Banyak Jalur Menuju Tur

Nov 30, 2018

Saat masih menjadi kru gitar Andra Ramadhan di Dewa 19, Piyu memberikan bagaimana tur Dewa 19 yang saat itu masih diperkuat Ari Lasso, Erwin Prasetya dan Aksan Sjuman. “Satu gulungan besar peta pulau Jawa dibuka, lalu road manager memberi tanda di setiap kota. Artinya kota itulah yang harus kami datangi,” jelas Piyu sebagaimana ditulis dalam bukunya Piyu From the Inside Out: Life, Passion, Dreams, and His Legacy. Pendeknya tur adalah kesatuan paket pasca perilisan album, selain pembuatan video klip serta promosi media.

Piyu Saat Masih Jadi Kru Andra. Foto: Repro Piyu From the Inside Out: Life, Passion, Dreams, and His Legacy (2011)

Sementara gambaran tur hari ini adalah bermain berbagi panggung dengan nama lain di beberapa kota, dengan sebagian besar jadwal berkutat di akhir pekan. “Sekarang brand rokok membuat tur dipecah di tiga atau lima kota tapi bisa mencakup banyak band buat menjaring pasar yang lebih luas.” papar Nuran Wibisono.

Menurut penulis buku Nice Boys Don’t Write Rock N Roll ini, cara ini lebih berprospek daripada seperti zaman dulu, hanya satu band dibuatkan tur panjang. “Sekarang sudah banyak band dengan basis massa kuat, jadi tidak fokus dengan satu band saja dalam tur,” jelasnya. Namun benarkah industri tembakau beserta dinamika di dalamnya (termasuk RUU Tembakau) jadi faktor utama perubahan pola tur di Indonesia?

Tur bersama: Efek Rumah Kaca, White Shoes and The Couples Company, The Upstairs, September 2015 / dok. wsatcc (instagram).

“Bukan itu masalahnya. Perubahan konsep tur terjadi karena pendengar musik tidak lagi mudah dipersatukan dalam sebuah tren besar Media-media massa besar mulai kehilangan pengaruh karena tekanan internet dan media sosial,” ujar Wenz. Dirinya melihat musik hari ini bertumpu pada komunitas sebagai ladang penjualan. “Mereka sangat beragam dan berbeda karakternya dengan sepuluh atau dua puluh tahun lalu.”

Wenz yang juga manager unit rock oktan tinggi Seringai ini mengakui tur panjang dengan embel-embel 30 kota membutuhkan sponsor yang kuat dan besar untuk mengongkosi biaya produksi dan logistik. Sayangnya, sponsor-sponsor tadi sudah tak lagi sering mengucurkan pundi-pundinya untuk membiayai perjalanan anak-anak band.

1
2
3
4
5
Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

Di Balik Panggung Kabar Bahagia 30 Tahun Perjalanan rumahsakit

Perjalanan 30 tahun bukan waktu yang sebentar untuk berkumpul dan mendedikasikan jiwa raga dalam entitas band. Keberhasilan yang sudah diraih rumahsakit selama mereka berkarier terwujud dalam sebuah perayaan. Bekerja sama dengan GOLDLive Indonesia, Musicverse …

Wawancara Eksklusif Atiek CB: Lady Rocker Indonesia yang Gak Betah Tinggal di Amerika

Salah satu legenda hidup rock Indonesia, Atiek CB menggelar sebuah pertunjukan intim bertajuk A Night To Remember for Atiek CB hari Rabu, 11 Desember 2024 di Bloc Bar, M Bloc Space, Jakarta Selatan.   …