Cerita Mandoors Tour Album Sone Keliling 13 Kota di Indonesia

Jan 24, 2024
Mandoors Sone Tour

Rasanya tidak berlebihan jika menyebut tahun 2023 adalah tahunnya Mandoors. Pasalnya Mandoors mengisi tahun itu dengan merampungkan seluruh to-do-list sebuah band: merilis single, merilis album debut, menyelenggarakan hearing session, mencetak merch, dan melaksanakan tur perdana mereka Mandoors Sone Tour 2023 di penghujung tahun. Yang disebut terakhir adalah yang paling penting.

Selama November-Desember 2023, Mandoors mengunjungi 13 titik di pulau Jawa dan Bali dalam tajuk Mandoors Sone Tour 2023. Selama kunjungan itu, mereka mengajak lima band dari Semarang untuk menemani kunjungan mereka. Yang lebih gila, mereka melaksanakan semua agenda itu secara mandiri tanpa sokongan sponsor.

“Sebenernya nggak ada yang bisa dibanggain dari pembiayaan mandiri tur kemarin. Kita lebih bangga ketika tur ini bersponsor,” ucap Deva Hafidh, manager Mandoors.

Mandoors mengisi 2023 dengan merilis single, merilis album debut, menyelenggarakan hearing session, mencetak merch, dan melaksanakan tur 13 kota Jawa-Bali perdana mereka di penghujung tahun 2023

“Tapi setidaknya kita pernah mengalami itu, yang kemudian akan kita transform itu jadi investasi. Kalau mau bilang 13 kota tanpa sponsor, ya itu alhamdulillahnya tercapai. Kita membuktikan kita bisa, tapi apa kah itu harus? Ya enggak,” tegasnya.

Menuntaskan Hutang dan Hasrat

Ide agar Mandoors melaksanakan tur sudah ada sejak rilisnya EP Scepticism pada Juli 2019. Kurniawan Nugroho atau Iwan (vokal, gitar) mengaku bahwa awalnya tur perayaan EP tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2020. Namun, kita semua tahu kelanjutannya: pandemi Covid-19 membuyarkan semua rencana manusia.

Mandoors di Purwodadi / Foto: @XXIVGPH

“Ya sudah, kita lupakan tur untuk EP, kita produksi untuk album aja sekalian. 2020 kita produksi, tahun 2021 kelar, terus muncul ide macem-macem dari kita. Terus di tahun 2022 Deva masuk,” tutur Iwan.

“Sebenernya nggak ada yang bisa dibanggain dari pembiayaan mandiri tur kemarin. Kita lebih bangga kalau tur ini bersponsor,” ucap Deva Hafidh, manager Mandoors.

Awalnya Deva terlibat di tim Mandoors sebagai roadman untuk kebutuhan live. Namun, setelah manajer awal Mandoors keluar karena kesibukan kerja, Deva naik jabatan. Bersama Deva lah Mandoors merencanakan serangkaian aktifitas di tahun 2023, yang bermuara pada Mandoors Sone Tour 2023 yang mengunjungi 13 kota di Jawa-Bali.

Mandoors Sone Tour 2023 memang direncanakan untuk merayakan rilisnya album SONE, debut album penuh Mandoors yang dirilis bulan Juni 2023. Namun, tiap-tiap personel mengaku punya agenda masing-masing yang hendak mereka tuntaskan selama tur.

Iwan, misalnya, punya dua hasrat sebagai musisi. Pertama, Iwan ingin memiliki pengalaman tour life. Kedua, Iwan ingin punya pengalaman crowd-surfing sebab sepanjang hidupnya sampai sebelum tur, ia tidak pernah merasakan crowd-surfing. Syukur, Iwan merasakan pengalaman pertama crowd-surf dalam hidupnya di Purwodadi, titik pertama tur.

Zuma Mahardhika (bass) punya agenda lain. Sejak perencanaan tur, niat utama Zuma adalah menjajal kuliner khas kota-kota yang Mandoors kunjungi. Sementara Jul Ardiansyah (synth), yang juga memiliki solo projek bermoniker Alrisk, berniat menyerap segala pengalaman selama tur sebab berencana mengadakan tur sendiri untuk projek solonya.

“Terus si Dewo… apa Dewo?” tanya Deva.

“Dewo cari match Bumble!” seloroh Zuma, diikuti tawa bersama.

Agenda tur ini meluas dengan ikutnya lima band asal Semarang.  Band-band itu adalah Moiss, Schelper, Pale Harbor, BeverlyLine, dan Femm Chem yang bergantian menemani Mandoors membabat 13 kota. Empat band selain Moiss bisa dikategorikan sebagai band baru dari Semarang

Seperti yang kita tahu, agenda tur ini pun kembali meluas dengan ikutnya lima band asal Semarang. Gagasan itu muncul dari kepala Deva yang juga terlibat dalam kolektif gig organizer Whocares. Sering mengelola gigs merekatkan relasinya dengan band-band sejawat dalam kota.

“Sempet ada ide untuk ngajakin yang lain karena pada saat itu banyak band yang rilis dan tongkrongannya masih sama lah, deket-deketan. Itu juga kan band-band yang biasa kita manggung bareng. Terus banyak juga isu-isu tur band-band Semarang, tapi kok belum ada yang jalan? Terus akhirnya ini kenapa nggak diajak bareng-bareng aja, ya?” terang Deva.

Band-band itu adalah Moiss, Schelper, Pale Harbor, BeverlyLine, dan Femm Chem yang bergantian menemani Mandoors membabat 13 kota. Empat band selain Moiss bisa dikategorikan sebagai band baru dari Semarang (meski ada beberapa wajah lama mengisi Femm Chem). Rata-rata mereka belum genap berusia lima tahun sebagai band. Bahkan tur ini adalah agenda tur pertama mereka sebagai band – termasuk juga untuk Mandoors.

Dari yang awalnya merayakan perilisan album dan pemenuhan hasrat-hasrat personal, agenda tur Mandoors ini akhirnya menjadi semacam representasi dari wajah terbaru permusikan Semarang sekaligus rangkuman atas riuhnya kancah musik Kota Atlas.

Tiadanya sponsor penyokong dana. “Memang ada beberapa sponsor yang nggak bisa bantu atau belum ada ketertarikan buat support, jadi ya sudah lah kita jalan dulu. Nggak ada pilihan lain selain show must go on,” ucap Deva.

Namun, seperti kata pepatah lama; tak ada gading yang tak retak, tak ada senar yang tak putus. Durasi mempersiapkan tur ini ini kurang lebih hanya tiga bulan. Itu pun masih harus diselingi kesibukan kerja demi kebulan dapur. Perencanaan tur yang tergesa-gesa ini membuat banyak hal tidak tercapai sesuai rencana. Yang paling berdampak adalah tiadanya sponsor penyokong dana, padahal agenda tur ini membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Deva sebagai manajer sebenarnya sudah pitching pada beberapa calon sponsor. Bahkan di tengah-tengah agenda tur, ia masih menyempatkan diri mengajukan proposal dan meeting pada salah satu sasaran sponsor. Namun hasilnya nihil.

“Memang ada beberapa sponsor yang nggak bisa bantu atau belum ada ketertarikan buat support, jadi ya sudah lah kita jalan dulu. Nggak ada pilihan lain selain show must go on,” ucap Deva.

Ketiadaan sokongan dana dari sponsor jelas menjadi hambatan lumayan besar bagi agenda tur Mandoors. Apalagi menurut pengakuan mereka, penjualan merchandise yang mereka bawa selama tur tidak bisa menutupi pengeluaran. Satu-satunya jalan untuk menutupi seluruh pengeluaran adalah merogoh kocek sendiri dan, tentu saja, jumlahnya tidak sedikit.

Penjualan merchandise tidak bisa menutupi pengeluaran. Satu-satunya jalan untuk menutupi seluruh pengeluaran adalah merogoh kocek sendiri.  “Anak-anak iuran sendiri, tiap berangkat kita iuran dulu. Per personil itu 2-3 jutaan lah, ya” ujar Deva memastikan.

“Anak-anak iuran sendiri, tiap berangkat kita iuran dulu. Per personil itu 2-3 jutaan lah, ya?” tanya Deva, memastikan.

Ra ngerti, nggak terhitung,” balas Iwan, diikuti tawa getir.

Kolektifitas yang Menyelamatkan

Selayaknya kebanyakan tur band-band independen, tur Mandoors tidak bisa dikatakan berjalan mulus dan berisi ragam pengalaman buruk. Yang mungkin tidak disangka, pengalaman buruk tersebut datang kelewat cepat.

Di Jakarta, titik kedua rangkaian tur ini, Mandoors langsung menemukan pengalaman menyebalkan. Gigs yang berlangsung pada tanggal 4 November 2023 di Jakarta Timur diterjang badai. Venue bocor dan mau tidak mau acara harus molor. Mandoors yang awalnya dijadwalkan naik panggung jam 10 malam sebagai penutup, tetapi karena beragam halangan, mereka baru naik panggung jam 1 pagi.

Jika satu band naik panggung, rombongan yang berisi personel dan kru band lain akan berada di depan untuk mendukung aksi panggung band tersebut. Ini terjadi secara organik dan konsisten di semua titik

Kesialan belum selesai di sana. Setelah tampil kelewat malam, Mandoors masih harus dihadapkan pada carut-marut sistem pemesanan penginapan. Dengan kelelahan pascamanggung yang terlambat, mereka harus luntang-lantung di kota orang sebab penginapan yang mereka tuju tidak memiliki kamar kosong. Padahal mereka sudah mem-booking sendiri kamar melalui aplikasi resmi.

Untung rekanan Elang Terbang Kolektif yang menjamu rombongan Mandoors di Tangerang berbaik hati mencarikan penginapan lain meski sudah dini hari. Mereka akhirnya bisa beristirahat saat jam menunjukkan pukul 4 pagi dan harus kembali manggung malam harinya.

“Wah itu payah banget. Makanya terus habis dari pengalaman di Tangerang itu, kita kalau mau nginep suruh ngecekin teman-teman yang ada di kota itu. Ini bener-bener tersedia atau nggak kamarnya,” tutur Iwan.

Di beberapa kota pun Mandoors mendapatkan bantuan, treatment, dan kehangatan dari penyelenggara. Dalam kesimpulan Deva, bermain di Kudus, Banjarnegara, dan Purwodadi adalah pengalaman terbaik selama tur Mandoors kemarin.

Itu baru satu – dan baru di titik kedua tur. Masih ada pengalaman lain yang tidak sesuai ekspektasi, entah itu urusan finansial, teknis manggung, beberapa kota batal dikunjungi, dan lain sebagainya.

“Sebenernya yang bisa menyelamatkan tur ini adalah hal-hal di luar bermusik,” tutur Deva, merangkum perjalanan Mandoors.

Ada pengalaman perihal kolektifitas dan kepedulian yang membuat tur ini berkesan bagi Mandoors. Selayaknya sematan “scene that celebrate itself” dari Melody Maker ke kancah shoegaze Inggris, rombongan yang Mandoors bawa selalu meramaikan penampilan satu sama lain. Jika satu band naik panggung, rombongan yang berisi personel dan kru band lain akan berada di depan untuk mendukung aksi panggung band tersebut. Ini terjadi secara organik dan konsisten di semua titik.

“Femm Chem itu yang paling di depan ketika Mandoors main. Karena biasa to, ada Zuma yang juga personel Femm Chem. Kalau lagi main biasanya Zuma yang dicekokin di panggung. Di Magelang dia ditelanjangi di tengah-tengah main,” tutur Deva, diikuti tawa Zuma dan personel lain.

Mandoors di Jakarta / Foto: @ROTTENSLICE

 

Bantuan-bantuan tak terduga pun bermunculan. Salah satu yang mereka ingat adalah saat mereka tiba di Jakarta. Di tengah siang bolong, Naufalbahir (solois dan kibordis Soegi Bornean) tiba-tiba menghampiri rombongan Mandoors untuk memberikan makanan gratis.

“Tiba-tiba dia bawain nasi padang 10 bungkus lebih buat kita doang. Wah, kita alhamdulillah, alhamdulillah. Waktu itu kan kita cape banget, dia tiba-tiba bawain makanan gitu lho,” tutur Iwan.

“Sebenernya yang bisa menyelamatkan tur ini adalah hal-hal di luar bermusik,” tutur Deva, merangkum perjalanan Mandoors.

Di beberapa kota pun Mandoors mendapatkan bantuan, treatment, dan kehangatan dari penyelenggara. Dalam kesimpulan Deva, bermain di Kudus, Banjarnegara, dan Purwodadi adalah pengalaman terbaik selama tur Mandoors kemarin.

“Tiga daerah yang the best, bahkan mengalahkan kota-kota besar,” tegas Deva.

Di Purwodadi, gigs yang diselenggarakan WUFTD Collective adalah salah satu gigs dengan sound system yang paling bagus. Setelah mengulik, Deva tahu bahwa budget yang disiapkan untuk urusan teknis sound menyentuh angka 9 juta. “Dan itu mereka patungan,” saksi Deva.

Di Banjarnegara, titik keempat tur, merek dijamu oleh Kolektif Pancaroba. Di sana, Mandoors melihat totalitas sebuah kolektif menjamu kunjungan band. Jika ada band yang sedang berkunjung, Kolektif Pancaroba akan merombak venue dan mendekor sesuai konsep band tersebut. Saat Mandoors berkunjung ke Banjarnegara pada 11 November 2023, tema yang disiapkan adalah prom nite.

Mandoors di Banjarnegara / Foto: @rizalbadepasar

 

“Acaranya kaya acara prom nite. Mereka kasih dekor macem-macem, ada rumbai-rumbai blink-blink mengkilat kaya di foto cover kita. Itu mereka tempelin di sepanjang tembok,” saksi Iwan.

Dari cerita-cerita perencanaan sampai bagaimana Mandoors Sone Tour 2023 berjalan, Mandoors malah terkesan menantang diri. Mereka seperti mencoba mendorong ambisi, hasrat, dan kemungkinan sampai batas paling mentok

Sementara Kudus rombongan Mandoors memiliki kesan dan pengalaman lain perihal treatment teknis yang dilakukan oleh Sounds Meal, coffee shop yang menjamu kedatangan mereka.

“Kita ditanyain soal alat-alat sebelum acara, ‘Mau spek kaya gimana?’ Soundman kita udah nulis, udah banyak banget, dan pas sampe ke venue itu sama persis sama yang ditulisin,” ucap Iwan.

“Itungannya spek gede soalnya. Mereka keren karena nanyain, nggak banyak kolektif yang mau nanyain speknya. Ternyata itu detail sampe merk-merknya sama,” tambah Deva.

“Kami pengen neo-psikedelik bisa sampai jadi, sebut lah, trend, seperti shoegaze di Twitter. Bahkan udah jadi term sendiri yang semua orang tahu, dan kami pengen Mandoors turut berperan di sana,”

“Akhirnya kita kaya melihat, memang lebih seru ain di ‘daerah’. Kota-kota besar itu kebanyakan kalah. Nggak tahu ya, tiap-tiap organizer kan punya cara mereka masing-masing,” tutur Deva.

Soneisme a la Mandoors

Mandoors di Bali / Foto: @bayuandhika92

 

Kata “sone” yang Mandoors sematkan untuk tajuk album dan tur berasal dari istilah sa’isone atau sebisanya. Ada kesan pasif dan pasrah di sana. Namun, dari cerita-cerita perencanaan sampai bagaimana Mandoors Sone Tour 2023 berjalan, Mandoors malah terkesan menantang diri. Mereka seperti mencoba mendorong ambisi, hasrat, dan kemungkinan sampai batas paling mentok.

Mungkin sa’isone atau sebisanya yang Mandoors maksud bukan pada “Mandoors bisanya hanya segini”, tetapi “Mandoors bisa dibawa sampai mana?”.

Hal ini terbukti dari Iwan yang sudah menulis beberapa lagu baru pada rentang waktu sebulan kurang selepas pulang dari Bali. Mereka memang berencana merekam materi baru di tahun 2024 ini. Ada juga agenda homecoming yang sedang mereka persiapkan.

Kesan menantang diri itu semakin kuat saat menjelang akhir pertemuan, Deva, menyatakan agenda jangka panjang dari unit neo-psikedelik ini.

“Kami pengen neo-psikedelik bisa sampai jadi, sebut lah, trend, seperti shoegaze di Twitter. Bahkan udah jadi term sendiri yang semua orang tahu, dan kami pengen Mandoors turut berperan di sana,” tutup Deva.

 


 

Penulis
Gregorius Manurung
Mahasiswa off-side Sastra Indonesia Undip dan staf redaksi Highvoltamedia.com. Tulisannya terbit di Highvoltamedia.com, Tirto.id, dan beberapa webzine/zine. Sedang merencanakan pendirian penerbitan musik dan subkultur lokal, terkhusus Semarang.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian

Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW.     …

Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2024

Hujan deras di Minggu siang tak menghalangi saya menuju gelaran Jazz Goes To Campus (JGTC) edisi ke-47 yang digelar di FEB UI Campus Ground, Depok pada Minggu (17/11).  Bermodalkan mengendarai motor serta jas hujan …