Armand Maulana – Sarwa Renjana (EP)
Proyek solo album mini, Sarwa Renjana (EP) ini bisa terdengar sangat berbeda dengan GIGI, tapi sangat kuat menonjolkan karakter seorang, Armand Maulana. Dengan EP berdosis pop dan unsur catchy sekuat ini, saya jadi berpikir, mungkinkah Armand Maulana berpotensi menjadi the next king of pop Indonesia?
Sebelum bergabung dengan GIGI, Armand Maulana telah punya album solo, Kau Tetap Miliku (1993), dan sempat tergabung dengan vokal grup ternama era 90an, Trio Libels. Lalu bersama GIGI sepanjang akhir 90an hingga 2020an jadi pencetak hits di kancah musik pop Indonesia. Bahkan paska GIGI merayakan ulang tahunnya ke 30, Armand Maulana langsung merilis EP dan menunjukan kalau dirinya masih relevan dengan musik Indonesia dengan merilis materi solonya yang menarik.
Dengan lima lagu total 16 menitan, Armand Maulana langsung menunjukan kelasnya sebagai penyanyi dan pencipta lagu. Lagu-lagu tema cinta yang umum bisa dihadirkan dengan diksi dan sudut pandang menarik. Tema menggapai rasa dalam “Jangan Sampai Lepas”, rasa cinta tak terhingga seorang ayah pada anaknya dalam “Surga”. Membagi tema kehangatan cinta ke dalam tiga lagu , “Aku Tempatmu Pulang”, “Senyaman Itu” dan, “Senarai Cinta”.
Musiknya pun terasa baru. Meninggalkan unsur pop-rock di GIGI yang dominan gitar dan memperkaya musiknya dengan instrumen berlapis-lapis. Dari bebunyian keyboard dan synthesizers, seksi tiup dan gesek, serta vokal latar ala musik gospel. Semua dihadrikan dalam balutan musik 80/90an, new wave, soul/R&B yang dihadirkan berkolaborasi dengan produser/gitaris, Ade Avery. Kolaborasi Ade Avery dan Armand Maulana ternyata adalah duet maut. Durasi dan jumlah lagu dalam EP yang singkat terasa jitu. Kelima lagu langsung memikat dari lima detik pertama intro dan bait pertama liriknya.
Dibuka dengan “Jangan Lepas” dengan seksi tiup rumit tapi nge-pop, dibalut musik funk 80an. Liriknya bicara soal pertarungan dan pertaruhan rasa yang tidak bisa semua kita menangkan. Lagu kedua langsung jadi favorit saya. Lagu bertema pelan yang punya groove kuat yang berat ini tidak main-main. Armand bicara tentang surga, tapi bukan soal keindahannya. Justru penolakan dipanggil ke surga namun bisa terdengar puitis. Karena ia ingin lebih lama hidup bersama anak tercintanya. “Aku ingin hidup selamanya / Karna aku cuma mau bersama / Dengan kamu seumur hidupku / Tuhan tolong jangan cepat panggil aku ke surga”.
Formula juga ini diterapkan dalam ketiga lagu lainnya, dan masing-masing terdengar begitu segar. “Aku Tempatmu Pulang” yang bertempo medium punya melodi reff yang sangat mengingatkan pada pola musik pop 90an. “Senyaman Itu” yang Motown-esque 80an dengan pesan romantis yang kuat, dan favorit saya berikutnya, “Senarai Cinta” yang joget-able dan bernuansa positif. Sekali lagi, meski terdengar nge-pop dan mudah lekat di telinga, aransemen musiknya, lirik dan teknik vokalnya tidak main-main.
Kekuatan karakter dan teknik vokal Armand yang khas ini juga berhasil ditampilkan dengan baik. Sebagai salah satu penyanyi terbaik di Indonesia saat ini, Armand berhasil lebih bereksplorasi dengan gaya vokalnya. Meliuk naik-turun, mendaki nada tinggi dan rendah, sambil tetap mempertahankan pengucapan lafal ‘dramatis’ khas Armand Maulana -jangan lupa, Ian Kasella “Radja” itu berusaha keras meniru gaya bernyanyinya.
Yang menarik juga adalah kejelian Armand untuk memilih genre musik 90an yang secara global dan lokal tengah naik daun kembali. Tentunya sebagai orang yang besar di era 90an, hal ini sama sekali bukan masalah baginya.
Kembali ke pertanyaan di awal, mungkinkah Armand Maulana berpotensi menjadi the next king of pop Indonesia? Julukan king of pop Indonesia rasanya masih sulit ditandingin sosok, almarhum Chrisye. Namun Chrisye dan Armand punya kesamaan pola: sama-sama lama di industri pop, awalnya tergabung dalam band, kemudian bersolo karir. Meskipun karier solo Chrisye jauh lebih melesat ketimbang saat di band.
Terlalu cepat untuk menyamakan yang terakhir dengan sosok Chrisye. Namun mengingat eksistensi Armand di industri musik pop sejak tahun 90, eksistensi dan kemampuannya bertahan hingga 30 tahunan dan masih relevan hingga kini di dunia pop, Armand Maulana sudah sah menjadi sebagai salah satu ikon besar musik pop Indonesia.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Menengok Gegap Gempita Ekosistem Musik ‘Pinggiran’ di Kulon Progo
Pinggiran, pelosok, dan jauh, sepertinya tiga kata itu mewakili Kulon Progo. Biasanya, diksi-diksi tersebut muncul dari orang-orang yang tinggal di pusat kota, pokoknya yang banyak gedung-gedung dan keramaian. Diakui atau tidak, Kulon Progo memang …
Perspektif Pekerja Seni di Single Kolaborasi Laze, A. Nayaka, dan K3bi
“Rela Pergi” menjadi single kolaborasi perdana antara Laze, A. Nayaka, dan K3bi via Sandpaper Records (29/11). Tertulis dalam siaran pers bahwa proyek yang diinisiasi sejak pertengahan 2024—usai Laze merilis DIGDAYA dan sebelum …