Album yang Mengubah Hidup: Jimi Multhazam
Di masa pandemi Corona, ada banyak musisi yang sibuk melakukan kegiatannya masing-masing untuk mengisi waktu mereka. Jimi Multhazam pun tak mau ketinggalan.
Frontman The Upstairs dan Morfem ini mengisi waktu dengan beberapa rutinitas. Selain melakukan siaran Live di Instagram, ia juga asyik berkegiatan dengan anak laki-lakinya, sekadar bermain gitar lalu diunggahnya ke feed akun pribadi Instagram- nya.
Terkadang ia terlihat asyik bersepeda. “Sekadar berkeliling” katanya.
Bicara soal album yang mengubah hidup, rasa-rasanya kami belum pernah mengetahui apa sebetulnya album yang berhasil mengubah hidupnya sampai menjadi seperti sekarang ini.
Sekilas kami akan menduga bahwa musisi seperti Bowie atau para garda depan new wave lah yang telah membentuk hidupnya. Namun ternyata ketika menyangkut soal album yang mengubah hidup, anggapan kami salah besar.
Lantas, apa album yang berhasil mengubah hidupnya? Simak pengakuannya di bawah ini.
Album Belum Ada Judul ini kali pertama didengarkan Jimi saat masih duduk di bangku SMA. Ada alasan kuat mengapa ia memilih album ini: Kepiawaian Iwan Fals bermain gitar akustik dan soal penciptaan liriknya.
“Iwan Fals kalau main gitar simpel tapi keren. Permainan harmonikanya juga bukan permainan harmonika yang spesial. Tapi bikin lagu jadi enak. Liriknya ya terutama,” ungkapnya.
Ia juga merasa ketika mendengar lirik-lirik Iwan Fals di album ini, ada semacam visual dari film yang dirasakannya.
“Gue merasakan kalau zaman sekarang itu, lirik Iwan Fals yang Belum Ada Judul ini seperti film yang keras. Gue selalu mendengarkan lagu itu menjadi visual di kepala gue. Ibarat film, Slumdog Millionaire atau film City of God. Kayak dua film itu, keras. Sekeras kehidupan. Lagu ini tentang cinta, ya cinta jalanan, tentang persahabatan, persahabatan di gang kecil dan kumuh. Orang yang terpojok, tersudut,” akunya.
Jimi terkagum-kagum dengan album ini. Di usianya saat itu, ia baru pertama kali mendengarkan lagu-lagu yang hanya dimainkan hanya dengan gitar akustik. Namun memiliki lirik yang tajam.
“Iwan Fals memang terbiasa dengan lirik-lirik seperti ini. Tapi ini beda dengan rilisan-rilisan dia sebelumnya. Gue merasa wah bahasa Indonesia dengan empati yang sebesar ini, dampaknya ke orang yang dengar luar biasa yah. Itu yang bikin mengubah hidup gue,” ungkapnya.
Dan ya, saat ditanya lagu mana paling favorit, Jimi tak menjelaskan hanya satu lagu. Namun yang terbaik menurutnya berjudul sama dengan album yaitu “Belum Ada Judul”. Ia dulu biasa mendengarkan album ini dari alat pemutar kaset.
“Dibuka dengan ‘pernah kita sama-sama susah, terperangkap di dingin malam, terjerumus dalam lubang jalanan, digilas kaki sang waktu yang sombong’. Intro-nya saja udah wow gagah. Gue bersama teman-teman gue, Wah goks ya rasanya gitu ya. Ini tentang persahabatan. Ada teman yang meninggalkan dia, trus balik temannya masih terpuruk. Ditampar temannya akhirnya membangkitkan temannya,” kata Jimi.
“Jadi untuk bangkit kembali. Di sini gue merasa kenapa, yang tergambar di kepala gue tentang lagu ini jadi kayak suasana pasar kala malam. Gang-gang sempit, ada rumah. Sewaktu hujan gerimis, dan semua agak becek. Seperti itu yang ada di kepala gue. Pertemanan orang yang rumahnya berdekatan. Ya seperti itu lah. Gue pernah punya teman di daerah seperti itu. Yang akhirnya menjadi bayangan gue, memvisualkan lagu ini seperti itu,”tambahnya.
Lagu-lagu yang diciptakan Iwan Fals cukup dikenal tak jauh dari kritik sosial. Jimi berpendapat, Iwan Fals juga selalu menyisipkan satu lagu cinta di albumnya. Ia langsung memilih “Ya atau Tidak”.
“Itu juga ngehek ya, gagah ya. Ini lagu Iwan Fals tentang cinta ala dia. Dia nggak pernah buat lagu cinta yang menye-menye. Jadi ketika ada lagu yang ‘aku lelaki tak mungkin’. Itu bukan Iwan Fals karena yang bikin bukan dia. ‘Membuatku terluka’ ya gitu kan. Pongki yang bikin ya. Itu gue kecewa banget. Itu bukan Iwan Fals. Iwan Fals nggak seperti itu. Nah, di lagu Ya atau Tidak itu versi dia. Versi dia kalau bikin lagu cinta, ‘bicaralah nona jangan membisu, kamu kan manusia, masak kamu batu’. Kayak mau nembak cewek aja suasananya gitu. Cuma becanda, nyeleneh. Ayo dong, terima apa nggak nih, itu saja. Jreng. Lagu cinta Iwan Fals lagu cinta yang gagah,” katanya.
Lagu favorit lainnya, “Mereka Ada di Jalan” juga mengingatkan Jimi ke masa kecil.
“Jadi ada tanah lapang, semua orang pada main bola. Cuma Iwan Fals bercerita tentang, kenapa anak-anak ini bermain bola tuh harus di tanah lapang, di gedung-gedung yang belum jadi. Kok nggak ada tempat untuk mereka bermain bola? Padahal mereka sangat berbakat gitu. Situasinya kalau yang tergambar di kepala gue, nih Iwan Fals kayak lagi nongkrong di depan lapangan. Kayak dulu tuh banyak lapangan kosong gitu, tanah kosong nggak jelas gitu. Tanah kosong sebelum dijadiin perumahan. Tanahnya merah gitu. Anak kecil pada main bola di situ. Terus dia menyebut anak-anak kecil yang main itu dengan nama-nama pemain bola PSSI zaman dulu. Itu keren kan. ‘Roni kecil, Heri kecil. Gaya samba. Tak-tik tik-tak terinjak paku.’ Wah kayak zaman dulu banget. Itu kalau main bola nyeker. Pake bola plastik, nyeker. Kadang ada yang keinjek paku. Ada yang kepalanya kejedot bocor nangis. Iwan Fals memotret kehidupan Indonesia yang paling humanis di lagu ini. Itu permainan bola. Di zaman itu, gue nggak suka bola. Tapi gue harus main bola biar dapat teman. Terjadi lah di sini. Mereka Ada di Jalan, best,” ceritanya.
Lagu terakhir yang disebutkan Jimi berjudul “Di Mata Air Tidak Ada Mata Air”. Ini lagu yang menurut Jimi liriknya keren. Bahkan ia sempat menyelutuk kalau dikemas dalam format punk rock sepertinya menarik.
“Ada petikan liriknya yang gue suka, ‘tengah lagu suaraku hilang, sebab hari semakin bising, hanya bunyi peluru di udara, gantikan denting gitarku, mengoyak paksa nurani, jauhkan jarak pandangku’. Kalau diterusin lebih gokil lagi tuh, ‘bibirku bergerak tetap nyanyikan cinta, walau aku tau tak terdengar, jariku menari tetap takkan berhenti, sampai wajah tak murung lagi’. Untuk kayak beginian, Iwan Fals masih jagonya,” ungkapnya.
Akhir kata, Jimi menegaskan bahwa Iwan Fals akan lebih powerful kalau cuma main gitar akustik. Ia pun terkenang saat menonton sang legenda di Synchronize Festival 2019.
“Dia bersama musik pengiringnya. Trus dia memainkan sekitar 3 lagu dengan akustik. Beuh itu rasanya luar biasa. Pas dia main sama band, itu tetap keren sih. Tapi tiga pertama itu ketika akustik, dahsyat. Sebenarnya yang kita tunggu dari Iwan Fals. Ya seperti itu. Dia datang dengan gitar akustiknya. Kita dengar liriknya dengan suara dia yang khas. Itu sih yang kita cari. Eh kita cari. Itu sih yang gue cari sebagai fans.”
______
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Sambut Album Perdana, Southeast Rilis Single By My Side
Band R&B asal Tangerang bernama Southeast resmi merilis single dalam tajuk “By My Side” hari Rabu (13/11). Dalam single ini, mereka mengadaptasi musik yang lebih up-beat dibandingkan karya sebelumnya. Southeast beranggotakan Fuad …
Perantaranya Luncurkan Single 1983 sebagai Tanda Cinta untuk Ayah
Setelah merilis single “This Song” pada 2022 lalu, Perantaranya asal Jakarta Utara kembali hadir dengan single baru “1983” (08/11). Kami berkesempatan untuk berbincang mengenai perjalanan terbentuknya band ini hingga kisah yang melatarbelakangi karya terbaru …