Collapse – Saint

Mar 20, 2023

Saya sempat lupa bahwa ada sebuah proyek musik bernama Collapse. Beralasan, karena sudah tujuh tahun berselang sejak EP debut Grief dirilis, enam tahun dari nomor “Cold November” dan lima tahun dari “Chloe / A Glaring Panorama”.

Namun kini memori akan Collapse alias Andika Surya berangsur kembali setelah mereka memutuskan kembali dengan merilis EP kedua bertajuk Saint yang resmi rilis pada penghujung Februari lalu, yang mana rangkaiannya sudah dimulai sejak Desember 2022.

Saat itu, hadir nomor “Rute Menuju Ivory” yang setelahnya disusul oleh tiga nomor lain sebagai sebuah kesatuan di EP Saint, yakni “Born Again”, “Them Chords (skit)” dan “Violet Membran”.

 

Oke, langsung saja. Bagi saya pribadi, setidaknya ada beberapa hal yang patut dirayakan dari kembalinya Collapse ini, berbarengan dengan rilisnya EP Saint.

Pertama, kini Collapse berubah format menjadi sebuah ‘super group’ yang dihuni oleh nama-nama familiar dari Bandung. Mereka adalah Mario Panji (Leipzig), Hasbi Erlangfa (Haul), Angga Kusuma (Ssslothhh), dan Satria Gustian (Lizzie), serta Andika Surya sendiri.

Sebuah premis yang menjanjikan untuk menengok musik Collapse saat ini. Perpaduan lima kepala dengan musikalitas plus kemampuan yang tidak perlu diragukan lagi, dikomandoi oleh Andika Surya selaku pemilik proyek yang kini membawa warna terbaru dari pakem alternative rock berkarakter, dan mungkin juga bisa dibilang sebagai format terbaiknya.

Kedua, EP Saint dihadirkan oleh Collapse dengan keseluruhan materi yang memuat lirik berbahasa Indonesia. Eksplorasi bermusik yang cukup signifikan, mengingat bahwa materi-materi dari EP Grief didominasi oleh bahasa Inggris.

Saya cukup kaget ketika pertama kali mendengar “Rute Menuju Ivory”, bagaimana ternyata Collapse menyanyikan sebuah materi dengan penggunaan bahasa Indonesia dengan diksi-diksi yang tidak membuat badan bergidik geli dan ternyata dapat diterima dengan baik oleh telinga ini.

Tanpa basa-basi, “Rute Menuju Ivory” langsung dibuka dengan lead guitar yang meraung berbarengan bersama instrumen lainnya, disusul oleh sayup-sayup vokal Andika hingga akhirnya melolong di bait lirik “malam di bawah langit yang bersinar terang, nikmati dansa ternyata parah”, yang menurut saya juga menjadi celah bagi para penonton di bibir panggung untuk bernyanyi bersama.

Di setengah durasi berjalan, temponya tiba-tiba berubah dengan tanda masuknya lirik “presence, grudges, longing, lost” (sepenggal lirik berbahasa Inggris) yang dinyanyikan secara repetitif hingga akhirnya kembali ke aransemen awal, disusul dengan tempo yang makin menanjak intens menuju akhir.

Violet Membran”, nomor terakhir dari EP ini juga punya magisnya sendiri. Lugas menghentak tanpa basa-basi sejak awal bisa jadi kalimat rangkumannya. Penggalan lirik “hidup ‘tuk sementara” dengan sahutan “jadilah bunga kehidupan” terasa lebih ‘ngena’ ketika didengarkan sembari menyaksikan video musiknya.

 

Collapse tidak salah untuk mendapuk nomor ini menjadi nomor di urutan terakhir, karena bagi saya “Violet Membran” menjadi penutup yang pas, sekaligus memberikan tanda tanya besar akan apa yang Collapse lakukan dalam materi-materi selanjutnya. 

Energi dari dua nomor tersebut masih sama seperti awal saya berkenalan dengan materi-materi Collapse sebelumnya. Sudah jelas ada pembaruan di sana dan sini dari segi musikalitas dan aspek-aspek pendukung lainnya, namun masih ada sedikit ruang untuk nostalgia yang tentu dalam artian baik.

Meski begitu, saya setuju dengan ucapan Prabu Pramayougha di reviewnya mengenai Saint bahwa ini semua terasa tanggung, merujuk pada fakta bahwa dua dari empat nomor di dalam EP hanya berupa musik latar dan sebuah skit.

Mungkin, bisa jadi ini merupakan hal yang sengaja dilakukan oleh Collapse agar menumbuhkan rasa penasaran untuk materi-materi anyar lain, atau mungkin ia punya pertimbangan lain. Siapa yang tau.

Tapi satu hal pasti, saya (dan mungkin juga banyak orang) tidak sabar untuk mendengarkan materi-materi lain dari Collapse dan petualangan selanjutnya dengan formasi terkini.


 

Penulis
Raka Dewangkara
"Bergegas terburu dan tergesa, menjadi hafalan di luar kepala."

Eksplor konten lain Pophariini

Bising Kota Kuliner Jogja: Petualangan Selera, Lanjut Gosipin Skena Bersama Indra Menus

Rekomendasi kuliner di Jogja ditemani penjelajah kuliner yakni Martinus Indra Hermawan atau yang sering dikenal dengan nama panggilan Indra Menus

Setelah 2 Tahun, Dere Akhirnya Rilis Single Baru Berjudul Biru

Selang dua tahun dari kelahiran album penuh perdana Rubik, Dere akhirnya kembali menghasilkan karya terbaru dalam tajuk “Biru” yang dilepas hari Kamis (31/10).     Single “Biru” menggambarkan pertemuan antara cinta dan ragu dengan …