DOM 65, Strap Gitar Putus, dan Fortuna yang Harus Pensiun

Pagi yang terik pukul 10, rombongan DOM 65 menenteng alat musiknya untuk dibawa menuju Stadion Mandala Krida. Alat tersebut ditenteng dengan berjalan kaki karena stadion dengan rumah mereka hanya berjarak 200 meter. Agenda manggung band street-punk asal Yogyakarta ini berbeda dengan panggung-panggung sebelumnya. Mereka akan manggung di acara Team Launching & Friendly Match PSIM Yogyakarta yang dibarengi pertandingan melawan Deltras Sidoarjo.
Sabtu 24 Agustus 2024, DOM 65 akan membawakan lagu “Fortuna”. Sebuah lagu tentang harapan PSIM Yogyakarta untuk promosi ke kasta tertinggi Liga Indonesia. Lagu yang diciptakan 2001 silam ini menemukan mujurnya beberapa bulan kemudian Senin, 17 Februari 2025. PSIM Yogyakarta dipastikan lolos ke Liga 1 setelah berhasil mengalahkan PSPS Pekanbaru dengan skor 2-1. Gol yang dicetak oleh Rafinha dan Roken Tampubolon akhirnya mampu mengantarkan PSIM promosi setelah menunggu selama 18 tahun. Harapan akan dinaungi dewi keberuntungan akhirnya terkabul.
Daerah Istimewa Yogyakarta di Senin sore itu riuh. Kembang api serta suar semua diletuskan di Tugu Golong Gilig yang terletak di pusat kota. Bendera biru pun berkibar gagah meski Jogja sedang diguyur hujan rintik-rintik. Ramai orang memakai seragam biru yang merupakan baju kebesaran PSIM Yogyakarta. Jalanan di kota ini menjadi dipenuhi dengan puluhan ribu manusia yang rindu klub tersayang untuk bisa naik kasta. Dan Senin itu macet bukan karena ramai orang bekerja, melainkan berpesta pora.
Kembali pada Sabtu sore 24 Agustus 2024. Saya turut menemani rombongan street-punk ini untuk manggung pertama kali di dalam Stadion Mandala Krida. Mereka dijadwalkan hanya memainkan 5 lagu yang dibagi pada 3 sesi. Sesi pertama sebelum pertandingan, sesi kedua adalah half time, dan sesi terakhir untuk akhir pertandingan. Pada sesi pertama mereka membawakan tembang andalan yaitu “Gento Kates”, “30 Tahun Pengangguran”, dan “Mapazolam”. Pada pertengahan babak, mereka menyanyikan “Fortuna” dan ditutup oleh cover version lagu anthem PSIM yaitu “Aku Yakin Dengan Kamu”.

DOM 65 saat manggung di Team Launching & Friendly Match PSIM, Sabtu 24 Agustus 2024 / Dok. Dicki Akbar Zulkarnaen
Band berlogo heina ini naik panggung tepat pukul 14.00 WIB. Sambil diiringi maskot Naga Jawa, mereka keluar dari lorong ganti pemain layaknya pemain sepak bola. Komika asal Jogja, Mukti Entut yang saat itu menjadi pembawa acara memanggil mereka, tanda jadwal naik panggung harus terlaksana. Duo Imam Senoaji dan Adnan Darma Kusuma tampil mengenakan jersey baru PSIM yang baru launching. Mereka tampil dengan sound bersih dengan penampilan nyaris sempurna. Cukup berbeda saat menyaksikan pertunjukan mereka di panggung-panggung kecil tempat mereka biasa bermain.
Tampil di depan belasan ribu Brajamusti dan Maident yang duduk di tribun penonton, DOM 65 bermain dengan penuh semangat. Mereka seperti menemukan tempat bermain baru setelah bosan bermain di panggung yang itu-itu saja. Formasi penampilan DOM 65 pada pertunjukan itu adalah Imam Senoaji pada gitar dan vokal, Adnan di bass, dan dibantu oleh Uut Mubarox untuk gitar 2 juga Ramberto ‘Obeth’ Ghozalie untuk posisi drum. Siang menjelang sore itu mereka bermain dengan rapi disambut riuh tepuk tangan suporter sepak bola.
Setelah sesi pertama selesai, DOM 65 kembali ke ruang wasit yang saat itu disulap menjadi backstage. Setelah membereskan alat, para personel DOM 65 beserta krunya pun menyaksikan pertandingan sepak bola tuan rumah melawan Deltras Sidoarjo. Namanya juga pertandingan persahabatan, kurang gereget tentu saja. Di tribun VVIP itu tampak Imam Senoaji menonton bersama anak dan istri. Imam seperti tahu betul bagaimana cara menikmati akhir pekan bersama keluarga.

Imam Senoaji saat Team Launching & Friendly Match PSIM di Mandala Krida pada Sabtu 24 Agustus 2024 / Dok. Dicki Akbar Zulkarnaen
Menjelang babak pertama berakhir, para personel kembali berkumpul di ruang wasit. DOM 65 sedang mempersiapkan untuk bisa memainkan “Fortuna” pertama kalinya di dalam Stadion Mandala Krida. Selepas turun minum, band akhirnya bermain di hadapan 7 ribu lebih PSIM Fans. Mereka menyaksikan para suporter yang bergairah dan sangat berharap klub kesayangannya untuk bisa promosi ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Riuh ramainya penonton sampai membuat stadion itu bergema.
Suara drum mengentak yang membuka “Fortuna” pun tabuh pertanda himne pemberi semangat akan dimainkan. Mereka akan memainkan lagu yang telah diciptakan sejak 2001 lalu. Lagu yang diciptakan saat PSIM masih dalam masa kegelapan dan Mandala Krida belum semegah sekarang. Diketahui bahwa saat diciptakan, Adnan dan Imam menyaksikan PSIM di beton cor tribun lawas Mandala Krida.
Saat “Fortuna” diciptakan, PSIM berlaga di Divisi Satu (sekarang Liga 2) dan hanya ditonton oleh segelintir saja penonton. Tidak ada semangat atau penanda bahwa klub ini bakal bisa bersaing untuk promosi ke Divisi Utama. Namun dengan semangat sebagai warga lokal yang ingin kota tercintanya menjadi lebih baik, terciptalah lagu ini. Lagu ini pun tersebar luas setelah masuk dalam album kompilasi Oi! The Penalty: The Punk Rock Tribute To Football Terraces yang dirilis oleh Realino Records pada 2004.

Kaset Oi! The Penalty: The Punk Rock Tribute To Football Terraces / Dok. nicookada.wordpress.com
“Fortuna” yang sangat ditunggu-tunggu ternyata tidak tampil dengan mulus sebagaimana mestinya. Di tengah lagu, strap gitar milik Imam Senoaji secara tiba-tiba putus. Imam yang menjadi vokalis plus gitar pun menjadi kelabakan. Karena ogah mengecewakan penonton, sang lagu akhirnya dimainkan 2 kali. Terdengar sahutan suara penonton dari tribun yang mengiringi. Himne pembakar semangat ini akhirnya meledak ketika dimainkan kedua kalinya setelah percobaan pertama gagal.
Tidak ada cemoohan atau suara sumbang ketika “Fortuna” yang fenomenal itu sempat mengalami masalah. Yang ada justru malah penonton menjadi menebak-nebak pertanda apa yang sedang terjadi. Seperti pemain togel yang suka menebak peruntungan dengan penanda-penanda alam. Saking lamanya di kasta kedua Liga Indonesia, para pendukung PSIM mungkin menjadi mencoba peruntungan lain dengan membaca penanda yang kurang ilmiah semacam ini.
Ajaibnya adalah ternyata adalah musim ini PSIM bermain seperti dinujumkan pertunjukan DOM 65. Laskar Mataram bermain dengan cukup baik di awal, ada masalah di pertengahan, tapi berujung indah di akhir. Pelatih Seto Nurdiantoro yang awalnya mengomando tim ini harus diistirahatkan dan diganti oleh Erwan Hendarwanto. Penggantian pelatih ini ternyata mujur. Rafinha cs bermain trengginas hingga tak hanya membawa PSIM promosi, melainkan juara Liga 2. Mereka menang di final dengan cukup epik melawan klub dari instansi yang paling disoroti karena kasus Sukatani yaitu Bhayangkara FC.
View this post on Instagram
“Firasat promosi itu ada, tapi kalau juara sangat-sangat tidak kepikiran. Waktu itu kepikirannya bisa promosi ke Liga 1 saja sudah senang. Untuk juara waktu itu sama sekali ndak ada kepikiran. Ketika mainin ‘Fortuna’ di Mandala itu kan strap gitarnya Imam putus, Mas FX Harminanto nyeletuk pertanda apa ini. Nah, serunya itu,” ucap Adnan saat ditemui setelah pertandingan final di Manahan Solo.
Adnan yang adalah pendukung setia PSIM mengungkapkan bahwa penantian warga asli Yogyakarta akhirnya terwujud. Klub yang mereka cintai akhirnya bisa bersanding dengan klub-klub yang turut mewarnai jagat sepakbola nasional. Warga Yogyakarta pun menjadi sangat bahagia dengan promosinya PSIM yang telah dinantikan seusia anak SMA itu. Juaranya PSIM adalah penghibur di warga lokal Yogyakarta di antara peliknya upah rendah dan sempitnya lapangan kerja.
“Kebahagiaan yang sulit kami dapat di Jogja ini. Kota pariwisata tapi kan warlok-nya (warga lokal, red) nasibnya gak baik-baik amat. Jadi PSIM ini ketika juara, promosi ke Liga 1 itu memberikan secercah kebahagian ke kami,” ujarnya.
Atas promosinya PSIM, Adnan pun mengungkapkan ingin memensiunkan lagu “Fortuna”. Lagu yang tentu membawa DOM 65 bisa manggung di panggung lokal hingga festival. Lagu ini menurutnya sudah terlalu tua dan harapan promosinya pun sudah terkabul. Adnan mengaku pencapaian lagu ini untuk bisa mengantarkan PSIM promosi sudah mendapatkan wujudnya. Dari Mandala Krida yang sepi hingga saat ini meriah dengan kebahagiaan orang-orang yang menyaksikan PSIM menjadi sering menang. Lagu ini pun pada 2023 lalu sempat direkam ulang setelah DOM 65 merasa rekaman lawasnya terlalu old school untuk didengarkan oleh pendengar sekarang.
“Pensiunkan ‘Fortuna’ kan memang dari saya bukan dari Imam karena Imam itu orangnya agak pesimis. Ngapain sih dipensiunkan kalau ternyata setahun lagi kita nyanyiin lagi? [tertawa]. Sori saya beda. Saya yakin nih PSIM di Liga 1, walaupun semenjana tapi paling nggak bisa bertahan lah di papan bawah atas dikit,” kata Adnan.
“Dipensiunkan juga mungkin karena bosan kan. Nyanyiin selama bertahun-tahun sampai di rekam ulang lagi. Eh ternyata direkam ulang lagi PSIM promosi dan juara. Alhamdulillah,” tambahnya.

Adnan Darma Kusuma saat Team Launching & Friendly Match PSIM di Mandala Krida Sabtu 24 Agustus 2024 / Dok. Dicki Akbar Zulkarnaen
Entah klenik atau mitos, spirit dari Fortuna ternyata mampu menggerakkan PSIM bisa menemukan akhir yang indah di musim 2024/2025. PSIM bisa menang secara epik di final melawan klub yang paling dibenci pecinta sepak bola nasional dan DOM 65 yang manggung di stadion seperti Metallica di Superbowl. Para punggawa Laskar Mataram dalam setiap pertandingannya musim ini seperti mendapat energi berlebih seperti irama rock lagu “Fortuna”. Para pemain seperti mampu mengartikan lirik “Fortuna” yaitu ‘menuju puncak dengan mengikis lutut’.
Yogyakarta selepas final pada Rabu 26 Februari 2025 di Manahan Solo itu menjadi riuh hingga dini hari. Kemenangan 2-1 atas Bhayangkara FC memberi kebahagiaan luar biasa bagi warga Yogyakarta. Stadion Manahan saat itu pun menjadi penuh dengan pendukung PSIM yang terbukti dengan tiket yang ludes. Perdamaian antara suporter Solo dan Yogyakarta pasca Tragedi Kanjuruhan telah menjadi berkah dengan bisa bertandingnya PSIM di Kota Solo.
Kepulangan PSIM Fans dari Solo tentu dirayakan dengan begitu meriah. Tugu Pal Putih kembali menjadi latar untuk pesta kedua setelah dipastikan lolos. Yah, atas kemenangan itu warga kota seperti menjadi dibuat sedikit lupa tentang masalah renovasi dikorupsi Mandala Krida, sampah menggunung, hingga upah rendah. Sebuah realita yang digambarkan DOM 65 dalam lagu 30 Tahun Pengangguran, Saraf, hingga Apokalip Hari Ini.
Tidak ada harapan muluk-muluk untuk menjadi juara dalam “Fortuna”. DOM 65 hanya ingin klub yang dicintainya bisa promosi ke liga teratas. Tapi harapan itu ternyata berbuah lebih indah dari yang diimpikan. Fortuna yang memiliki arti tentang dinaungi Dewi Keberuntungan akhirnya telah memberi mujur yang tak kunjung hadir selama 18 tahun. Masih menggunakan idiom “Divisi Utama” dalam lirik Fortuna adalah penanda zaman bahwa lagu ini sudah tua.
Selepas final di Manahan Solo, Adnan dan Imam yang merupakan adik kakak itu pulang langsung ke kediaman mereka di West Mandala. Mereka masih terus berbunga-bunga setelah menghadapi satu musim panjang yang happy ending. Sumbangsih mereka kepada PSIM dengan Fortuna-nya telah menemui ujung yang patut dibanggakan. Fortuna telah dipensiunkan di tempat terhormat yang melebihi dari apa yang DOM 65 bayangkan.

Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
LIMOCAT Ungkap Seruan dari Kaum yang Tak Berdaya di Single Perdana
Jakarta Timur kembali melahirkan band baru bernama LIMOCAT yang resmi menandai kemunculan lewat single perdana “Gusti Mboten Sare (Roda Pasti ‘Kan Berputar)” hari Senin (24/02). LIMOCAT yang terbentuk di tahun 2022 saat …
Kluiv Asal Tangerang Selatan Membungkus Pahitnya Cinta di Single Perdana
Penyanyi R&B pendatang baru asal Tangerang Selatan, Kluiv merilis single perdana “Found and Regret” (07/02). Pophariini berkesempatan mewawancarai pria bernama asli Cluiferd ini via WhatsApp (05/03) untuk mengetahui bagaimana perjalanan bermusiknya dan …