Catatan Perjalanan BABLAS! Tour bersama LAS! di Pontianak

Oct 8, 2024

Di tengah padatnya jadwal festival musik, Pophariini berkesempatan untuk berangkat ke Pontianak selama tanggal 18-23 September 2024. Kunjungan ini dalam rangka mengikuti BABLAS! Tour yang diselenggarakan LAS! band asal kota tersebut. 

Perwujudan tur BABLAS! merupakan hasil kerja sama LAS! dengan Trend Asia, Link-Ar, dan Music Declares Emergency Indonesia untuk sebuah kampanye bertajuk No Music On A Dead Planet. Dari 3 titik kunjungan, yaitu Sambas, Ketapang, dan Sintang, kami diberi kesempatan untuk hadir di titik yang terakhir.

Tiba di Pontianak siang, hari Rabu (18/09) dan tim Trend Asia langsung menjamu dengan hidangan makan Restoran Gajah Mada, yang dilanjutkan dengan sesi kongko di kedai kopi. Dalam sesi kongko ini, tim media yang meliput diberikan arahan tentang bagaimana rangkaian acara ini akan berjalan.

Keesokan harinya (19/09), kami bersama tim Trend Asia langsung bertolak ke Tayan, Kalbar. Dua personel LAS! yang mengikuti rangkaian ini adalah Bob Gloriaus (vokal, gitar) dan Diaz Mraz (drum).

Agenda singgah di Tayan memiliki tujuan untuk melangsungkan kegiatan susur Sungai Kapuas di Kecamatan Tayan Hilir yang terhampar tumpukan bauksit hasil pertambangan PT Aneka Tambang (Antam), PT Bintang Tayan Mineral, PT Kapuas Bara Mineral.

Persiapan susur Sungai Kapuas / Dok. Trend Asia / Esa Setiawan

 

Selain personel LAS!, ada beberapa rekan musisi asal Bali yang juga diundang untuk mengikuti kegiatan ini yaitu Joshua Samuel Perkasa, drumer dari Bsar bersama sang manajer Hirohito Abe dan Alvin Jefry atau yang biasa dikenal dengan nama Poker Mustache, yang hadir bersama sang pemain kibor, Keenan Antonio.

Baik Bsar maupun Poker Mustache ikut rangkaian ini karena sama-sama tergabung di Music Declares Emergency Indonesia bersama LAS!.

Rombongan susur sungai / Dok. Trend Asia / Esa Setiawan

 

Kembali ke agenda susur sungai, kami menaiki sampan di sore hari dengan ditemani oleh beberapa warga lokal yang bercerita soal dampak kehadiran perusahaan tambang tersebut.

Penjelasan warga lokal tentang dampak perusahaan tambang di sungai / Dok. Trend Asia / Esa Setiawan

 

Setelah melakukan susur sungai dan bermalam di Tayan, kami langsung kembali menghantam jalan menuju Sintang dengan menempuh perjalanan sekitar 6 jam. Kami tiba hari Jumat (20/09) di Sintang dan bermalam di sana untuk mengumpulkan energi menyambut penampilan LAS! di sana esok harinya.

Tiba di hari perhelatan, sebelum menghajar panggung di malam hari, LAS! lebih dulu mengadakan lokakarya tentang lingkungan di Segaris Coffee & Space yang juga menjadi tempat penampilan LAS!.

Suasana workshop lingkungan bersama LAS! / Dok. Trend Asia / Esa Setiawan

 

Sebelum mereka manggung, kami mewawancarai Bob dan Diaz di kamar hotel terkait tur dan seluruh rangkaian acara yang diawali pertanyaan, bagaimana LAS! bisa terlibat dalam Music Declares Emergency Indonesia.

Wawancara bersama LAS! sebelum mereka tampil / Dok. Hafidh Ravy Pramanda

 

Bob menjelaskan bahwa perkenalannya dengan Robi ‘Navicula’, salah satu inisiator Music Declares Emergency di Indonesia menjadi awal keterlibatan LAS! berpartisipasi dalam kolektif tersebut. Sampai akhirnya band diajak membuat lagu untuk masuk kompilasi album di tahun kedua MDE setelah Sonic Panic beredar tahun lalu.

“Lucunya (ajakan ikut kompilasi), pas kami baru kelar album ketiga. Di album ketiga itu kami tidak ada sedikitpun menulis tentang lagu bertema lingkungan. Malah kami sibuk meng-highlight romantisme kami berempat ngeband, kayak jadi perayaan menuju 10 tahunnya LAS!,” kata Bob.

Album kompilasi MDE terbaru rencana diluncurkan bulan November mendatang, di mana LAS! akan berpartisipasi lewat sebuah lagu baru bertajuk “Tiny Blue Dot”.

Mereka juga menceritakan kerja sama yang terjalin bersama Trend Asia untuk BABLAS! Tour. Ini bermula saat lokakarya lingkungan MDE di Bali beberapa saat sebelumnya. Di sesi informal usai lokakarya berlangsung, Bob dan Diaz bertemu dengan Yuyun Indradi, Executive Director Trend Asia. Mereka banyak membahas soal akar permasalahan lingkungan di Kalimantan Barat.

Usai bertemu Yuyun, Bob dan Diaz mendapatkan inspirasi untuk melanjutkan semangat dari hasil pertemuan untuk diaplikasikan di BABLAS! Tour. Mereka pun merasa sinergi yang terjadi sangat cocok hingga akhirnya tur bisa terjadi.

Berbicara soal pemilihan 3 kota sebagai persinggahan BABLAS! Tour, Diaz merasa otot-otot skena di kota-kota tersebut cukup kuat. “Kami sebelumnya sudah pernah manggung di kota-kota ini, kecuali Ketapang, butuh 5 tahun untuk kami kembali ke sana,” ujar Diaz.

Ajaibnya, tanpa direncanakan band, 3 kota ini ternyata mengalami kerusakan lingkungan yang cukup masif. Diaz pun melanjutkan, bahwa mereka mengetahuinya dari pihak Trend Asia.

“Kayaknya memang hukum tarik menarik semesta ya. Benar-benar kayak what are you seeking, is seeking you,” jelas Diaz.

Setelah membahas latar belakang tur ini, kami lanjut menanggapi tentang 10 tahun LAS! tahun depan. Band ingin memanfaatkan acara tahunan yang rutin mereka adakan setiap tahun bertajuk Bona Fortuna Festival sebagai kendaraan perayaan usia 10 tahun tersebut.

Bob dan Diaz sudah memiliki rencana perayaan 10 tahu LAS! di tahun depan / Dok. Gerald Manuel

 

“Di tahun ke-10 kayaknya aku pengin mengundang teman-teman musisi yang sudah well known. Lagi-lagi aku bilang, kalau misalnya kami yang gak bisa ke Jakarta, biarlah Borneo yang memanggil mereka,” harap Diaz.

Lebih lanjut, Bob juga memiliki mimpi untuk Bona Fortuna Festival di tahun ke-10 LAS!. Ia berharap bisa memanfaatkan renewable energy untuk perhelatan tersebut.

“Mungkin ada satu panggung yang pakai panel surya, zero waste lah. Ini masih mimpi ya, aku juga gak mau sesumbar, karena kalau LAS! sendiri gak mungkin kejadian ini barang. Butuh banyak simpul-simpul dan teman-teman kolektif yang lain gitu,” pungkas Bob.

Selesai dari perbincangan, kami akhirnya langsung bergegas untuk menyaksikan penampilan LAS! di Segaris Coffee & Space. Mereka memulai set dengan “Hutan Peradaban” dengan total 11 lagu yang dibawakan malam itu.

Suasana konser LAS! di Sintang / Dok. Trend Asia / Esa Setiawan

 

Di akhir set, para personel LAS! mengundang rombongan dari BABLAS! Tour untuk sama-sama menyanyikan lagu “Jika Kami Bersama” dari Superman Is Dead sebagai bentuk selebrasi berakhirnya rangkaian tersebut.

Perjalanan di Pontianak membuahkan kenangan manis sekaligus memprihatikan bagi saya sebagai penulis. Kenangan manis karena disambut ramah oleh semua tim yang terlibat dan prihatin setelah melihat langsung kerusakan alam yang terjadi akibat perusahaan tambang di Kalimantan Barat.

Pertemuan dan perbincangan bersama LAS!, Trend Asia, dan musisi-musisi perwakilan Music Declares Emergency Indonesia menjadi oleh-oleh yang sangat berharga untuk dibawa pulang. Seperti yang tertulis dalam lirik lagu LAS! bertajuk “Borneo Spirit”:

Tak perlu malu untuk berpesta. Lakukan dengan cara budaya kita. Tuang lagi arakmu. Borneo Spirit untuk semua”.

Sampai jumpa lagi, Kalimantan Barat!

 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Inline Feedbacks
View all comments
hafidh ravy pramanda
hafidh ravy pramanda
2 months ago

Borneo is always calling you my friend! Ditunggu kehadirannya lagi nanti di kota panas ini!

Eksplor konten lain Pophariini

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …

CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI

Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya.     CARAKA merupakan band …