Crayola Eyes – Gushing
Saya setuju dengan Leo Tolstoy yang bilang kalau musik adalah simbol ungkapan emosi. Dalam membuat musik, diperlukan banyak emosi bahkan untuk membuat satu intro 9 detik yang notable seperti “Seven Nation Army”-nya White Stripes, atau lagu punk klasik 3 setengah menit seperti “Anarchy In The UK” sampai novel panjang “In The Court of The Crimson King – Including The Return of The Fire Witch”.
Saya juga tak menolak ketika Dick Dale, gitaris, bapak ‘surf-rock’ dunia mengatakan bahwa setiap lagu adalah sebuah lukisan. Nampaknya saya yakin bukan hanya dia saja yang pernah mengatakan itu. Dan semua orang termasuk saya akan mengamininya. Apalagi dalam kasus Gushing, album debut unit psikedelik rock ibukota, Crayola Eyes, lukisan-lukisan ini – sesuai dengan tajuknya – memancar dan tak terkendali. Ya jelas saja, Kendra Ahimsa, gitaris yang juga seniman yang bertanggung jawab atas artwork album ini memang banyak memberikan kontribusi bagi ‘memancarnya’ musik yang diimbuhkan teman-temannya di tiap lagu.
Jika tak salah terka, simbol mata dengan warna warni pastel hampir bisa mewakilkan emosi dari setiap personel yang memang sudah menunggu lama untuk bayi ini keluar, pun mewakili perasaan yang sama untuk pendengarnya yang sudah menikmati album ini dengan perasaan yang, dalam bahasa saya, ‘fase kendali – tak terkendali’.
Gushing menampilkan benang merah yang menyambung musik menjadi bentuk repetitif yang panjang, sebuah musik yang membawa langkah yang tak terburu-buru, menikmati setiap ayunan dengan sebuah anggukan kepala. Itu yang tergambar dalam lagu-lagu yang terangkai di dalamnya. Sebuah musik yang mungkin untuk awam akan terdengar membosankan, apalagi jika baru pertama kali mendengar Crayola Eyes dan malas untuk mencari tahu informasi tentang mereka.
Untuk itu, bagi yang sudah tahu tentang band ini, juga sebuah resep buat kalian yang menikmati album ini, bahwa pastikan kalian tidak akan membuat janji untuk melakukan apa-apa selama satu jam ke depan. Jika tidak, lupakan, lebih baik dengarkan playlist-playlist yang bertebaran di luar sana.
Sekian lama waktu mendengarkan Gushing dalam volume yang keras, saya sangat terpuaskan dengan pengalaman trip psikedelia delapan puluh – sembilan puluhan yang amat menyenangkan. Saya menyelami indahnya cukilan-cukilan warna The Psychedelic Furs, monokromatik The Church sampai guratan-curatan cat Spiritualized dan Primal Scream yang lebih berwarna.
Anda yang mendengar bisa memilih, di bagian mana kalian akan menyelam, terbawa dan tenggelam. Apakah bersama untalan wol empuk Spacemen 3, Jesus and The Mary Chain ketika menikmati setiap gebukan groove 6 menit di “Spectrum (for Sonic Boom)”? Ataukah tenggelam akibat jilatan-jilatan hangat “Grass Slick”, atau lebih tepatnya ‘anagram’ dari punggawa Jefferson Airplaine sekaligus satu dari ratu psikedelia akhir 60-an? Atau hanya sekadar terbang ke bulan menikmati debu debu kosmik bersama alunan musik gesek dan strings di “Pocket Moon”?
Gushing sama sekali tidak memberikan pengalaman teknikal atau virtuoso yang sebelumnya saya dengarkan dari lagu-lagu ‘heavy psychedelia’ yang hanya menyajikan hebatnya distorsi dan permainan gitar belaka tanpa tema. Fakta bahwa Crayola Eyes hanyalah musisi yang justru ingin menyajikan musik dengan teksturnya justru lebih penting untuk dinikmati ketimbang elemen-elemen lain yang mungkin anda ingin harapkan di sebuah komposisi rock psikedelik.
Di bagian manapun di lagu apapun atau apapun jenis trip yang kalian alami serta ‘kendaraan’ apa yang kalian naiki, saya yakin sekali bahwa Reno, Kendra, Bayu, Aditya, Anindya, Ferry serta tak dipungkiri peran dari produser Bernardus Fritz (Sunmantra) mampu membuat racikan-racikan spesial yang sudah pasti teruji sebelum disajikan. Kita sudah mendengarnya, beberapa bahkan sudah menikmati audio visualnya, hasilnya pun tak pernah gagal.
Mari kita berharap akan banyak lagi presentasi-presentasi audio visual yang memancar dari Gushing, agar banyak jiwa yang akan tenggelam, hilang kemudian diselamatkan.
_____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Dirty Racer Buktikan Cinta Sejati Itu Ada Lewat Single Vespa Merah
Setelah merilis single “Percaya” dan “Untitled” pada 2015, unit pop punk asal Lampung, Dirty Racer kembali dengan yang terbaru dalam tajuk “Vespa Merah” (08/11). Dirty Racer adalah Galang Rambu Anarki (vokal, bas) …
Circle Path Memaknai Candaan Jadi Hal yang Serius di Single Teranyar
Setelah merilis single “Down In The Dumps” tahun lalu, Circle Path melanjutkan perjalanan mereka lewat peluncuran single anyar “Take This As A Joke” hari Senin (11/11). Pengerjaan single ini dilakukan secara independen dan mereka …