Babak Roekmana, sudah Usai (oleh: S. Pramudita)

Jul 24, 2024

(16/07/24) Sebuah pesan pendek dari Pophariini muncul di salah satu aplikasi di ponsel saya, sore itu. Saya diminta menulis artikel apapun tentang album Tigapagi Roekmana’s Repertoire. Agak aneh memang. Sebenarnya banyak hal yang mengganggu saya secara pribadi untuk menulis tentang karya (seni) di mana saya terlibat di dalamnya. Apalagi, baru saja saya mencuci seabrek baju anak-anak dan istri, lalu disambung debat panas dengan anak sulung saya mengenai alasan kenapa dirinya harus dikhitan. Belum lagi, ditambah bisingnya grup orang tua murid yang heboh memasuki tahun ajaran baru, lalu ditutup dengan semakin mendekatnya tanggal tenggat waktu berbagai cicilan dan tunggakan. 

Kira-kira hal demikian menyebabkan saya sulit mengingat apa saja yang terjadi belasan tahun silam di balik Roekmana’s Repertoire. Sebenarnya, Anda bisa mudah mencari informasi terkait album ini di mesin pencari pada ponsel Anda. Banyaknya kenangan Anda dengan Roekmana’s Repertoire terbukti dengan kesudian Anda membuka tautan artikel ini bukan? Bisa jadi Anda tahu lebih banyak ketimbang saya tentang album ini. 

Bagi saya, sangat sulit menggali secara rinci memori terkait proses pembuatannya dan apa saja yang terjadi di album tersebut. Namun yang pasti, sekarang rambut di kepala ini sudah ramai dengan warna keperakan. Di lingkar mata Prima Dian (gitaris Tigapagi di Roekmana’s Repertoire) tampak kerutan-kerutan kelelahan. Eko Sakti (gitaris lainnya di Roekmana’s Repertoire) sudah tidak lagi menetap di kota kelahiran kami, Bandung. Kematian kawan-kawan baik kami, Firza Achmar Paloh, Jon Kastela, Marine Ramdhani, Mufti Priyanka, dan yang lainnya menjadi penanda bahwa Roekmana’s Repertoire terjadi sudah cukup silam. 

Presiden sudah ganti berulang. Pesan-pesan non-artistik di album Roekmana’s Repertoire menguap di tengah riuh polarisasi politik, pandemi, krisis ekonomi, festival musik bertiket kemahalan, perlombaan jumlah pengikut media sosial, adu banyak pendengar di layanan penyedia musik digital, viral ini-itu, adu rumit tulis-menulis di dunia ‘jurnalisme musik’ yang entah apa itu. 

Meski demikian, setidaknya saat itu album ini merupakan respons artistik dari sebagian warga biasa-biasa, dari kelas sosial menengah-bawah, terhadap berbagai problematika sosial, seni, budaya, dan mungkin politik. Sayangnya, karena senimannya merupakan warga biasa-biasa dari kelas sosial paling bawah, mereka mau-tak-mau, lebam-lebam babak belur akibat pergulatan kelas agar tetap bisa bertahan hidup dan tetap waras. Waktu sangat gesit menggerogoti berbagai macam hal, termasuk memori tentang repertoar Roekmana. 

Lebih-kurang sepuluh tahun semenjak Roekmana’s Repertoire dirilis, beberapa kawan yang entah dirasuki setan apa, mendorong saya agar menyusun kembali kepingan-kepingan kelelahan itu untuk memugar ulang Tigapagi, dan berhasil meski tidak sesempurna itu. Toh, apa sih yang sempurna? September tahun silam, Konser 10 Tahun Roekmana’s Repertoire, telah digelar di Bandung (30/09/23). Pada Kamis lalu (11/07/24), Roekmana’s Repertoire dirilis secara digital. Pada saat inilah, menjadi penanda, babak Roekmana’s Repertoire sudah usai. 

 

Babak baru Tigapagi dimulai. Achmad Kurnia, Aisyah Sekaranggi, Indra Kusharnandar, memutuskan menjadi tonggak baru tim ensambel rasa rujak ini. Mereka hadir guna menyokong keberlangsungan Tigapagi dalam berkarya. Tidak lama lagi akan lahir karya di babak selanjutnya, nampaknya. 

Formasi Tigapagi terkini: Achmad Kurnia (cello), Aisyah Sekaranggi (vokal, synth), Indra Kusharnandar (kibor, synth, piano), Sigit Pramudita (bas, vokal), Prima Dian Febrianto (gitar) / Dok. Tigapagi

 

Jika Anda bertanya, “Sigit, kenapa masih meneruskan Tigapagi ini?” Terus terang, saya tidak benar-benar tahu alasannya. Kalaupun ada, kadang berubah-ubah. Tergantung suasana hati (dan suasana saldo rekening tentunya). Anda mungkin akan kecewa dengan tulisan ini, tapi saya senang melakukannya.

 

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Ibel dari Jakarta Barat Cerita tentang Penggarapan Single Baru High

Selang 2 tahun dari  perilisan single “Cara Lama”, musisi hip hop Fajar Ibel asal Jakarta Barat kembali dengan yang terbaru berjudul “High”. Di lagu yang dilepas hari Jumat (23/08) ini, Ibel berharap pendengarnya bisa …

Adurusa Asal Lamongan Menandai Kemunculan di Single Ikat

Band dub reggae dengan nuansa musik Jamaika asal Lamongan, Jawa Timur bernama Adurusa menandai kemunculan mereka dengan single bertajuk “Ikat” hari Jumat (23/08). Tema besar lagu ini adalah kisah dua sejoli yang terlibat dalam …