Banyak Jalur Menuju Tur
Kali terakhir Arian 13, Ricky Siahaan, Sammy Bramantyo, serta Edy Khemod melakukan tur adalah di rangkaian Hell Noise Tour tahun 2016 silam. Bersama Deadsquad dan Billfold, Seringai menyambangi 11 kota di Jawa Tengah. “Dulu pertimbangannya tentu selain promosi musik juga pemasukan yang lebih besar, pastinya sangat menyenangkan bisa tur bareng dengan band-band seperjuangan. Cuma kendalanya dulu karena beberapa personel Seringai ada yang bekerja kantoran jadi tidak semua jadwal yang ditawarkan bisa diambil,” jelas Wenz.
Wenz, yang juga pernah menangani The Upstairs sampai band jebolan IKJ itu mencapai titik puncak karir musiknya, memandang tur sebagai hukum wajib yang mesti dijalankan oleh sebuah band bahkan untuk yang baru meniti karir. “Bagi band mapan tur yang ideal adalah tur yang menghasilkan revenue besar, entah dari penjualan tiket, CD atau pun merchandise. Didukung oleh road crew yang ideal, skala pertunjukan biasanya sudah di level outdoor, ribuan penonton dengan sistem tata suara, tata cahaya, tata visual yang bagus,” ungkapnya. Sementara buat band-band yang baru meniti karir, Wenz meminta mereka harus melakukan tur sendiri ada atau tidak ada pihak yang mengundang. “Pakai falsafah Do-It-Yourself, main di klab atau bar. Walau berpotensi merugi sangat besar, namun ini investasi, hukumnya wajib untuk mengasah showmanship juga untuk mempromosikan musik mereka sendiri,” papar Wenz.
Salah satu nama baru yang berani untuk menggelar tur adalah Grrrl Gang. Pemegang tongkat estafet kancah indie-pop Yogyakarta ini pada 9 Oktober lalu merilis album mini Not Sad, Not Fullfiled lewat bendera Kolibri Records. Tidak butuh waktu lama Akbar Rumandung (vokal & bass), Angeeta Sentana (vokal & gitar), dan Edo Alventa (gitar) langsung tancap gas. “Mumpung kami ini masih kuliah, belum kerja jadi sekalian saja bikin tur,” kata Akbar Rumandung yang masih tercatat sebagai mahasiswa jurusan Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.
Bos Kolibri Records, Daffa Andika menjelaskan tur ini murni dijalankan tanpa sponsor. “Kami mengandalkan penjualan CD dan merchandise di setiap pertunjukan untuk menutupi biaya produksi,” ungkapnya. Jangan bayangkan perjalanan anak-anak UGM ke 21 titik di Jawa, Bali, Lombok. Kalimantan, Sulawesi, serta lawatan ke Singapura dan Thailand ini seperti perjalanan William Miller mendampingi band Stillwater dalam Almost Famous. Mereka harus berganti berbagai moda transportasi umum, mulai dari pesawat, kereta, mobil van travel, sampai kapal penyebrangan, dengan menenteng sendiri instrumen musik, berbagai perlengkapan, juga barang dagangan yang akan dijajakan. “Gufi yang menyuruh kalian jadi rembol,” tanya saya yang dibalas dengan senyuman lebar.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Di Balik Panggung Kabar Bahagia 30 Tahun Perjalanan rumahsakit
Perjalanan 30 tahun bukan waktu yang sebentar untuk berkumpul dan mendedikasikan jiwa raga dalam entitas band. Keberhasilan yang sudah diraih rumahsakit selama mereka berkarier terwujud dalam sebuah perayaan. Bekerja sama dengan GOLDLive Indonesia, Musicverse …
Wawancara Eksklusif Atiek CB: Lady Rocker Indonesia yang Gak Betah Tinggal di Amerika
Salah satu legenda hidup rock Indonesia, Atiek CB menggelar sebuah pertunjukan intim bertajuk A Night To Remember for Atiek CB hari Rabu, 11 Desember 2024 di Bloc Bar, M Bloc Space, Jakarta Selatan. …