Bukan City Pop Indo, Tapi Indo Pop Urban
Sepanjang tahun 2018 kemarin musik pop urban ini masih bertebaran di musik populer Indonesia. Dimainkan oleh arus samping dan utama, menjadi hits di skena ataupun jadi hits di tangga lagu nasional dan bahkan wara-wiri di ajang penghargaan bergengsi AMI Awards. Seperti album GAC, singel populer milik Lalahuta, “Jangan” dan album penghargaan Detik Waktu: Perjalanan Karya Cipta Candra Darusman. Dan di semua karya itu elemen funk hadir secara kentara.
Yang menarik pop urban Indonesia adalah elemen funk yang meregenerasi dan hadir jadi warisan turun temurun. Estafet funk terjadi pada Barry Likumahuwa dengan proyek jazz funk-nya yang nge-pop: BLP (Barry Likumahuwa Project). Barry adalah putera Benny Likumahuwa pemain saksofon/trombon band soul/funk legendaris 70-an, The Rollies. Lalu ada EQ Puradiredja dari duo nu jazz/funk Humania yang populer di 90-an. Di 2010 ia memproduseri juniornya Maliq & D’essentials yang satu dekade terakhir sangat identik dengan pop funk/pop urban Indonesia saat ini.
Regenerasi terus berlanjut ketika gitaris dan kibordis Maliq & D’Essentials bersama salah satu dari trio pop urban RAN membentuk Lale Ilman Nino. Kini mereka adalah satu penulis lagu/produser paling gawat saat ini dengan prestasi yang tidak main-main. Berbagai lagu hits serta penghargaan sudah ada di tangan mereka.
Hidupnya pop urban dengan sentuhan funk ini tentu juga terbantu oleh para pelaku seperti para pemandu cakram pemutar lagu lantai dansa seperti Diskoria dan Munir yang selalu setia memutar lagu-lagu funk Indonesia klasik dalam repertoarnya. Tak terkecuali beberapa acara revival seperti Suara Disko dan Swara Gembira yang banyak mengangkat musik-musik dansa Indonesia klasik, salah satunya seperti acara penghargaan untuk Candra Darusman dan Chrisye.
Pop Urban di 2018
Sementara itu di sepanjang 2018 lagu-lagu pop urban wara-wiri. Ada Marion Jola dengan lagu Jangan dari produser Lale Ilman Nino dengan musik yang goyang, perpaduan antara pop, reggae dengan sedikit funk. Lagu ini mendapatkan 6 nominasi dan membuat Lale Ilman Nino memenangkan penghargaan produser terbaik di ajang AMI Awards 2018.
Marion Jola – Jangan ft Rayi Putra
Masih dari Lale Ilman Nino ada band Lalahuta yang juga mendapatkan 1 nominasi di ajang AMI Awards, dengan lagu Jangan yang bertempo lebih kalem. Lagu dengan kadar pop yang catchy ini diaransemen dengan semua elemen funk yang terselip manis dan mampu membuat badan bergoyang. Simak ketukan drum yang goyang dan bass yang bermain nakal dengan kocokan gitar elektrik dan piano yang bersahut-sahutan.
Lalahuta – Jangan
Lalu ada penyanyi Isyana Sarasvati dengan salah satu lagu bernunasa pop-funk/disko yang diambil dari soundtrack film Milly dan Mamet. Meski drumnya cenderung konstan, tapi ada ketukan yang goyang di dalamnya. Yang jelas betotan bass-nya begitu asik menari dengan kocokan gitar funky yang mengejar-ngejar di belakang.
Isyana Sarasvati – Stargazing
Ada juga single Hivi! di 2018, “Satu-Satunya” yang bernuansa funk/disko 70a-n dan sangat cocok untuk diputar oleh Diskoria ataupun Munir di lantai dansa kekinian. Meski condong ke disko, sesemua elemennya merupakan turunan dari musik funk.
Hivi! – Satu-Satunya
Ada Calvin Jeremy yang merilis album dengan lagu bernuansa pop-funk/jazz 80-an Indonesia dengan album berjudul Nostalgia di penghujung 2018 kemarin. Total nostalgia 80-an!
Calvin Jeremy – Nostalgia
City Pop Indo
Dari arus samping ada beberapa musisi yang menyatakan terang-terangan terpengaruh city pop. Ada Springsummer yang baru merilis album tahun lalu dan Ikkubaru yang telah merilis album ke 2, Amusement Park tahun lalu. Keduanya berasal dari Bandung. Ada Tokyolite dari Bogor yang telah merilis 3 album. Mereka berdua telah beberapa kali main di Jepang dan memang membidik pasar di sana. Lalu yang terbaru ada putri musisi legendaris Jockie Suryoprayugo, Aya Anjani yang merilis singel berjudul “Roman Romansa” yang kental nuansa city pop Jepang lengkap dengan artwork dan nuansa videonya
Sepinya Gemerlap Kota
Pada akhirnya manusia adalah mahluk sosial. Secepat dan sebising apapun kehidupan urban saat ini manusia akan mudah merasa kesepian. Terlebih di tengah tingginya gedung pencakar langit, saling-silang jembatan layang, dan lampu kota yang indah tapi dingin. Karenanya kita akan selalu butuh musik dinamis untuk menemani kita menghadapi semua kebisingan modernisme. Itu mengapa musik Indo pop-urban yang dinamis dan positif akan selalu dibutuhkan untuk menjadi musik kehidupan kota. Baik untuk menemani di tengah padatnya penumpang Commuterline atau di tengah kemacetan di dalam mobil, yang anehnya di keramaian seperti itu kadang rasa kesepian justru sering datang menyergap.
____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wawancara Eksklusif Atiek CB: Lady Rocker Indonesia yang Gak Betah Tinggal di Amerika
Salah satu legenda hidup rock Indonesia, Atiek CB menggelar sebuah pertunjukan intim bertajuk A Night To Remember for Atiek CB hari Rabu, 11 Desember 2024 di Bloc Bar, M Bloc Space, Jakarta Selatan. …
Lirik Lagu Bunga Maaf The Lantis tentang Penyesalan yang Datang Terlambat
Siapa yang tak kenal The Lantis? Grup musik asal Jakarta ini semakin melejit namanya berkat lagu hit “Lampu Merah”, yang mencapai 67 juta pendengar lebih di Spotify. Kini mereka kembali mencuri perhatian dengan album …