Daftar Host Podcast Musik Favorit Pophariini 2024
Cerita kisah perjalanan musisi dalam sebuah tayangan podcast bisa menjadi inspirasi para penontonnya. Namun, sosok yang juga tak kalah penting di balik itu adalah peran seorang host. Bagaimana mereka menyusun pertanyaan-pertanyaan di kepala, baik yang memang dipersiapkan maupun spontan, selalu memiliki pengalaman tersendiri.
Seperti biasa, menjelang akhir tahun, Pophariini kembali mengeluarkan rubrik KaleidosPOP yang diawali dengan memilih host podcast favorit. Simak langsung wawancara kami dengan Tiara Dianita, Iga Massardi, Gusti Irwan Wibowo & Nehru Rindra, serta Awwe & Randhika Jamil di bawah ini.
Tiara Dianita (REWIND)
Ceritakan awal karier lo menjadi host podcast!
“Ceritanya, Maple di awal tahun 2022 belum ketemu host untuk program podcast Rewind. Terus waktu itu gue mikir, gue aja dulu deh jadi host-nya. Eh, ternyata seru. Jadi keterusan sampai sekarang.”
Bagaimana persiapan lo setiap bertemu narasumber?
“Riset, riset, dan riset. Mulai dari basic, Wikipedia, Instagram pribadi mereka, sampai nonton beberapa video interview atau podcast mereka sebelumnya. Riset lewat video tuh bikin lebih mengenal mereka bukan hanya secara tulisan atau verbal, tapi juga by gesture dan how they communicate.”
Siapa narasumber yang paling berkesan selama lo menjadi host?
“Jawabannya selalu yang paling recent. Berarti kalau sekarang jawabannya BAP. Di balik Kareem yang dikenal dengan introvert-nya, dia sangat bisa menjelaskan karya dan dirinya dengan baik.”
Apakah menjadi host butuh pengetahuan tentang jurnalistik?
“Menurut gue, sedikit banyak iya. Meski gue gak pernah mendapatkan ilmu jurnalistik secara akademis, tapi secara gak langsung gue dapat pengetahuan itu saat bekerja di media sebelumnya. Bagaimana kita harus mengumpulkan informasi dengan baik sampai itu bisa menjadi sebuah pertanyaan untuk narasumber.”
Sejauh mana lo mengenal audiens untuk podcast lo?
“Sebenarnya audiens podcast Rewind diawali dari audiens dari para guest yang diundang. Dari situ ada beberapa dari mereka yang mengapresiasi bagaimana gua menjadi host yang akhirnya mereka menyukai konsep Rewind itu sendiri. Ya bisa dibilang, beragam tapi yang pasti mereka menyukai cerita-cerita dari orang yang memilki karya.”
Iga Massardi (Suar Dialog)
Siapa narasumber yang paling berkesan selama lo menjadi host?
“Banyak banget sebenarnya ya. Hampir semuanya nih sebenarnya orang-orang yang berkesan buat gue, seklise apapun itu ya. Banyak musisi-musisi yang gue dengerin dari SD, terus mau gue undang ke podcast gue. Ada Mas Thomas Ramdhan dari GIGI, Mas Pongky Barata, Mbak Kikan dari Cokelat. Terus yang sekarang-sekarang juga pasti banyak, kayak teman-teman gue sendiri. Alhamdulillah, ada Pamungkas, Mas Ricky ‘Seringai’. Banyak banget, literally banyak banget. Hampir semua orang yang gue ajak ke SUAR tuh memang orang yang berkesan buat gue pribadi karena itu menjadi syarat utama, guenya harus tertarik, baru kemudian bisa ngobrolnya enak. Tapi terutama untuk musisi-musisi yang senior kali ya, yang sangat berkesan. Kayak Mas Thomas, Mas Pongky, dan Mbak Kinan tadi. Ada Mas Stephan Santoso juga sebagai engineer. Mungkin orang-orang itu sih karena gue melihat mereka dari kecil. Gak nyangka aja.”
Apakah menjadi host butuh pengetahuan tentang jurnalistik?
“Gue pribadi juga bukan orang yang kuliah jurnalistik atau apa gitu, tapi kebetulan Bokap gue tuh wartawan senior. Apakah butuh, kalau memang bisa digali, itu pasti akan lebih baik. Tapi buat gue yang paling penting harus suka baca untuk bisa bertanya karena kita harus membiasakan diri untuk baca buku. Buku itu kan melatih kita untuk menyelami isi pikiran orang lain, dan membaca buku itu sangat membantu. Apalagi buku-buku biografi gitu-gitu sangat ngaruh sih karena penulis buku biografi adalah orang yang bertanya juga kepada orang lain. Jadi kita udah bisa melihat jawaban dari narasumber yang dirangkai oleh penulisnya. Itu kayak jalan pikiran dan kerangka berpikir yang penting banget dalam sebuah buku untuk kita bertanya ke narasumber dengan cara yang baik.”
Sejauh mana lo mengenal audiens untuk podcast lo?
“So far apa yang terjadi di kolom komentar itu sudah mencerminkan ya, bahwa memang audiensnya SUAR itu bukan audiens yang katakanlah massal, ramai, banyak gitu, gak. Tapi orang-orang yang spesifik pengin tau in-depth tentang musik. Jadi orang-orang yang serius tentang musik atau industrinya bisa nyemplung ke channel-nya SUAR dan menggali sesuatu yang dalam dari situ. Gue bisa bilang, music enthusiast itu pasti dan mungkin orang-orang yang ingin belajar tentang insight dari musisi sebagai businessman, artist, atau selebritis di situ juga bisa. Walaupun yang sebagai selebritis gue gak terlalu peduli ya. Memang lebih ke musik dan cara berpikir mereka secara sistematiskah, atau bagaimana mereka melihat karya dan bisnisnya, bisa dilihat di SUAR. Jadi orang-orang yang memang antusias terhadap musik itu sendiri, mostly. Dan memang secara persentase pasar ya mungkin 10-15% gitu paling banyak, tapi ya gue rasa memang harus ada yang berpihak kepada orang-orang yang punya persentase sedikit ini karena masih jarang gue melihat channel yang membahas musik secara in-depth.”
Apakah host sebuah profesi yang menjanjikan?
“Kalau melihatnya dari SUAR sih gue gak ya karena di sini gue literally zero profit, so far. Gue gak monetize juga dan belum ada sponsor sampai hari ini. Kalau dibilang menjanjikan tentunya setiap orang punya kasus berbeda. Kan ada juga ya, maksud gue host kayak Deddy Corbuzier itu kan menghasilkan banget. Terus banyak juga lah podcaster-podcaster dengan channel-nya masing-masing yang udah punya chances bahwa itu menjadi ladang bisnis. Gue rasa sih sangat menjanjikan, tergantung bagaimana kita menyikapinya dan mau menjalani prosesnya. Jangan cuma lihat kayak, ‘Oh Deddy Corbuzier punya podcast salah satu yang paling banyak revenue-nya’. Tapi kan untuk sampai ke situ juga gak instan. Jadi itu sih. Kalau gue bisa bilang menjanjikan, tentunya punya chances untuk orang bisa hidup dari situ, cuma apakah ini sebuah hal yang gampang dijalani. Gue rasa gak juga karena butuh persistence dan butuh daya tahan untuk bersaing di belantara YouTube ini.”
Sebutkan host podcast lokal maupun luar favorit lo!
“Gue suka banget sama Rick Beato. Dia tuh udah tua, udah kakek-kakek gitu, dan dia interview banyak banget musisi yang gila-gila. Terakhir dia interview David Gilmour dan banyak banget deh kalau lihat channel-nya dia. Dia ngomongin hal yang pengin gue omongin di SUAR gitu. Jadi dia bahas musisi secara in-depth. Salah satu panutan gue. Kalau lokal, gue sebenarnya cenderung nyari yang lucu-lucu sih, kayak sahabat gue sendiri namanya Pican dari Podcast Seminggu. Gusti juga gue suka karena gue butuh yang lucu. Kalau yang in-depth, gue lihatnya ke luar kayak itu tadi karena gue rasa di sini belum banyak ya podcast musik ngomongin sesuatu yang in-depth kayak gue pengin. Mungkin ada, cuma gue gak tau. Kalau ada tolong kasih tau.”
Gusti Irwan Wibowo & Nehru Rindra (Perwakilan Diplomatik)
Gusti:
Ceritakan awal karier lo menjadi host podcast!
“Awalnya coba-coba ya. Mengawali ini semua dari (menjadi) tamu-tamu saja. Terus coba-coba jadi host utama pas di Cretivox. Di situ saya ngerasa, ‘Wah, saya gak bakat ya ternyata’. Sejak itu saya lanjutkan hingga bertemu Nehru Rindra di Kedubes dan Maple Media.”
Bagaimana persiapan lo setiap bertemu narasumber?
“Tentunya mempersiapkan mental yang kokoh, opsi-opsi jawaban yang tepat agar semuanya tersampaikan dan ada nilai edukatifnya. Namun itu tadi bohong ya, gak nyiapin apa-apa saya.”
Apakah menjadi host butuh pengetahuan tentang jurnalistik?
“Sebenarnya butuh ya, tapi karena saya host baru jadinya kadang yang masih dipersiapkan adalah memperhatikan setiap jawaban tamu untuk saya respons ke arah yang sekiranya menghibur.”
Apakah host sebuah profesi yang menjanjikan?
“Menurut saya, profesi yang paling menjanjikan itu muncul dari diri sendiri, seberapa yakin kita bisa menjanjikan diri ke setiap profesi yang kita emban.”
Sebutkan host podcast lokal maupun luar favorit lo!
“Kalau lokal ada Vincent Desta dan banyak lagi. Kalau luar saya cuma tau Jimmy Fallon.”
Nehru:
Ceritakan awal karier lo menjadi host podcast!
“Awal mulai jadi host podcast tuh sebenernya gak sengaja gara-gara nemenin si Gusti shooting di Maple media. Singkat cerita, waktu itu Maple ngerayain ulang tahun yang pertama, dan Gusti jadi MC acaranya. Tiba-tiba ada produser Maple, namanya Bastian nyodorin mic ke gue buat ngerame-ramein acaranya. Eh, dari situ diajak shooting buat salah satu brand yang masuk ke Maple tahun 2023. Gue jadi salah satu talent-nya terus dibikinin program berdua deh sama Gusti juga.”
Bagaimana persiapan lo setiap bertemu narasumber?
“Kalau persiapan ketemu narasumber sih yang pasti gua riset dulu kalau memang gak terlalu kenal sama narsumnya. Tapi gue membiasakan diri risetnya setengah gitu biar tetep ngerasa kosong pas ketemu narsumnya. Jadi, gue sama Gusti mau merasanya kayak nongkrong aja gak kayak wawancara yang tanya jawab banget. Malahan lebih sering ngalor ngidul gitu karena saking kosongnya, tapi tetap gak lupa sama jalur wawancara kalau si narasumber lagi promosiin karyanya. Dan paling sih nanya apa aja yang boleh dan gak boleh buat ditanyain.”
Siapa narasumber yang paling berkesan selama lo menjadi host?
“Yang berkesan sih banyak karena gue juga hitungnya anak baru nih jadi host. Jadi banyak excited-nya. Paling yang gak berasa banget pas shooting-nya dan gue suka banget itu ada Danilla, Pandji Pragiwaksono beserta teman-teman US-nya, Sal Priadi, Rossa, sama Armand Maulana.”
Apakah menjadi host butuh pengetahuan tentang jurnalistik?
“Wow, ini pertanyaan serius ya. Kalau menurut gue sih, ada perlunya ya karena kita punya tanggung jawab sebagai pembawa acara atau host itu ke penonton. Jadi apa yang kita tanyain itu biasanya kan ada pertanyaan-pertanyaan yang nambah dari 1 pertanyaan itu. Gue nyoba buat seinformatif mungkin biar isinya gak becandaan doang. Tapi sampai sekarang sih sebenarnya gue masih belajar buat bisa wawancara semantep Tiara Dianita dan Denboi.”
Sejauh mana lo mengenal audiens untuk podcast lo?
“Menurut gue, kayaknya yang nonton itu sekarang mulai gak lihat siapa bintang tamunya. Jadi mereka nungguin jokes-jokes ideal yang gua elaborasikan bersama Gusti (itu kata-kata dari tim Maple Media). Alhamdulillah-nya tugas kita membantu yang lagi promo itu bisa tersampaikan.”
Awwe & Randhika Jamil (BERIZIK)
Awwe:
Ceritakan awal karier lo menjadi host podcast!
“Jadi memang sebelumnya berteman sama Randhika Jamil kan udah lama. Sampai pada satu ketika kami sama-sama sadar (selera) musiknya sama gitu. Gue sama Kang Dhika tuh suka pop punk, 11-12 banget gitu. Ya udah, jadi sering ngomongin musik. Habis itu pengin bikin sebuah acara tentang musik, tapi becanda banget karena memang kami kan stand up comedy-an. Selama ini udah ada yang kayak, let’s say promo radio. Itu kan lebih serius, tapi kami mikirnya becandain aja. Perspektifnya dari sisi orang yang gak tau musik justru, jadi pertanyaannya goblok-goblok gitu. Tadinya mau bikin di YouTube, cuma waktu itu belum terealisasi. Tiba-tiba ada tawaran dari NOICE, mereka ada platform baru. Waktu itu gue lempar lah ide itu, terus Kang Dhika mau. Akhirnya, jalan si BERIZIK.”
Siapa narasumber yang paling berkesan selama lo menjadi host?
“Agak susah sih karena lumayan banyak. Tapi kalau disuruh milih, mungkin yang legend-legend kali ya. Om Iwan Fals, Tante Titi DJ, Ahmad Dhani. Mungkin Tante Titi salah satunya karena di episode itu ceritanya kami belajar nyanyi dan dia yang ngajarin. Ada satu momen di mana gue nyanyiin lagunya dia yang ‘Bahasa Kalbu’. Terus tiba-tiba dia masuk, jadi gue kayak duet sama dia. Dalam hati gue, ‘Anjir, gue duet sama Titi DJ’ [tertawa].”
Apakah menjadi host butuh pengetahuan tentang jurnalistik?
“Harusnya sih iya ya. Maksudnya menurut gue ya itu penting sih karena lo jadi tau kan cara nanya yang benar gimana. Cuma memang si BERIZIK ini, karena kami bloon akhirnya dibikin begitu. Jadi kalau pertanyaannya aneh, orang mikir, ‘Ya emang goblok ini mah’. Jadi mungkin tergantung konsep lo mau kayak gimana sih ya. Tapi kan mostly memang kalau nanya butuh ilmu jurnalistik juga, maksudnya biar orang juga enak nonton dan dengerinnya. Cuma kalau BERIZIK sih gue tidak merasa kami punya ilmu jurnalistik yang benar, jadi pasti kalau didengerin banyak ngaconya. Tapi justru mungkin karena roots-nya benar-benar komedi, makanya BERIZIK singkatan Bercanda Isinya Muzik. Jadi bercanda dulu, baru isinya musik akhirnya termaafkan kali ya dengan segala kecacatan kami.”
Apakah host sebuah profesi yang menjanjikan?
“Kalau kita ngomongin host sebuah acara, menurut gue sangat menjanjikan karena rata-rata acara butuh host. Mungkin kalau gue kasih contoh adalah teman gue, Diaz Danar dari Podcast Ancur. Dia sekarang adalah host yang megang peluncuran film gitu. Jadi kalau ada film yang rilis, dia host-nya, dan setiap minggu dia ada job. Dia lumayan hidup sekali dari situ. Ya karena itu tadi, semua acara butuh host ya. Tapi memang akhirnya, ya butuh keterampilan sendiri. Kan gak mudah ya. Host yang acara bercanda itu beda sama host di acara serius yang formal. Kayak gue mungkin di acara formal akan kesulitan sekali menyusun kata-katanya dan segala macam. Tapi kalau dibilang menjanjikan, ya menjanjikan. Kalau lo oke itu bisa kepakai banget. Kalau host podcast, ujung-ujungnya gimana cara lo membangun podcast-nya gitu. Menurut gue untuk platform podcast sementara ini, itu tidak ada kayak YouTube yang ada ad-sense dan langsung dapat duit. Jadi memang pintar-pintarnya lo. Gue merasa jadi host podcast lebih kayak etalase supaya nanti dapat kerjaan yang lain. Jadi gak gara-gara podcast-nya lo dapat uang gitu, tapi jadi nempel ke yang lain. Dari orang dengerin podcast gue, akhirnya ngundang ke acara apa segala macam. Jadi memang harus kreatif sih. Gue percaya kalau kita melakukan apapun secara benar dan konsisten, pasti akan membawa kita ke tempat yang baru. Itu gue lumayan percaya sih.”
Sebutkan host podcast lokal maupun luar favorit lo!
“Kalau luar gue kayaknya gak ada ya karena bahasa Inggris gue buruk [tertawa]. Jadi gue jarang dengerin podcast luar. Joe Rogan doang dikit-dikit, itu juga yang tamunya menarik aja. Kalau di Indonesia, pasti gue sukanya yang komedi lah ya. Teman-teman gue sendiri sih kebanyakan, anak-anak Agak Laen, GJLS, Pacinko, A4, sama Ancur juga, itu sih.”
Dhika:
Bagaimana persiapan lo setiap bertemu narasumber?
“Biasanya gw cari info-info dan nanya-nanya ke orang-orang tentang narasumber supaya pas ketemu bisa langsung blend in.”
Siapa narasumber yang paling berkesan selama lo menjadi host?
“Om Iwan Fals karena bisa ngobrol langsung dan becanda sama Om Iwan itu gak pernah gue bayangin sebelumnya dan ternyata beliau sesantai dan selucu itu.”
Apakah menjadi host butuh pengetahuan tentang jurnalistik?
“Perlu, tapi bukan berarti faktor lain jadi tidak perlu karena kalau hanya berpatok pada ilmu jurnalistik kami akan jadi terlalu kaku.”
Sejauh mana lo mengenal audiens untuk podcast lo?
“Cukup lumayan mengenal karena gue percaya bahwa podcast itu adalah community based. Jadi sebagai yang punya podcast akan lebih baik apabila mengenal jauh pendengarnya.”
Apakah host sebuah profesi yang menjanjikan?
“Untuk saat ini bisa dibilang iya, tapi dengan standar yang baik.”
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wijaya 80 Rilis Single Terakhir Kali, Selangkah Lebih Dekat Menuju Mini Album
Wijaya 80, band trio yang mengusung tema pop 80an, meluncurkan single “Terakhir Kali” (06/12). Lebih dari sebuah karya musik, tembang ini menjadi refleksi emosional tentang rumitnya perjalanan cinta sekaligus penanda babak baru …
Maudy Ayunda Rayakan Kerapuhan dan Ketangguhan Manusia di Album Keempat
Penyanyi dan penulis lagu, Maudy Ayunda, kembali menghiasi blantika musik Indonesia dengan merilis album studio keempatnya, Pada Suatu Hari (03/12). Album ini menampilkan sisi artistiknya yang lebih matang dan autentik—baik dalam bermusik, maupun bercerita. …