun 2019 dan 2023.

 

 

Pophariini memutuskan untuk melakukan sesi wawancara dengan Dimas Pradipta karena sangat mengapresiasi keberadaannya, bagaimanapun ia bisa dibilang sudah terlibat di penggarapan lebih dari 1.000 lagu Indonesia. Kami menanyakan seputar perjalanan sebagai drumer session berbagai musisi sampai bagaimana ia membangun Sum It! Studio di tahun 2011.

 

 

Di balik kesuksesan Dimas Pradipta, ternyata sang Ayah merupakan sosok yang mengubah cara pandang atau kehidupannya untuk terus berada di musik. Simak perbincangan lengkap kami di bawah ini.


 

Apa cita-cita lo waktu kecil?

Waktu kecil gue bercita-cita jadi seorang arsitek karena Bapak seorang arsitek. Little did I know, ternyata besarnya jadi arsitek suara.

 

Bagaimana proses lo belajar musik sampai menemukan apa yang lo paling ingin tekuni?

Waktu kecil gue banyak banget les alat musik. Piano, drum, gitar, sampai akhirnya di umur 5 masuk ke sekolah musik namanya IYO (Indonesian Youth Orchestra). Di situ belajar baca not sampai ikut konser orkes pertama di kelas 5 SD, main perkusi, dan end up jadi anggota Twilite Youth Orchestra. Perjalanan musik gue has been very spiritual, seperti layaknya banyak orang.

Waktu decide pengin fully main musik orang tua pun sempet yakin gak yakin, but thank God mereka bisa percaya gue dan cukup gila memberikan kepercayaan kepada gue dan ultimately thank God, Dia buka jalan untuk ketemu orang-orang yang tepat. Dari bisa punya kesempatan sekolah di Musicians Institute (MI), California, sampai lulus S1 di UPH (Universitas Pelita Harapan) dengan gelar cum laude, main session sampai sekarang ada di sini. It’s a crazy journey, tapi Dia selalu baik sama kehidupan musik gue.

 

Ceritakan awal karier lo di industri musik dan akhirnya mendirikan Sum It! Studio!

Gue memulai berkarier sebagai session player. Banyak ikut lomba mempertemukan gue ke beberapa tokoh yang sangat punya influnce besar ke karier dan hidup gue. Di awal, gue ketemu Alm. Om Benny Likumahuwa sampai akhirnya ketemu anaknya, Barry Likumahuwa yang jadi partner main dan partner banyak hal selama hampir 15 tahun terakhir.

Nikita Dompas yang memberi kesempatan gue di awal untuk menjadi drumer Andien di tahun 2009-2011, dan of course banyak banget orang yang ngajak seperti Mas Tohpati, Bu Dian HP, Mas Addie MS, Koh Aminoto Kosin, yang juga ngasih gue kesempatan bisa main dan belajar.

Di tahun 2011, gue merasa cukup stagnan sampai gue merasa butuh untuk do something di luar berkarier sebagai seorang drummer atau session player. Pembicaraan singkat dengan Barry Likumahuwa (thank God ngobrol sama dia karena kalau gak it would be a very different story) membuat gue punya keberanian untuk bikin studio tanpa punya pengalaman atau ngerti. Alhasil dengan modal tabungan hasil main sebesar 15 juta, gue decide membeli interface dan mik untuk bisa rekam drum sendiri, and the rest is history.

 

Sebagai produser musik, drumer, dan engineer. Apa yang menjadi prioritas utama lo dalam menjalani pekerjaan ini?

⁠Integrity, be responsible, and honesty. Ketiga itu mungkin hal yang menurut gue sulit dicari di era yang segalanya super instant. Tapi gue percaya kalau kita sebagai manusia hidup dalam proses, and each day we grow to be better, dan gue percaya musik salah satu hal yang bisa amplify the real in you. Your music can never be as great as your ownself.

 

Siapa sosok yang mengubah cara pandang atau kehidupan lo untuk terus berada di musik?

My Dad is my hero. Mungkin gue waktu muda gak paham isi kepalanya, tapi makin besar gue makin bersyukur dia keras dan strict soal prinsip. Waktu gue decide mau berkarier di musik, gue belajar dengan Mas Budhy Haryono dan Mas Rayendra Sunito. Gue respect banget sama mereka karena mereka dengan senang hati membuka waktu dan ilmu mereka saat gue bertanya. Dan of course, Alm. Om Benny Likumahuwa, gue spend hampir 10 tahun bermain di belakang beliau. Kalau ada hal yang gue pelajari adalah syukuri talenta yang sudah Tuhan kasih dengan bisa jadi berkat untuk orang sekitar.

 

Banyak musisi yang memercayai lo untuk penggarapan karya mereka. Apa yang menjadi pertimbangan lo setiap menerima sebuah tawaran?

No. 1 deadline. Gue selalu bersyukur banyak dipercaya oleh teman-teman untuk menjadi bagian dari karya musik mereka. Tapi kadang kita hidup di tengah deadline yang kadang gak masuk akal karena gue masih menganggap tiap lagu atau karya itu craft yang harus diolah pakai rasa, and it takes time. Sebagai engineer gimana caranya gue seefisien mungkin bisa mengolah dengan baik karena ujung-ujungnya orang dengar lagunya yang keluar dari sound system yang mereka dengar, mereka gak peduli gue pakai apa (yang peduli biasanya sesama engineer). This is still a craft. Kalau mobil mungkin ini (Mercedes) Maybach, everything is drawn, design, and finished using hand. That’s the kinda craft I would like people to listen and hope feel too.

 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms

Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan.     Album Asian Palms …

Yella Sky Sound System Rayakan 1 Dekade Lewat Album Mini The Global Steppers

Unit dub kultur sound system asal Jakarta, Yella Sky Sound System merayakan satu dekade eksistensi lewat perilisan album mini terbaru bertajuk The Global Steppers (20/12). Dipimpin oleh produser sekaligus selektor Agent K, album mini …