Abenk Alter: Play in Progress
Memutuskan untuk bersolo karir di tahun 2014, Abenk Alter kali ini hadir dalam karya seni lainnya. Pada awal Juni sampai dengan akhir Juli 2017 ini, kamu akan menemukan karya seninya di Pop On Plaza, Plaza Indonesia. Melalui self-curated collaborative exhibition bernama Play on Progress, Abenk berkolaborasi dengan beberapa seniman lainnya seperti Ican*Agoesdjam, Muklay & Rebellionik.
Simak obrolan Pop Hari Ini dengan Abenk tentang prosesnya dalam bekerja, antara musik dan melukis, sampai apa yang paling menginspirasinya.
1.Apakah kamu bisa menceritakan tentang diri kamu dan apa yang kamu kerjakan pada pembaca pop hari ini yang mungkin belum mengenal kamu?
Kalau ada satu kata yang mewakili semua aktivitas yang gua lakukan mungkin gua akan sebut diri gua “Artist” atau “Artpreneur” karena semua hal yang gua lakukan dalam mendukung karir dan impian gua pasti/kurang lebih berhubungan dengan seni, baik itu dalam konteks musik sebagai Abenk Alter atau menulis lagu untuk teman musisi lainnya, ataupun dalam konteks Visual (Lukisan, desain).
- Bagaimana proses kamu bekerja?
Belakangan ini, lebih “Nggak mau mikir” sih. Karena sering kali dari pengalaman, satu, kebanyakan mikir bikin nggak happy. Kedua, gua punya satu quote dari sebuah karakter fiksi di sebuah film yang gua suka banget, “The key in writing is to write, not to think”. Atau terjemahan bebasnya, kunci dalam menulis itu ya menulis, bukan berfikir. Dalam konteks ini sering kali kita kebanyakan berfikir dan akhirnya takut untuk berkarya/bekerja.
- Bagaimana pengaruh musik dalam karya-karya kamu? Lebih tepatnya sekarang bagaimana pengaruh visual terhadap karya-karya gua yang lain. Dari melukis gua belajar “the art of not giving a f*uck”, ini kaya semacam terapi dan channeling gua yang kemudian bisa termanifestasi di karya-karya gua dalam medium yang lain termasuk bikin lagu. Gua belajar untuk lebih spontan, nggak terlalu mikir, dan connect ke “rasa” emosi gua.
- Apakah dari kehidupan kamu yang paling menginspirasi dan apakah moment yang paling berharga selama kamu mengerjakan karya-karya kamu?
Momen yang paling menginsiprasi gua dalam kehidupan pribadi maupun karir sejauh ini sih yang pertama, waktu jaman melamar istri tahun 2012 . Kedua, waktu memutuskan untuk memulai semua dari awal menjadi solo artist di tahun 2014. Ketiga, saat perjuangan mendapatkan putri gua Aura Suri dan alhamdulillah dikasih tahun 2015. Keempat, waktu akhirnya menyelesaikan thesis S2 gua yang tertunda 2 tahun dan akhirnya wisuda. Semua moment jadi berharga buat gua dalam berkarya karena seringkai harus “nyelipin” untuk berkarya diantara kesibukan yang lain.
- Bagaimana menurut kamu peran artist dalam masyarakat hari ini?
Peran artist mungkin nggak terlalu mencolok dalam konteks sosial dalam kacamata umum, tapi sebenarnya sangat sangat signifikan. Kita bisa lihat dalam kasus pemilihan pilkada tahun ini, dari kubu masing-masing artist kasih influence yang signifikan.
- Apakah karya seni favorit/yang menginspirasi kamu?
Nggak ada in particular sih kalau secara medium, buat gua kalo gua bisa “konek” dan bagus pasti gua suka, dan mungkin bisa menginspirasi gua untuk berkarya lagi.
- Bisa ceritakan mengenai pameran yang sedang kamu lakukan saat ini?
Ini adalah self-curated collaborative exhibition. Gua menyebutnya begitu, karena ini bukan solo exhibition, tapi gua melakukan semuanya hampir sendiri dari mulai godok ide untuk tema dan judul exhibition, pertimbangan teknis, termasuk memilih seniman-seniman lain yang gua ajak kolaborasi. Judul exhibition-nya “Play in Progress” berangkat dari term “Work in Progress” dan pemikiran mengenai tema itu. Buat gua, satu, kalau kita melakukan sesuatu yang kita suka, mustinya bekerja terasa seperti bermain jadi instead of #WIP, kenapa juga nggak pakai #PIP. “Work” sounds boring buat gua. Kedua, even buat seseorang yang melakukan apa yang di suka pasti ada momen “mandek”, atau “bosen” yang kadang” bikin stress juga, di momen seperti tadi, penting untuk seseorang mengingat alasan awal mereka dan kembali ke kesadaran bermain tadi.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wawancara Eksklusif Ecang Live Production Indonesia: Panggung Musik Indonesia Harus Mulai Mengedepankan Safety
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pophariini masih banyak menghadiri dan meliput berbagai festival musik di sepanjang tahun ini. Dari sekian banyak pergelaran yang kami datangi, ada satu kesamaan yang disadari yaitu kehadiran Live Production Indonesia. Live …
Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar
Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini. …