BANK – Fana
Album BANK, Fana adalah salah satu pencapaian terbaik skena disko/dance lokal tahun ini. Meski dua lagu terasa mengganggu, kehadiran unit disko/dance berformat band yang merilis album penuh berbahasa Indonesia tetap menjadi momen penting dalam genre ini.
Sesuai kodratnya, lanskap musik ini tidak menuntut kehadiran album penuh. Ini mengapa nama-nama besar lokal belum punya album penuh, seperti DJ/produser, Dipha Barus dan duo, Diskoria -yang terakhir ini, konon akan merilis album penuh. Meski jika kita menggali lebih dalam ada proyek musik milik salah satu ikon penting skena disko/dance lokal, Dea Barandana bernama, Precious Bloom yang punya bebarapa rilisan album
Selain sosok Dea turut juga terlibat dalam BANK, yang membedakannya adalah kadar musik pop-nya yang lebih kuat, dan selain berisi orang-orang lama, BANK bertendensi untuk jadi besar, dan mengisi festival-festival musik penting. Mengingat grup ini terdiri dari nama-nama besar lintas genre dalam dunia musik independen saat ini. Meskipun konon BANK itu kepanjangan dari “bandnya Kimo / bantuin Kimo”, nama-nama pendukungnya tidak bisa dianggap sebelah mata.
Mereka adalah Kimo Rizky (Kimokal), Charita Utami (ex-Midnight Quicky, ex The Trees and the Wild), Imam Buana, Harsya Adhyatmiko, Aryo Adhianto (Space System, A Fine Tuning Creation), John Paul Patton (Kelompok Penerbang Roket, Ali), Dea Barandana (Precious Bloom), dan Zaki Danubrata (Mantra Vutura)
Ada yang menarik dengan tema ‘fana’ yang dipilih sebagai single pertama sekaligus judul album BANK ini.
Single “Fana” langsung berhasil menarik perhatian saya. Musik disko/dance, dengan lirik yang main-main, berlirik “sok” filosofis. “Tak peduli dunia yang sedang fana ini / Dunia ini tak selamanya / Tak peduli dunia yang lagi gelap mata / Dunia ini tak selamanya, tak selamanya”
Kemunculan singel kedua, “Amerika” kembali mengecoh. Bicara soal negara asal musik disko, Amerika yang adikuasa. Dalam balutan musik disko ultra-catchy, ditambah bagian mengeja satu-satu huruf A-m-e-r-i-k-a. Sekilas terdengar main-main lagi, tapi sesungguhnya mengandung sindiran kritik sosial terselubung yang dibalut dengan nuansa pesta dan euforia.
“Disko, disko di Amerika / Amerika tanah adikuasa / Kuasanya sampai Jakarta / Ibu kota tempatku berpesta ria”
Album Fana dibuka dengan intro acapella singkat berjudul, “Istimewa”, liriknya langsung jadi bocoran album bernuansa hura-hura dan party ini punya pemikiran yang mendalam. Lagu kedua bertempo sedang, “Jauh” mulai menghagatkan area dansa yang dibangun album disko/dance ini. Liriknya masih filosofis. “Kutanya mengapa / Dunia bukan surga / Meskipun nyatanya / Tiada yang nyata”.
Area dansa mulai panas ketika “Terbuai” memasuki ruangan. Musik disko up-beat yang rapat, bass synth yang agresif mengajak berdansa. Aransemen musik dan instrumentasinya ramai berlapis, namun berjejer rapih di telinga sesuai posisinya masing-masing. Vokalis Charita Utami dan Zakari Danubrata bernyanyi nada-nada catchy dengan lirik filosofis yang sederhana dan mudah dicerna. Formula ini yang menjadi denyut nadi kekuatan musik BANK yang berdentum-dentum penuh energi. Seperti dalam lagu-lagu, “Amerika”, dan “Fana”, serta yang juga menarik dan jadi favorit saya, “Nirwana” yang bernuansa disco-vaporwave, seperti dalam video game 80an.
Namun album Fana bukannya tanpa cela. Ada dua lagu filler yang kehadirannya sangat tidak perlu. Bagaikan party pooper, merusak suana pesta, dan penyampaian pesan besar yang telah diusung BANK dengan sangat menarik.
Pertimbangan mengajak Sal Priadi bernyanyi lagu “Kumbang” dan Saleh Husein dalam “Gila” sangat dipertanyakan. Terlebih Saleh yang bukan penyanyi diberikan porsi banyak untuk bernyanyi dalam musik bertempo pelan, dengan aransemen minimalis dan dipaksa menggapai nada-nada tinggi. Padahal BANK punya kesempatan untuk menulis lagu disko balada seperti “Something About Us” milk Daftpunk. Tidak cuma itu, FANA pun melewatkan kesempatan untuk mengeksplorasi vokal penyanyi Charita Utami dan Zakari Danubrata bernyanyi lagu disko balada. Padahal keduanya adalah penyanyi penting dalam genrenya
Pada akhirnya, sebagai supergrup yang diisi orang lama, BANK tidak hanya kuat secara musikal, tapi juga membawa tema pesan yang menarik. Yaitu pertanyaan-pertanyaan dan misteri kehidupan yang dibalut semangat dansa dan euforia.
Sebagai album debut, Fana sukses memperkenalkan BANK sebagai entitas penting di ranah disko/dance lokal, meskipun tersandung dalam jebakan “filler tak perlu”.
Namun, tak mengapa. Mungkin mereka hanya ingin mengingatkan bahwa dalam pesta paling seru sekalipun, selalu ada momen party nge-drop saat DJ salah putar lagu.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Menengok Gegap Gempita Ekosistem Musik ‘Pinggiran’ di Kulon Progo
Pinggiran, pelosok, dan jauh, sepertinya tiga kata itu mewakili Kulon Progo. Biasanya, diksi-diksi tersebut muncul dari orang-orang yang tinggal di pusat kota, pokoknya yang banyak gedung-gedung dan keramaian. Diakui atau tidak, Kulon Progo memang …
Perspektif Pekerja Seni di Single Kolaborasi Laze, A. Nayaka, dan K3bi
“Rela Pergi” menjadi single kolaborasi perdana antara Laze, A. Nayaka, dan K3bi via Sandpaper Records (29/11). Tertulis dalam siaran pers bahwa proyek yang diinisiasi sejak pertengahan 2024—usai Laze merilis DIGDAYA dan sebelum …