Band-band Bising Kota Sukses Buka Konser Sheila On 7 Tunggu Aku Di
Antara Suara dan GOLDLive Indonesia sukses melaksanakan rangkaian tur Sheila On 7 Tunggu Aku Di (SO7 TAD) 5 kota selama bulan Juli-September 2024. Setelah menghadirkan Cokelat dan Perunggu sebagai pembuka konser SO7 TAD Jakarta, kali ini promotor mengajak Bising Kota Pophariini untuk memilih band yang menjadi pembuka SO7 TAD Samarinda, Makassar, Pekanbaru, Medan, dan Bandung.
Deni Darmawan atau akrab disapa Denboi selaku Program Director Bising Kota Pophariini menceritakan penyortiran band tersebut dilakukan oleh anggota redaksi Pophariini, Gerald Manuel. Saat itu Gerald mengumpulkan 4 band yang berasal dari kota tujuan SO7 TAD, yang memang sudah masuk radar Pophariini lewat pemberitaan di website. Kemudian berlanjut menyerahkan nama-nama ke promotor untuk menentukan siapa. Begitu nama-nama yang terpilih diterima Pophariini, Denboi mengontak satu per satu manajer band Juli 2024.
“Saat menghubungi band-band tersebut ada sedikit gimmick dan surprise ke mereka. Dari semua band yang kami kontak langsung mengiyakan ajakan Bising Kota Pophariini untuk menjadi band pembuka Sheila On 7 Tunggu Aku Di. Setelah mereka bersedia, kami meminta untuk menjaga rahasia perihal informasi akan jadi band pembuka. Jeda waktu dari kami menghubungi mereka sampai hari pengumuman di media sosial memang cukup lama dan tiap band menyepakati hal itu,” kenang Denboi.
Gerald pun angkat bicara mengenai seperti apa kriteria band-band yang masuk daftar kandidat pembuka konser SO7 TAD. “Saat diberi kepercayaan untuk memilih band pembuka Sheila On 7, keselarasan genre musik dengan Duta dkk menjadi poin utama. Selain dari itu, tim juga melihat keaktifan band merilis karya setahun terakhir. Bagaimana presence mereka di media sosial juga kami perhatikan. Seberapa terhubungnya dengan fans, karena menurut kami hal ini menunjukkan keseriusan dalam menjalani band di luar musik yang mereka mainkan,” ungkapnya.
Nama-nama yang dipilih oleh promotor untuk menjadi pembuka konser SO7 di setiap kota adalah Murphy Radio (Samarinda), Kapal Udara (Makassar), Harubisu (Pekanbaru), Circle Path (Medan), Pastel Badge (Bandung), dan Good Morning Everyone asal Semarang dipilih secara khusus untuk mengikuti SO7 TAD di semua kota.
Dalam pelaksanaannya, Bising Kota Pophariini mengajak teman-teman yang berasal dari kota kunjungan SO7 TAD untuk terlibat. Novia Nurdefani (Via), Brandon Hilton Cavalera, Jeffry Mandala, Diego Armando Pratama, dan Andi Gatot Prakoso sebagai Liaison Officer (LO), serta Michael Geraldo Satria, Ryan Herianto, Sigit Sudarmanto, Surya Immanuel, dan Mahesa Ramdhan Putra sebagai fotografer.
Konser SO7 TAD menyediakan Media Center yang nyaman di setiap kota. Berbentuk tenda sarnafil atau menempati ruang yang ada di stadion, pastinya ber-AC, dan menjadi tempat berkumpul rekan-rekan media. Media Center juga menjadi ruang jumpa pers band Bising Kota, GME, dan promotor untuk tanya jawab dengan rekan media di kota tersebut.
Tak terasa perjalanan Bising Kota Pophariini bersama SO7 TAD di 5 kota sudah berakhir. Simak catatan-catatan yang dilengkapi wawancara bersama banyak pihak termasuk Sheila Gank di bawah ini.
Samarinda kota pertama yang mengesankan
Perjalanan Bising Kota Pophariini bersama SO7 TAD dimulai di kota ini. Saya memilih penerbangan dari Bandara Soetta menuju Bandar Udara APT Pranoto hari Jumat, 26 Juli 2024. Tiba di Samarinda langsung mengabari LO Murphy Radio, Via untuk bertemu di tempat menginap.
Tak banyak waktu luang, Via mengantarkan saya ke Major Coffee malam harinya untuk membuat temu janji dengan Michael, fotografer Bising Kota. Major Coffee merupakan kafe milik Soni Adiffa, rekan fotografer yang bakal bertugas untuk Live Avenue (tim dokumentasi foto SO7 TAD tiap kota) di SO7 TAD Samarinda. Setelah memberikan arahan singkat kepada Via dan Michael, kami bertiga singgah di Rumahlapan yang ternyata tempat tinggal pemain bas Murphy Radio, Aldi Yamin.
Hari Sabtu, 27 Juli 2024 adalah panggung SO7 TAD kota pertama. Michael menjemput saya dan Via di hotel untuk menempuh waktu 40 menit ke Stadion Utama Palaran yang terletak di Jl. Stadion Utama Kaltim, Simpang Pasir. Di pertengahan jalan, kami mampir sarapan dan seruput kopi di Warung Kopi Pelabuhan (Abun). Suasana kota lama begitu terasa di tempat ini.
Kami janjian dengan rombongan Murphy Radio termasuk para anggotanya Wendra, Aswin Winata, dan Aldi sekitar pukul 11.00 WITA untuk menyerahkan ID. Durasi cek sound selama 2 jam dimanfaatkan dengan baik oleh mereka. Beberapa jam kemudian band masuk ke tenda Media Center untuk melakukan jumpa pers.
“Dari aku buat audiens pesannya, have fun. Nanti kalau udah pulang, mungkin bisa mulai ulik band-band lokal yang ada di Samarinda karena ada banyak banget. Itu sangat membantu, walaupun cuma sekadar tau namanya, tau lagunya 1-2. Itu membantu industri musik di Samarinda buat tumbuh,” kata Aldi.
Selesai jumpa pers, Murphy Radio bersiap untuk naik ke panggung. Sore itu, mereka membawakan sejumlah nomor antara lain ”Pudar” dan “Penghujung Cerita” dari maxi-single berjudul Debu Kan Kembali Menjadi Debu yang rilis awal Desember 2023. Sheila Gank yang sudah hadir lebih awal untuk bisa mendapat spot terbaik menonton SO7 tampak menikmati alunan musik yang dimainkan trio math rock satu ini.
Samarinda sebagai kota kunjungan yang pertama juga menjadi bocoran visual panggung apa yang bakal ditampilkan selama konser SO7 berlangsung. Artis visual Anaking Ramdhan berhasil memanjakan mata dengan berbagai macam pengeditan seperti trippy, ala foto album, dan sebagainya.
Lagu-lagu pembuka konser SO7 di Samarinda sama seperti SO7 TAD Jakarta, “Pejantan Tangguh” dan “J.A.P”.
“Selamat malam, Samarinda. Lama tak berjumpa. Makasih yang sudah meluangkan waktu ke sini,” sapa Duta usai menyanyikan “Film Favorit”.
Nomor lain yang juga masuk daftar mereka, sebut saja “Bila Kau Tak Disampingku”, “Seberapa Pantas”, “Sephia”, “Yang Terlewatkan”, “Kita”, dan sebagainya. Duta juga memastikan suaranya terdengar ke seluruh penjuru stadion.
“Semoga suara Sheila kedengaran sama yang di atas juga ya,” kata Duta sebelum membawakan “Seberapa Pantas”.
Momen yang tak diinformasikan sebelumnya adalah kehadiran Sakti, mantan personel SO7 untuk ambil bagian di panggung kota pembuka. Dua lagu yang dikawal genjrengan Sakti adalah “Temani Aku” dan “Dan”. Hasilnya mengejutkan di kota kunjungan SO7 TAD pertama ini.
Melihat stadion tempat pertunjukan SO7 TAD Samarinda sudah lama tak terpakai, promotor menyulapnya menjadi tempat yang mumpuni untuk sebuah pertunjukan. Saya mencari tau siapa band yang pernah menggelar konser di stadion ini. Ternyata NOAH di GOR Badminton, bukan stadionnya.
Sejak berdiri tahun 2008, Stadion Utama Palaran terakhir kali dipakai 2018 untuk kegiatan Timnas Indonesia. Sudah cukup lama tak ada keramaian di stadion berkapasitas 35.000 orang ini dan SO7 lah band pertama yang melaksanakan konser tunggal hingga berhasil mengumpulkan lebih dari 20.000 orang. Kenyataan tersebut membuat saya tak sabar berada di keramaian kota yang berikutnya.
Makassar salah satu kota dengan pendengar Sheila On 7 terbanyak
Di kota kedua, Makassar, saya memutuskan datang hari Selasa, 6 Agustus 2024 untuk melakukan pertemuan-pertemuan dengan berbagai pihak antara lain band Bising Kota pembuka SO7 TAD Makassar Kapal Udara, penulis kontributor Bising Kota Brandon yang juga menjadi LO Kapal Udara, dan Sheila Gank Makassar.
Brandon menjemput saya di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Sebelum tiba di hotel, kami makan malam di Warung Pangkep Sop Saudara Irian di Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 40, Pattunuang. Ada kebiasaan yang unik di warung makan ini, pelayan pasti menyuguhkan nasi tambahan padahal belum diminta tamu. Menurut Brandon, itu juga terjadi di warung makan yang lain.
Hari kedua di Makassar, saya bersama Brandon makan sore di Rumah Makan Muda Mudi, Jl. Rusa No. 45 A, Maricaya. Menu yang saya pilih Nasi Campur Sate berisi lauk 2 tusuk sate ayam, kuah rawon, telur balado, daging abon, sambal goreng, dan acar. Saya juga mencicipi Es Pisang Ijo-nya. Belum 24 jam, singgah di dua tempat makan, kuliner Makassar terbukti enak-enak.
Sebelum bertemu Sheila Gank Makassar, kami mampir ke Pantai Akkarena, yang penuh pengunjung bersantai menyambut matahari terbenam. Beranjak dari pantai syahdu ini, kami langsung ke Kopi Ujung yang terletak di Jl. Somba OPU No. 36, Bulo Gading sekitar pukul 18.16 WIB. Sejak membiarkan matahari pergi sejam yang lalu, Brandon menyebutkan Latte di Kopi Ujung paling enak se-Makassar dan benar adanya.
Sambil memandang jalanan yang sesekali dilintasi motor becak, saya bertanya kepada Brandon masihkah Kota Makassar menjadi salah satu kota paling aktif untuk penyelenggaraan musik, mengingat ia pernah mengutarakan hal itu dalam artikel Sekilas Sekelebat 2022 dalam Kancah Musik Makassar.
“Untungnya masih. Melihat pelaku gigs entah dari kolektif seperti M-Town yang bergelut di scene hardcore atau dari bandnya sendiri,” ungkap Brandon.
Brandon yang merupakan bagian tim kreatif Rock In Celebes sekaligus A&R juga melakukan pencarian bakat-bakat baru. Ia mengatakan RIC tahun ini tetap meneropong band-band yang potensial untuk bisa bermain di festival mereka. Kandidat yang dicari tak harus bergenre rock seperti judul festival, tetapi materi mereka harus bagus dan punya pengelolaan media sosial yang baik.
Tak terasa kurang lebih sejam berbincang, kami bergegas ke Espoir Space untuk menemui Sheila Gank Makassar. Klub penggemar SO7 di Makassar ini didirikan tahun 2008 dan diresmikan 2009. Hamka yang merupakan salah satu pelopornya menceritakan betapa besarnya antusias fans di sana hingga mendapat tempat khusus di hati SO7.
“Duta sendiri pun akui, kalau yang terbesar kami di sini dari segi kekompakan dan lain-lain itu Makassar. Ada beberapa aksinya Duta itu yang dia lakukan di Makassar, tidak dilakukan di kota lain,” kata Hamka.
Hamka menceritakan perkenalannya dengan SO7 saat duduk di bangku sekolah. Ia membeli kaset bajakan sang idola seharga Rp 2 ribu di pasar malam lapangan golf daerah Mannuruki. “Mau sampai kaset pitanya istilahnya sudah usang, masih saja diperbaiki pakai pena itu kan yang diputar. Side A, side B, balik lagi side A. Pas tamat SMA, ada konser mereka nonton langsung di Anjungan Pantai Losari tahun 2008,” kenangnya.
Pria yang juga interisti ini mendapat ajakan membentuk Sheila Gank Makassar dari fans SO7 yang ia temui di sebuah klub tempat SO7 manggung. Mereka pun berkumpul untuk pertama kalinya di rumah Hamka. Momem beruntung Sheila Gank Makassar adalah langsung diresmikan oleh para anggota SO7. Hamka dengan semangat memaparkan tentang pertemuan malam itu.
“Mereka itu aturannya, Sheila On 7 kalau mau keluar gak boleh radiusnya jauh dari hotel. Tapi waktu itu kan kami kelabakan, ‘Ih, mau diresmiin’. Jadi kami pilih rumah kosong anggota, yang pada malam itu pun sampai hujan deras sekali, atap bocor sampai masuk ke rumah. Tapi karena kami antusias, mau datangin artisnya kami. Dan beneran datang ke Kompleks Agraria,” kenang Hamka.
Sebagai informasi, pembentukan Sheila Gank di setiap kota minimal yang terdaftar harus berjumlah 40 anggota. Gilang kelahiran tahun 1999 yang sekarang menjabat sebagai Ketua Sheila Gank Makassar mengatakan ada peraturan yang baru dibuat di Yogyakarta saat pergantian tahun lalu mengenai apa yang boleh dan tidak dilakukan setiap klub penggemar SO7.
“Semua yang mau dapat privilege sebagai Sheila Gank, dalam artian seperti bisa foto dengan Bapak-bapak di backstage, dapat tiket tanpa war. Itu semua kami daftarkan di membership. Jadi semua sudah ada database-nya satu Indonesia plus Malaysia. Kami ada database misalnya ada konser di Samarinda, kami dari Makassar gak perlu repot cari tiket pasti ada kuotanya. Komunikasinya basecamp to basecamp, antara pengurus. Lebih terkoneksi semuanya,” jelas Gilang soal manfaat keanggotaan.
Gilang yang duduk bersebelahan dengan saya malam itu sempat berpendapat soal GME yang menjadi band pembuka di setiap kota konser SO7. “Kalau GME untuk Sheila Gank sudah gak asing karena memang sudah sering sama Duta dan Eross. Aliran musik juga hampir sama,” ungkapnya.
“Salah satu yang bikin kami lebih bangga sebagai Sheila Gank, info A1 tentang Sheila On 7 itu ke Sheila Gank dulu. Sheila On 7 langsung sampaikan ke Sheila Gank melalui grup WhatsApp,” tutup Gilang.
Hari ketiga di Makassar saya mampir ke Warung Tong San di Jl. H. Borra No. 20/22, Bulo Gading. Kabarnya, tempat sarapan pagi dan minum kopi ini sudah dikelola generasi yang ke-3 sejak berdiri tahun 1943. Lokasinya percis depan Indomaret. Sajian kopinya menarik, gelas berlabel bank sinarmas. Dari tempat ini saya menuju ke dermaga untuk sejenak berjemur di Pulau Gusung yang terletak di sebelah timur Pantai Losari. Rasanya saya tak berhenti terkagum-kagum sama apa pun di Makassar.
Hari ini juga menjadi pertemuan saya dengan Kapal Udara beranggotakan Muhammad Ayat (vokal dan gitar), Saleh Hariwibowo (gitar), Mardhan Maing (bas), dan Muhammad Bobby Pramusdi (drum). Mereka tengah melakukan latihan sore itu ditemani pemain keyboard tambahan, Nurul Iedil Aida.
Sejak tiba di Makassar, saya memang sudah berkontak dengan manajer Kapal Udara, Viny, istri personel Saleh (Ale). Kami datang ke basecamp mereka di Tanjung Alya Regency, tak lain rumah Viny dan Ale yang baru mereka huni tahun 2023 lalu.
Ale sambil duduk di bangku plastik depan rumahnya menjawab sejumlah pertanyaan yang saya ajukan. Ia juga menginformasikan, Kapal Udara biasa latihan musik setiap hari Kamis. Pertanyaan pertama yang saya lontarkan, bagaimana peran media massa terhadap karier mereka.
“Yang paling penting, menurutku media bisa berfungsi sebagai ruang dialog atau ruang interpretasi yang lain. Misalnya dengan membuat ulasan yang kritis terhadap suatu karya. Memberi ruang komunikasi antara pendengar dengan bandnya karena kalau di band sendiri pasti agak susah bilang, ‘Kritik kami’. Gak semua bisa berani menyampaikan kekurangan, dan menurutku kritik itu penting untuk membuat pembuat karya sadar dengan karyanya. Peran itu yang bisa dilakukan media, menyampaikan hal lain di luar press release. Menyampaikan hal yang sebenarnya dirasakan pendengar, tapi pendengar gak bisa artikulasikan apa sih yang bikin aneh, atau apa yang bikin populer. Media itu bisa berperan menjadi jalur komunikasi dialog yang ideal buat karya,” jelas Ale.
Tahun 2019, Pophariini pernah memberitakan Kapal Udara saat mereka merilis single “Doa Penanti”. Lima tahun berlalu, Ale yang mengaku tau Bising Kota dari media sosial melihat kolom ini banyak berhubungan dengan acara atau pencarian talenta baru dari berbagai kota.
“Saya merasa dari awal sampai sekarang, Kapal Udara selain kami memang berusaha menjemput pendengar di luar Makassar. Kami merasa sangat bersyukur ketika ada media atau platform yang memang visinya adalah mencari band-band yang bagus, yang tidak terlalu mendapatkan exposure. Kami pertama kali ke Jakarta, main di acara Citos, Musik Bagus Day. Kami di-DM, dan sampai sana gak cari tempat tinggal. Saya merasa Jakarta dengan kisah-kisah yang sering di-stereotip-kan Ibu tiri kejam. Ternyata ada banyak orang, program yang memang mereka fokus ke mencari hal-hal yang bagus di luar Jakarta. Menurutku kayak Bising Kota itu salah satu dari itu. Saya melihat band yang jarang saya lihat di poster-poster umum, ada di Bising Kota.”
Sebenarnya SO7 TAD Makassar bukan menjadi kali pertama Kapal Udara berbagi panggung dengan Duta Cs. Sebelumnya, mereka pernah bergantian tampil di Lapangan Hasanuddin tahun 2018. Begitu Denboi mengabari bahwa band akan mewakili Bising Kota Pophariini untuk membukan konser SO7 TAD Makassar, Ale sulit berkata-kata.
“Kata yang tepat apa ya. Kalau senang kayak kurang. Jujur beberapa hari ini susah tidur karena tutup mata membayangkan bagaimana songlist yang bagus karena dikabarin jauh hari. Kalau dulu (2018), perasaannya hanya gak nyangka sebanyak itu penontonnya,” ungkapnya.
Di akhir wawancara Ale mengungkapkan, kesempatan berbagi panggung dengan SO7 adalah rezeki. Ia dan bandnya berharap rezeki itu selalu tersebar dengan bagus untuk memberi peluang yang rata terhadap teman-teman lainnya.
“Saya dari dulu idenya, saya lebih ke merasa sangat senang ketika ada banyak band Makassar itu mendapatkan publikasi yang bagus. Band-band yang menurut kami karyanya bagus juga karena logikanya kami berpikir kalau bicara ekosistem gak mungkin hanya ada satu band. Dengan banyak band yang bagus dan terpublikasi itu memengaruhi citra kota. Efeknya sekarang itu saya merasa, beberapa kali ketemu teman dari Pulau Jawa. Lebih dari 5 itu pernah bilang ke saya, ‘Katanya Makassar lagi hidup banget’. Kalimat ini salah satu yang saya bayangkan, ketika ada lebih dari satu band yang mendapat sorotan itu bisa memengaruhi citra kota. Citra kota memengaruhi ke stereotip penonton Makassar terhadap band itu.”
Hari keempat berada di Makassar memberikan pertanda konser Sheila On 7 semakin dekat. Saya memutuskan Live Instagram melalui akun pribadi dengan mengetikkan pertanyaan, “Kenapa lo suka Sheila On 7?” hingga memancing pengikut Instagram berkomentar.
Di antara jawaban yang diterima, “Kaset band pertama yang gue beli pake duit sendiri,”, “Band jauh dari hater”, “Lagu-lagunya enak dan gak ngebosenin”, dan “Karena tumbuh bersama lagu-lagunya dan selalu ada di momen-momen personal”, saya malah dipertemukan dengan teman sekolah bernama Finda yang ternyata lagi tinggal di Makassar.
Kami mendengarkan SO7 di tahun 2000-an. Ingat betul sekolah kami saat itu sedang mengadakan tur ke luar kota. Bis yang kami tumpangi memutar album penuh perdana SO7 di sepanjang perjalanan. Sekitar 24 tahun berlalu, saya dan Finda bertemu kembali duduk berhadapan di Bandar Tuna Jl. Boulevard No. 1, Masale.
Ya, nostalgia selalu dekat dengan kehidupan manusia bahkan kadang tak bisa direncakana. Lucu kalau dipikir, kenapa momen pertemuan saya dengan Finda di kota kunjungan konser SO7, band yang kami dengarkan bersama di masa sekolah.
“Kalau lagi perjalanan jauh ke kota lain kami pasti setel Sheila On 7. Di konser mereka, gue pengin dengerin ‘Seberapa Pantas’,” kata Finda soal rutinitas menyetel karya musik band ini bersama keluarganya. Ia juga mengatakan akan datang ke konser SO7, sayang kami tidak bertemu di hari H.
Setiap kota penyelenggaraan SO7 TAD tentu membuahkan pengalaman berkesan yang berbeda. Seperti kisah promotor yang terpaksa harus mengumumkan perpindahan lokasi konser dari Trans Studio Mall ke Sport Centre Plasa Telkom.
Faqih Mulyawan selaku Event Director GOLDLive Indonesia mengatakan bahwa memilih Plasa Telkom berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan. Sementara Andri Verraning Ayu selaku CEO Antara Suara mengaku tantangan yang dihadapi mereka untuk setiap kota pasti berbeda apalagi Kota Makassar.
“Salah satunya adalah dengan venue baru ini mungkin orang-orang juga belum terbiasa karena sebelumnya memang ini belum pernah dipakai konser sekalipun. Dan kemarin kami cukup effort untuk membuat penonton bisa menonton dengan nyaman. Jadi prosesnya itu cukup panjang untuk akhirnya hari ini kami bisa memberikan yang terbaik semua ke penonton,” ungkap Ayu dalam jumpa pers hari Sabtu, 10 Agustus 2024 di Media Center.
Konser SO7 TAD Makassar yang juga menjadi ruang bagi band Bising Kota Pophariini untuk merasakan bagaimana berhadapan dengan ribuan pasang mata berjalan lancar.
Jika berbicara bagaimana suasana di balik panggung, penempatan tenda band Bising Kota, GME dan Kapal Udara yang selalu bersebelahan kali ini berada satu lokasi dengan tenda SO7. Tampak pula suasana hangat antara band, tegur sapa, bersalaman di depan tenda mereka.
Melihat ramainya penonton sejak sore (lihat foto di atas), membuktikan pernyataan yang diterima Ale, bahwa musik di Makassar memang hidup banget.
Pekanbaru kota dengan cuaca paling ekstrem
Memilih penerbangan pagi, saya mengabari Jeffry Mandala LO Harubisu sekitar pukul 08.45 WIB begitu mendarat di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II. Seperti 2 kota sebelumnya, tempat penyedia kopi selalu menjadi tujuan penting. Saya meminta saran kedai mana yang perlu dicoba dan kami menuju Kedai Kopi Kimteng, Jalan Senapelan.
Dalam perjalanan, saya sempat menanyakan seputar perkembangan scene musik di Pekanbaru hari ini.
“Anak-anak mikirnya gini. Di Pekanbaru kalau ngeband buat lagu, gak bisa ngapa-ngapain juga di kota sendiri. Ujungnya cuma jadi legend doang. Kalau ngomongin gigs yang kami organize sendiri masih ada. Menurutku, festival itu juga mengubah kami untuk lebih profesional kan secara penampilan. Kami sekarang jarang dapat,” kata Jeffry, vokalis band Jimjack yang juga merupakan manajer duo nu disco/funk bernama Prou.
Jeffry juga berpendapat, festival-festival musik yang diadakan di Kota Pekanbaru tak selalu membuka gerbang bagi band-band baru untuk unjuk gigi, meskipun secara bisnis kreatifnya sedang maju.
“Banyak festival yang jalan, yang tiap tahun tuh jalan sampai satu bulan itu bisa 2 kali festival musik. Ya kita omonginnya kota kecil seperti ini. Berarti kan cukup masif ya dengan orangnya juga sedikit kan. Tapi keadaannya seperti itu, si emerging artist ini sedikit untuk dapat tempat.”
Sesampainya di Kedai Kopi Kimteng, saya sempat tegur sapa dengan tim Live Avenue yang juga tengah sarapan. Selesai dari menyantap roti canai, kopi, dan otak-otak, saya melakukan early check-in di hotel yang jaraknya cukup dekat.
Cuaca di hari konser SO7 TAD Pekanbaru, 31 Agustus 2024 menembus angka sekitar 34-35 celcius. Jeffry sempat terkejut ketika menjemput di hotel karena saya mengenakan kaus dan celana panjang. Beberapa kali ia mengingatkan, cuaca hari ini ekstrem yang tak saya hiraukan sampai akhirnya terbukti begitu tiba di Stadion Atletik Rumbai. Belum 10 menit peluh menetes di wajah berkali-kali.
Saya mengambil kesempatan datang awal untuk berkeliling dan melihat suasana stadion. Pintu yang baru dibuka pukul 15.00 WIB tak menghalangi calon penonton untuk rela menunggu sambil duduk atau berdiri mengantre sejak sekitar pukul 13.29 WIB.
“Aku berasal dari Kabupaten Siak sekitar 1 jam dari Kota Pekanbaru. Ini adalah konser SO7 yang sudah kami tunggu setelah lama mereka tidak konser. Jadi karena ini kebetulan ada di Pekanbaru, kami menonton di Pekanbaru. Dan lagu yang saya suka itu kalau bisa dibawakan sama Mas Duta ‘Bila Kau Tak Disampingku’. Lagu favorit banget,” kata Tegar.
Usai menemui penonton di pintu masuk, saya kembali ke dalam area konser untuk berteduh di tenda band Bising Kota Harubisu. Harubisu yang menyebut genre mereka post-rock/nu-gaze/dream pop terbentuk tahun 2018 beranggotakan Satria (vokal), Pay (gitar), Fajar (bas), dan Coki (drum).
Jarak tenda Harubisu dengan panggung mereka tidak sedekat seperti band Bising Kota di Makassar. Beberapa jam setelah melakukan cek sound, Satria dan Coki yang menghadiri jumpa pers di Media Center.
“Bagi kami terutama di daerah Sumatera, Pekanbaru memang membutuhkan program seperti Bising Kota karena menjadi salah satu kans kami untuk memperlihatkan karya ke publik yang lebih luas,” kata Coki.
Setiap band Bising Kota di konser SO7 TAD mendapat waktu manggung selama 30 menit. Harubisu memanfaatkannya dengan membawakan total 4 lagu yaitu “Yang Membara”, “Tulis Membisu”, lagu baru “Semara”, dan “Pusaka”.
Lagu baru “Semara” dibawakan mereka secara live untuk pertama kalinya di panggung SO7. Menurut Coki, lagu tersebut saat ini sudah melewati proses mastering dan penggarapan cover art. Band menargetkan perilisannya akhir November atau awal Desember 2024.
Medan begitu spesial
Saya sempat kesulitan mendapatkan tempat penginapan di kota ini alias semua penuh dipesan. Ternyata Pekan Olahraga Nasional wilayah Sumut juga tengah berjalan di akhir pekan itu.
Mendarat di Bandara Udara Internasional Kualanamu hari Jumat, 13 September 2024 sekitar pukul 07.52 WIB, saya dijemput Diego LO Circle Path. Jarak dari bandara ke kota terbilang jauh. Kami mampir sarapan di Lontong Kak Lin Medan, yang menurut saya rasanya cukup pedas.
Setelah check-in lebih awal yang dikenakan biaya tambahan, saya memanfaatkan waktu luang untuk beristirahat di kamar selama beberapa jam. Sore itu, saya memesan Nasi Uduk Ayam Lengkuas berisi keripik ubi, sambal kentang, dan serundeng di Wak Uduk via aplikasi online. Pernah mendengar pernyataan bahwa Medan adalah kota dengan kuliner terbaik, saya benar-benar menyepakati hal ini. Saking enaknya, tak salah memuji dengan istilah umum, “Rasanya mau nangis”.
Hujan turun sejak sore hingga malam, ditambah angin kencang. Cuaca ini membuat saya berpikir bagaimana ya nasib lokasi SO7 TAD Medan di lapangan terbuka. Malam harinya, saya dijemput saudara Ayah, pemilik asli nama Pohan, untuk makan bersama.
Sekitar pukul 21.00 WIB kembali bersama Diego, kami membuat temu janji dengan Good Morning Everyone dan fotografer Bising Kota, Surya di Weboo Billiard and Cafe. Melihat situasi tempat ini tidak memungkinkan untuk sesi wawancara, akhirnya GME mengajak ke tempat mereka menginap, yang apabila mengecek lokasinya di Google Maps, rumah itu bernama Tropical House terletak di kecamatan Medan Selayang. Dan hasil dari wawancara dengan GME ini segera diterbitkan halaman artikel berbeda, nantikan.
Hari kedua di Medan adalah hari penyelenggaraan SO7 TAD di Lanud Soewondo. Jalan kaki dari parkiran mobil ke tenda band Bising Kota Circle Path cukup jauh dan menyadarkan saya wah ini memang bekas lapangan penerbangan.
Hadir lebih awal di lokasi membuat saya berkesempatan untuk menyaksikan momen doa bersama dan potong tumpeng sebagai tanda syukur oleh promotor dan semua tim SO7 TAD Medan yang bertugas.
Band Bising Kota Pophariini yang siap membuka konser SO7 TAD Medan adalah Circle Path beranggotakan Riza (bas), Silmi (vokal, gitar), dan Bassith (drum). Usai mereka cek sound, saya meminta waktu kepada trio ini untuk kebutuhan konten video.
Silmi mengungkapkan keinginan dalam menjalani karier bermusik. “Sejauh ini yang aku harapkan mungkin orang-orang bisa discover lebih banyak lagi. Band-band di Medan gak cuma itu-itu saja, masih ada kami. Masih banyak yang lain juga,” kata Silmi.
Para anggota Circle Path juga sempat merekomendasikan musisi-musisi asal Medan yang harus didengarkan hari ini kepada saya yaitu ALKV, Butterfly Arms, Kognes Park, Moongazing And Her, Garside, 1080, dan Sandwich.
Sore itu, mereka sebagai band pembuka SO7 dikawal pemain gitar tambahan Raisya dan Galuh. Sebanyak total 5 lagu yang dibawakan antara lain single baru “Take This As a Joke” yang bakal rilis tanggal 11 November 2024, “Us”, “Kau”, lagu cover Paramore “The Only Exception”, dan “Down In the Dumps” yang menghadirkan Anggi (backing vokal, synth) sebagai penulis lagu ini.
Bandung kota terakhir yang bergejolak
Selain Kota Makassar, Bandung masuk ke daftar saya untuk menemui Sheila Gank dengan alasan praktis karena melihat layanan streaming musik dua kota ini SO7 memiliki pendengar terbanyak.
Klub penggemar SO7 di Bandung bernama Sheila Gank Paris Van Java. Sehari sebelum konser SO7 TAD berlangsung, mereka mengadakan Balad Sheilagank di 150 Coffee Garden, Kiaracondong. Acara ini berlangsung meriah, dilengkapi band yang memainkan lagu-lagu SO7. Beberapa kali muncul cuplikan rekaman video SO7 TAD pada layar tembak sebagai penyambutan hari esok.
Selesai dari kemeriahan itu, saya menemui Alex yang baru menjabat sebagai Wakil Ketua SGPVJ. Ia mengatakan saat para anggota menerima kabar SO7 akan mengadakan tur, mereka sangat antusias. Dalam menyambut hal itu, SGPVJ langsung berinisiatif untuk membuat hajatan.
“Pertama dengar info kalau mau ada TAD yang tur 5 kota, kami antusiasnya luar biasa dari teman-teman. Ya, terutama di kota kami Kota Bandung. Saat itu kami langsung, wah kami dengar kabar di Bandung mau ada. Oke semangat teman-teman Sheila Gank. Terus kami juga berinisiasi, kapan lagi ya kami bisa kumpul sama teman-teman Sheila Gank kota yang lain. Kayaknya memungkinkan deh kalau kami adain. Ini juga momen yang baik, di akhir nih di akhir turnya nih. Oke kami berembuk, prosesnya juga panjang. Terima kasih panitia. Sampai syukurnya hari ini bisa terlaksana. Kemarin kami juga sempat agak ragu, kami gak expect akan sebanyak ini hari ini gitu. Ternyata yang datang syukurnya banyak banget dari Sheila Gank kota lain, responsnya mereka juga baik. Kami senang banget sih untuk semakin menambah antusias kami untuk besok (konser) gitu. Semakin gak sabar.”
Alex mengatakan SGPVJ selalu memiliki agenda bulanan untuk melakukan pertemuan. Selain mendatangi konser idola mereka, kegiatan seperti charity atau away (sebutan ngonser bareng di luar kota) pun dilakukan. Malam itu, Balad Sheilagank tak hanya dihadiri penggemar dari Bandung melainkan Palangkaraya, Bali, Sumut, Jabodetabek, Malang, bahkan Malaysia.
Selain menemui Ahmad, saya juga mewawancarai Pongki yang menjadi member di tahun ke-3 SGPVJ berdiri. Menurut Pongki, SGPVJ didirikan tanggal 13 Desember 2008 dan diresmikan 26 Maret 2009. Ia juga pernah menjabat sebagai Ketua sekitar tahun 2013-2014 hingga 2020.
Pongki mengingat kembali saat awal ia bergabung di SGPVJ. Para anggotanya dulu sering kumpul di Taman Dago. Kadang melakukan aktivitas penggalangan dana untuk diserahkan ke penyalur bantuan sosial.
Saat ditanya bagaimana kalau SO7 bubar, Pongki spontan mengatakan berat menjawabnya, “Ya, harapan kami sih, kami mendukung mereka ikhlas terus mereka juga berkarya karena masih kami ingin mendengarkan karya-karya mereka. Harapannya gak sampai bubar, pahitnya hiatus boleh lah. Bubar jangan”.
Sebelum menemui Alex dan Pongki, saya sempat menyapa Ahmad selaku Ketua Sheila Gank Malaysia (SGMY) batch 3. SGMY berdiri sejak tahun 2008 dan Ahmad mengomentari tentang perjalanan SO7 sampai bisa berada di titik ini.
“Alhamdulillah. Nampaknya waktu Covid agak goyang ya karena lebih terdiam gitu. Tapi soalnya sekarang ini lebih sering, soalnya tur Tunggu Aku Di ini membuatkan semua fansnya kembali bangun dan fans juga di Malaysia juga tak sabar menanti mereka main ke Kuala Lumpur gitu.”
SO7 terakhir manggung di Kuala Lumpur tahun 2018. Ahmad menaruh harapan terhadap rencana karya baru Duta Cs, “Karya baru yang lebih bagus, walaupun bandnya semakin mengecil (formasi sisa bertiga). Tapi biar lagunya terus bangun dan membesar”.
Kota terakhir rangkaian tur SO7 TAD digelar hari Sabtu, 28 September 2024. Sempat mengalami perpindahan lokasi dari Stadion Siliwangi ke Stadion Gelora Bandung Api (GLBA), promotor akhirnya mengumumkan H-5 konser akan berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat.
Tak sedikit pembeli tiket yang menyerapah di kolom komentar, namun promotor kooperatif menyediakan opsi pengembalian dana 100% dan bagi yang tetap hadir opsinya shuttle bus gratis dari sejumlah titik di Kota Bandung menuju stadion dan arah sebaliknya.
Jumpa pers SO7 TAD Bandung di Media Center tak hanya dihadiri Pastel Badge, GME, dan penyelenggara, tetapi Fiersa Besari yang ditanya-tanya MC seputar SO7. Ia mengungkapkan alasan mengapa ngefans sama band ini.
Fiersa teringat vlog Erix Soekamti, yang mengatakan setiap orang pasti punya lagu SO7 favorit mereka masing-masing. Dulu ia menjagokan lagu “Berai” dan sekarang “Tunjukkan Padaku” karena relate sama kehidupan berumah tangga.
“Terus dulu kan ada satu masa, di mana orang-orang malu untuk mengakui suka SO7 karena biasanya anak-anak muda pada generasinya, bahkan generasi mana pun ketika bintang yang mereka idolakan sudah terlalu besar biasanya akan ada kaum antinya. Suka lagunya harus diam-diam pada saat itu,” kenang Fiersa.
Pengumuman Fiersa Besari menjadi bagian dari konser SO7 TAD Bandung tak hanya kejutan bagi calon penonton, melainkan dirinya yang dilema untuk bisa membagi waktu manggung. Selesai membukan konser SO7 TAD Bandung, ia harus langsung bertolak ke Yogyakarta untuk menghibur penonton di festival yang lain. Silakan membayangkan betapa terburu-burunya sang musisi.
“Saya gak menyangka bakal jadi pembuka Sheila On 7. Ubay manajer saya sudah ambil job di Jogja. Job diambil sudah lama. Ketika H-6 saya dan manajer jadi galau. Biasanya kalau udah ada acara, secara profesionalitas harus menolak tapi ini SO7. Tahun depan kan saya cuti manggung gak tau sampai kapan. Kesempatan one in million, kami muter otak gimana caranya bisa hadir di sini dan di sana. Ketika salah satu kawan, Pak Bagus bertanya, ‘Gak nyesel gak nonton SO7?’. Terus saya bilang, ‘Nonton SO7 udah sering, jadinya pembukanya belum pernah’. Kan hidup juga gak sempurna ya,” ungkap Fiersa.
Band Bising Kota yang membuka konser SO7 di Bandung, Pastel Badge beranggotakan Tanti Sopia (vokal), Rifky Aldiansyah (gitar), Andri Arecun (gitar), Ahmad Rifqi (bas), dan Hedi Heriawan (drum).
Saat jumpa pers band diwakili Tanti, Arecun, dan Hedi. Mereka ditanya bagaimana perasaan mendapat jadwal manggung diapit Fiersa Besari dan GME untuk membuka konser SO7. Arecun menjawab situasi ini jelas menegangkan, “Tapi senang juga karena kalau berada di orang gede, kami juga secara gak langsung ikut berkembang. Syukur bisa sepanggung dengan mereka”.
Protes yang diutarakan para pengguna media sosial mengenai perubahan lokasi tak mengurangi jumlah kehadiran penonton, yang malam itu menyentuh angka lebih dari 30.000 kepala. Antara Suara dan GOLDLive Indonesia berhasil membuktikan mereka kapabel mengatasi segala rintangan dalam penyelenggaraan sebuah konser.
Dapat dipastikan Bandung kota penutupan yang menghadirkan fireworks terbanyak. Semeriah itu, percikan apinya bersinar terang berkali-kali di udara.
Cerita dari Antara Suara dan GOLDLive Indonesia
Tak cukup waktu untuk berbincang panjang lebar dengan Andri Verraning Ayu selaku CEO Antara Suara atau Faqih Mulyawan selaku Event Director GOLDLive Indonesia selama tur Sheila On 7 berlangsung di 5 kota.
Kami akhirnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada Ayu dan Faqih hari Selasa (08/10) melalui WhatsApp yang direspons 2 hari kemudian.
Andri Verraning Ayu
Melihat tidak semua kota masuk 5 besar angka streaming tertinggi, apa alasan dalam memilih kota-kota ini?
Percaya bahwa Sheila On 7 punya pendengar yang banyak di setiap kota jadi alasan untuk menjalankan tur ini. Dalam perjalanannya kami kerucutkan lagi jadi 15 kota potensial. Ke-15 kota itu sudah memenuhi syarat berdasarkan initial assessment dari segala macam aspek. Bukan hanya sekadar jumlah pendengar berdasarkan angka streaming saja, melainkan juga kesiapan infrastruktur & SDM, kemudahan akses, potensi dampak ekonomi, dan sebagainya. Lalu, setelah berdiskusi panjang, pada akhirnya Sheila On 7 memilih untuk datang ke kota-kota yang dirasa sudah lama belum mereka kunjungi lagi.
Kenapa untuk band pembuka konser bekerja sama dengan Bising Kota Pophariini?
Bisa dibilang dalam konteks tur TAD ini, Antara Suara menjadi perpanjangan tangan dari Sheila On 7. Jadi semua hal yang kami lakukan selalu dalam kerangka berpikir, “Ini fit-in gak ya dengan musik, karakter, histori, dan preferensi Sheila On 7?”. Termasuk saat harus menentukan band pembuka. Antara Suara sadar perlu menggandeng partner yang punya kapasitas untuk melakukan pemilihan band pembuka. Syaratnya banyak. Selain harus satu visi punya pemahaman yang sama, tentu juga punya database dan sistem yang mumpuni. Kami percayakan itu kepada Pophariini melalui program Bising Kota Pophariini. Kami tahu program ini dikembangkan dan dirawat dengan baik oleh tim Pophariini, dan program ini juga banyak diikuti oleh banyak band berbakat. Terlebih Pophariini pun sudah terlibat di banyak project Antara Suara, termasuk TADJ tahun 2023. Kami yakin Antara Suara dan Pophariini punya visi dan pemahaman yang sama. Dan betul saja, hasil kurasi Bising Kota Pophariini untuk band pembuka tur TAD juga disetujui oleh Sheila On 7.
Pengalaman yang paling berharga untuk industri musik Indonesia selama menjalani tur Sheila On 7 ke 5 kota?
Industri musik Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Salah satunya kesiapan infrastruktur—di mana kota selain Jakarta ternyata masih kekurangan infrastruktur yang memadai untuk pertunjukan musik. Sumber daya manusia juga jadi catatan besar. Selain Jakarta dan kota besar lain di pulau Jawa, referensi yang dimiliki para pelaku industri musik terutama yang berkaitan dengan penyelenggaraan event masih minim. Ketiadaan sistem yang terstandarisasi dan berlaku secara nasional dalam hal perizinan dan tata kelola event juga cukup merepotkan. Tiap stakeholder di tiap kota punya aturan tertulis dan tidak tertulisnya masing-masing. Terlepas dari beragam challenge itu, penikmat musik di 5 kota tur TAD rasanya perlu mendapatkan atensi dan apresiasi. Para penonton mau menghargai musik karya band tanah air dengan cara yang pantas. Mulai dari membeli tiket resmi, menaati aturan pertunjukan, hingga membeli merchandise original berlisensi. Tim yang terlibat di konser ini juga demikian. Rasanya tidak mungkin kami bisa melangsungkan konser dengan standar yang sama di kelima kota ini jika kami semua tidak menaruh hati dan mengeluarkan kemampuan sampai mentok 100%. Apalagi challenge di tiap kotanya juga berbeda. Dan dari Sheila On 7, kita semua jadi punya harapan lebih besar lagi bahwa musisi tanah air tidak perlu merasa kecil dibandingkan dengan musisi internasional. Sheila On 7 telah membuktikan karya mereka mampu menarik perhatian puluhan ribu pasang mata di setiap kota, jadi daya tarik pariwisata, dan tentunya jadi angin segar industri musik Indonesia.
Faqih Mulyawan
Bagaimana mengatasi kendala yang sempat terjadi seperti adanya perubahan lokasi konser di beberapa kota?
Semua keputusan kami ambil berdasarkan assessment berulang dan koordinasi yang matang. Keputusan perubahan lokasi itu juga dilakukan karena kami terus melakukan assessment berulang. Salah satunya adalah dinamika dan animo masyarakat di kota tersebut. Kami tentu ingin semua penonton bahagia menikmati konser ini. Namun, kami tidak ingin kebahagiaan itu didapat dengan mengorbankan hal penting lain, seperti keamanan lingkungan sekitar pertunjukan, kerusakan lingkungan, dan lain sebagainya. Dengan tingginya pertumbuhan animo di masyarakat dari hari ke hari, ada potensi masalah yang jauh lebih besar jika kami tidak memindahkan venue ke lokasi baru yang lebih feasible dengan kondisi terbaru di lapangan. Ini bukan semata-mata karena kami ingin menjual tiket lebih. Maka, ketika kami menyadari potensi masalah itu, kami melakukan koordinasi intensif terlebih dahulu dengan semua pihak yang terlibat sebelum membuat keputusan. Begitu pula saat terjadi kendala. Kami pasti berkoordinasi untuk mencari solusi terbaik untuk keberlangsungan acara dan kenyamanan audience, talent, serta tim yang terlibat. Tidak ujug-ujug memutuskan yang terbaik dari sudut pandang atau kepentingan kami saja.
Sheila On 7 selamanya?
Melihat kembali perjalanan bermusik Sheila On 7 yang formasi aslinya tinggal lah Duta, Eross, dan Adam. Mereka telah mengantongi total 8 album penuh seperti Sheila On 7 (1999), Kisah Klasik Untuk Masa Depan (2000), 07 Des (2002), Pejantan Tangguh (2004), 507 (2006), Menentukan Arah (2008), Berlayar (2011), dan terakhir Musim Yang Baik (2014), belum termasuk single lepasan dan album kompilasi.
Berdasarkan catatan tersebut, SO7 masih belum cukup waktu untuk membawakan semua materinya di sebuah pertunjukan 2-3 jam, tentu. Meskipun belum punya karya musik yang baru lagi, mereka terbukti selalu dinanti para penggemar dengan hadirnya puluhan ribu penonton di setiap kota kunjungan tur TAD ini salah satunya mungkin karena dalam setahun jarang sekali manggung.
Dengan laporan ini, saya berharap band-band Bising Kota yang menjadi pembuka SO7 di 5 kota, tak harus memiliki perjalanan yang sama tapi bisa langgeng berkarya seperti mereka. Aamiin.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian
Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW. …
Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2024
Hujan deras di Minggu siang tak menghalangi saya menuju gelaran Jazz Goes To Campus (JGTC) edisi ke-47 yang digelar di FEB UI Campus Ground, Depok pada Minggu (17/11). Bermodalkan mengendarai motor serta jas hujan …