Catatan Menjadi Manajer Tur Bangkutaman
Salah satu hal yang paling dirindukan dari setiap musisi/band saat Pandemi adalah berpergian tur ke beberapa tempat. Selain bisa mempromosikan sesuatu yang baru secara langsung, tidak bisa dipungkiri, transfer energi antara performer dan penonton yang ditemui pada saat konser tatap muka khususnya pada saat tur tak tergantikan oleh event virtual secanggih apapun. Bau keringat, teriakan rikues lagu, suara nyanyian bersama, crowd surf dan tepuk tangan penonton sudah pasti menjadi ‘bayaran’ yang sangat sepadan dengan lelahnya perjalanan tur. Di tulisan kali ini, saya Satria Ramadhan*), akan menceritakan nikmatnya pengalaman menjadi Manajer Tur Bangkutaman khusus untuk #tautautur2022 kemarin.
Sebuah tur tak akan berjalan dengan rapih tanpa peran semua pihak, baik dari band dan krunya, organizer lapangan di tiap kota, termasuk juga Manajer Tur. Manajer Tur adalah sosok penting dalam tur. Boleh dibilang, selain band, manajer tur adalah nyawa dari sebuah tur itu sendiri. Ia lah yang merancang tur dan memastikan semua hasil rancangan tur itu bisa berjalan dengan baik.
Bagi saya sendiri, menjadi Manajer Tur sebuah band adalah suatu kebanggaan tersendiri. Selain bisa jalan-jalan, senang rasanya bisa mengatur perjalanan tur sebuah band dari awal sampai akhir.
Salah satu yang penting dalam merancang tur adalah menyusun itinerary. Ini adalah salah satu hal favorit yang saya lakukan sejak memulai menjadi manajer tur tahun 2008. Seingat saya, Tur pertama yang saya rancang dan gawangi pada saat itu adalah Tur gig We Are Pop! Vol.6 Ke Jogja dan Solo (Agustus 2008), bersama Ballads of the Cliché, Bangkutaman, Sharesprings dan L’Alphalpha.
Tur Bangkutaman bertajuk ‘Tau Tau Tur’ kemarin cukup melelahkan, karena durasi singgah yang pendek, satu hari satu kota. Kami berangkat Kamis pagi (16 Juni 2022) menuju Cirebon, wawancara radio di pagi hari, diakhiri dengan perform di malam harinya. Keesokan paginya berangkat menuju Yogyakarta dan perform malamnya. Di hari ketiga, Bangkutaman tampil di Kota Solo dan perform di hari yang sama. Lalu di hari ke-empat, mereka tampil bersama The Dare di Semarang. Malamnya, mereka langsung pulang ke Jakarta, karena di hari Senin itu, Bangkutaman langsung tampil di Foya M Bloc.
Beruntung ketika sudah di Jakarta, saya kasih jatah mereka istirahat 2 hari, titik terakhir #TauTauTur2022 ini adalah Tangerang (23 Juni 2022). Alhamdulillah semuanya berjalan lancar sesuai rencana yang saya buat. Rasa lelah pun sangat terbayarkan saat semua plan kita berjalan lancar, mengingat persiapannya yang dirancang hanya dalam waktu 3 minggu saja.
Balik lagi ke menyusun itinerary, yang biasanya saya lakukan adalah sambil membayangkan perjalanannya, mulai dari titik kumpulnya dimana, loading alat ke bus, berdoa bersama, hal-hal printilan yang akan terjadi selama perjalanan, sampai ke kemungkinan-kemungkinan melesetnya jadwal dari yang direncanakan. Kita harus punya Plan B dan C. Biasanya saya cetak dalam beberapa lembar kertas, dibagikan ke Travelling Party (Peserta Tur) dan ditempel di dalam kendaraan.
Tak lupa juga untuk mencetak list barang yang dibawa, untuk mempermudah kru kroscek list semua barang dari, besar sampai yang kecil yang dibawa di setiap titik Tur. Ini yang saya lakukan pada #TauTauTur2022 bersama Bangkutaman kemarin.
Selain itu, hal lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam sebuah Tur adalah Merchandise. Ini adalah additional income yang harus di-maintain untuk mendukung kelancaran Tur ini, terlebih kalau Tur ini adalah Tur Mandiri (Tanpa Sponsor). Saat #TauTauTur2022 kemarin, saya lebih mengutamakan membawa 1 orang merchandiser yang khusus mengatur penjualan merch daripada tim dokumentasi (yang sebenarnya nggak kalah pentingnya), karena masih bisa di-handle bersama-sama. Dan alhamdulillah, pemasukan dari penjualan merchandise kemarin bisa menutup production cost bahkan ada keuntungannya.
Kembali cerita saya di awal tulisan ini, bahwa salah satu hal yang paling dirindukan dari setiap musisi/band saat Pandemi adalah berpergian tur ke beberapa tempat. Sekarang saya berharap tak hanya Bangkutaman, namun semua band seharusnya juga sudah bisa menggelar tur-nya sendiri. Mudah-mudahan semakin banyak band/musisi yang akan menyusul. Sampai jumpa dan hati-hati di jalan.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Armand Maulana – Sarwa Renjana (EP)
Dengan EP berdosis pop dan unsur catchy sekuat ini, saya jadi berpikir, mungkinkah Armand Maulana berpotensi menjadi the next king of pop Indonesia?
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …