Danilla – Telisik (Lagi)

Setelah melalang buana dengan eksplorasi mood yang muram hingga dance-y dalam total empat album, Danilla memutuskan kembali merekam ulang album perdananya, Telisik, dan menamainya dengan Telisik (lagi). Yang menarik bukan soal mengapa dan bagaimana. Namun dalam konteks pelestarian dan upaya reintroduksi sebuah karya perilisan ulang ini adalah hal menarik yang layak ditiru.
Kita tidak bisa bicara kesuksesan Bernadya sekarang tanpa melihat kehadiran album perdana Danilla, Telisik yang dirilis 10 tahun yang lalu di tahun 2014. Album ini jadi jalan pembuka para penyanyi perempuan dengan musik yang lebih elegan dalam menghantarkan pesan-pesan bertema cinta. Dengan cara bernyanyi yang cenderung santai, tanpa vokal meliuk dan unsur musik dan lirik yang dramatis berlebihan.
Telisik hadir di 2014 dengan vokal Danilla yang alto dan hangat, dalam balutan musik pop, jazzy yang folky dan lirik yang cerdas untuk ukuran saat itu. Album ini menuai kesuksesan, dan membawa Danilla hingga ke titik seperti sekarang.
Meskipun begitu dirinya sempat jengah ketika bereksplorasi dalam album-album berikutnya. Banyak yang lebih menyukai sosok dan musik di album Telisik. Bahkan Danilla pun sempat mengeluhkan ini beberapa kali, termasuk juga dalam lirik lagu “MVP”.
Lalu apa yang membedakan Telisik 2014 dengan Telisik (lagi) ini? Dalam versi barunya, delapan lagu termuat dalam Telisik (lagi). Minus lagu “Bilur”, “Reste Avec Moi”, “My Favorite Things”, “Penutupan” dan “Pendahuluan”. Secara keseluruhan memang Telisik (lagi) berhasil terdengar menyempurnakan Telisik versi 2014. Baik yang terutama dari segi vokal Danilla, aransemen musik, dan detail sound serta mixing.
Semua terasa lebih penuh dan kaya. Tentunya faktor penguasaan teknologi, kemampuan aransemen, dan musikalitas yang lebih matang. Lagu-lagu utama seperti “Buaian”, “Wahai Kau” salah satu contohnya. terdengar lebih dalam dan lebar, dengan penambahan instrumen yang membuatnya menjadi lebih intens. Tentunya tanpa mengganggu versi awal yang sudah menempel di benak pendengarnya.
Saya pribadi melihat album Telisik (lagi) lebih dari sekadar rekaman ulang. Dalam perlisan ulang album ini Danilla bisa berdamai dengan album pertamanya. Album ini juga mengajarkan pendengar tentang perjalanan waktu dalam musik. Karena setiap karya bukanlah hanyalah bebunyian yang enak di telinga yang kebetulan mewakili isi hati dan kita bisa bersenandung padanya. Tapi bagaimana sebuah lagu bisa tumbuh, berkembang dan berubah seiring waktu.
Versi ulang Telisik (lagi) milik Danilla ini menghadirkan kembali jejak awal perjalanan karya Danilla dan Lafa Pratomo, sekaligus jadi tribut untuk proses dan penanda satu dekade yang penuh refleksi.

Eksplor konten lain Pophariini
WYAT, The Skit, Teori, dan Barmy Blokes Turut Menyukseskan Latihan Pestapora Solo
Setelah rangkaian workshop dan talkshow berlangsung tanggal 12-14 Juni 2025, Latihan Pestapora Solo persembahan Boss Creator akhirnya terlaksana hari Minggu, 15 Juni 2025 di Pamedan Mangkunegaran. Latihan Pestapora Solo kali ini berhasil mengumpulkan sekitar …
Larkin Asal Karawang Lepas Single Perdana Term
Band alternatif asal Karawang, Larkin resmi melepas karya perdana dalam bentuk single bertajuk “Term” hari Jumat (13/06). Di single ini, mereka merepresentasikan perpaduan harmoni dream pop dan keliaran indie rock untuk musik yang dibawakan. …