Di Balik Panggung Serigala Militia Selamanya
Seringai sukses menggelar konser Serigala Militia Selamanya di Lapangan Hockey Plaza Festival hari Sabtu (30/11). Bekerja sama dengan Antara Suara, acara hari itu berhasil membuat program pesta yang menyenangkan untuk para Serigala Militia tidak hanya dengan penampilan Seringai, tapi juga para band pembuka seperti Tore Up, Amerta, dan Godplant.
Kami tiba di tempat pelaksanaan acara pukul 15:00 WIB. Setelah mengambil tanda pengenal media, kami langsung menyaksikan aktivitas lelang yang dilakukan oleh Serigala Militia. Basis penggemar Seringai tersebut memang terlibat sebagai salah satu pengorganisir berbagai rangkaian acara di konser ini.
Berbagai memorabilia Seringai mulai dari test press vinyl album perdana High Octane Rock, rompi denim Seringai, box set album Seperti Api, sampai sepatu edisi khusus dari salah satu sponsor jadi incaran para pengunjung yang hadir saat itu.
Setelah melihat-lihat pelelangan, kami beranjak ke tenda sebelahnya, di mana sedang berlangsung aktivasi sablon dengan ilustrasi karya Mochammad Galuh bertajuk Lini Pemburu. Selain bisa membeli kaus yang disediakan, pengunjung juga bisa membawa kausnya sendiri untuk disablon.
Berhubung saat itu acara memang belum mulai dan Tore Up selaku band pertama yang main masih bersiap-siap, kami sempat memutuskan untuk keluar area konser sejenak. Saat itu kami mampir ke salah satu minimarket di samping Lapangan Hockey dan mendapatkan pemandangan yang cukup unik, di mana antrean kasir di sana dipenuhi para penonton Seringai yang cukup mudah teridentifikasi karena pakaian hitam-hitam mereka.
Kami pun kembali ke dalam untuk menyaksikan penampilan Tore Up. Saat sedang berjalan ke panggung, patung serigala yang ada di tengah area mencuri perhatian karena banyak yang mengambil gambar di sana.
Banyak yang mengagumi patung serigala yang juga jadi visual utama poster konser Serigala Militia Selamanya. Belakangan kami baru tau bahwa yang mengerjakan visual tersebut adalah Riza ‘Oyoy’ Prawiro, tak lain gitaris Godplant, band yang juga jadi salah satu penampil.
Untuk nama yang berkesempatan tampil berkat submission yang diadakan Seringai beberapa waktu lalu, Tore Up tampil dengan sangat mengagumkan. Saya pribadi merasa mereka adalah pilihan tepat untuk menjadi band pembuka dari segi sound yang dihasilkan, attitude di panggung, dan banyak faktor lainnya.
Band asal Tangerang Selatan beranggotakan Naufal (gitar), Hanri (vokal), Redhy (gitar), Fio (drum), dan Openg (bas) itu kami temui di balik panggung untuk berbincang-bincang mengenai cerita perjalanan mereka sampai terpilih jadi pemenang band submission.
Hanri yang bertanggung jawab mengirimkan materi Tore Up untuk band submission bercerita bagaimana ia bisa tergerak melakukan hal tersebut. Momen tersebut terjadi saat ia melihat unggahan Seringai dan Antara Suara di jam makan siang kantornya. Sang vokalis mengaku hari itu ia mengirimkan materi hanya iseng dan tanpa ekspektasi apa-apa.
“Pengumumannya juga gak tau tuh, gak ngikutin. Terus baru bangun tidur di hari Sabtu, lihat Instagram, ‘Loh apa nih? Kok ada logo Tore Up?’. Ya udah langsung ngomong ke anak-anak,” kisah Hanri.
Naufal jadi orang pertama yang dikabari Hanri soal kabar bahagia ini. Sang gitaris pun membeberkan sebuah fakta menarik, bahwa saat mendengar kabar itu ia sedang diopname di rumah sakit. Sempat tak percaya di awal, namun setelah kabar tersebut tervalidasi, Naufal mengaku langsung merasa segar dan sehat.
“Langsung sembuh gue [tertawa]. (Kabar) Itu obat banget sih,” ucap Naufal.
Tentunya kami tutur menanyakan pendapat personel Tore Up tentang Seringai sebagai tuan rumah di acara tersebut. Fio menyambut pertanyaan tersebut dengan mengatakan bahwa ia sudah menjadi pendengar Arian dan kawan-kawan sejak masih duduk di bangku SMP.
“Menurut gue Seringai band besar dan paling iconic di Indonesia,” tegasnya.
Pernah menjadi band pembuka END, unit metalcore Amerika di tahun lalu, tentu ada rasa penasaran apakah mereka lebih deg-degan membuka END atau Seringai. Naufal menjelaskan, karena kabar menjadi pembuka Seringai cukup tiba-tiba, ia pun merasa lebih nervous membuka mereka.
“Kalau END itu memang salah satu influence kami, tapi setelah ketemu personel END, deg-degannya hilang. Karena mungkin kami belum ketemu Seringai, dan pas naik panggung tiba-tiba ramai, itu jujur adrenalin gue naik banget sih,” jelas Naufal.
Kabarnya, Tore Up sedang merampungkan album penuh perdana mereka yang ditargetkan beredar tahun 2025 mendatang. Mari nantikan.
Usai break maghrib, Amerta langsung naik ke panggung untuk memulai set mereka dengan lagu berjudul “Argentum”. Band yang baru saja merilis album perdana Nodus Tollens ini tentu membawakan lagu-lagu dari album itu. Meski tidak menggunakan visual, namun tata cahaya saat Amerta tampil sangat memukau.
Obrolan kami di balik panggung bersama Amerta pun tidak jauh-jauh dari topik album Nodus Tollens dan set panggung mereka. Karena ruangan terbatas di backstage, kami pun menjalani sesi wawancara dengan duduk bersila bareng personel Amerta.
Meski bukan panggung pertama setelah meluncurkan album, namun Raja (gitar) berpendapat manggung setelah semua materi dirilis terasa lebih nyaman dibanding tampil saat album belum dirilis.
“Gue jadi punya medium untuk dengar di platform streaming, sebelumnya kayak kalau mau dengar ribet gitu,” ujar Raja yang mengaku kaget karena banyak yang menonton Amerta hari itu.
Bicara soal tidak menggunakan visual, Anida (bas) memastikan bahwa ia dan rekan-rekannya memang fokus di tata cahaya panggung. Ia menambahkan, bahwa bandnya ini memang selalu menyiapkan lampu sebagai pelengkap pengalaman menyaksikan bagi penonton di setiap panggungan.
“Dan tadi itu tuh udah diprogram juga, jadi ada timecode-nya segala. Fokusnya emang bukan visual gitu loh, untuk dramatisir dan experience warga lah,” ucapnya.
Topik pun bergeser ke bagaimana para personel Amerta melihat Seringai sebagai sebuah band, mengingat Ricky merupakan produser album Nodus Tollens. Anida kembali memberikan pendapatnya, bahwa selain berteman dengan Arian, Ricky, Khemod, dan Sammy, ia melihat sosok-sosok ini sebagai pahlawan masa kecil.
“Walaupun kami semua udah berteman sama mereka, masih ada hawa-hawa kayak, ‘Eh, ini main sama Seringai nih.’ Mungkin ketika di panggung baru berasa ada gap-nya,” ungkap Anida.
Single baru Seringai berjudul “Pulang” yang dirilis 4 hari sebelum konser Serigala Militia Selamanya turut menampilkan Lody, pemain synth Amerta. Techa (vokal) pun memberikan pendapatnya soal permainan rekannya tersebut di lagu baru Seringai.
“Lody mah gak usah diraguin, bray [tertawa],” pujinya singkat.
Raja pun mengomentari lagu tersebut secara keseluruhan, di mana ia merasa Seringai sebagai band yang sudah lama tidak mengeluarkan materi anyar berani keluar dari karakter Seringai yang lama, tanpa mengurangi esensi musiknya.
“Tau-tau featuring sama Lody di synthesizer, terus ada Ryo dari Pure Wrath. Ada chord-chord black metal dan udah mulai miring-miring nih chord-nya, berani sih keluar dari yang biasa mereka mainin, tanpa menghilangkan style mereka,” jelas Raja.
Lody juga punya cerita sendiri saat diajak Seringai menjadi bagian dari lagu “Pulang”. Selain senang, ia mengaku sempat bingung akan jadi bagaimana mengingat musik mereka yang kental dengan nuansa heavy rock-nya.
“Tanpa gue tau konteksnya dulu, waktu diajakin lumayan bingung isiannya nih akan gimana, gue masuknya gimana. Akhirnya gue workshop dulu sama Bang Ricky segala macam, udah tau, baru tenang. Dia udah tau, part gue nih untuk mengamplifikasi feeling apa, jadi lebih tenang,” kisah Lody.
Malam itu, Amerta tidak hanya menjadi band pembuka, namun juga tampil bareng saat Seringai membawakan “Marijuanaut”, sebuah lagu dari album Serigala Militia. Saya yang pernah melihat kolaborasi tersebut di sebuah festival musik pun penasaran, apakah nanti akan sama seperti itu.
Para personel pun menjelaskan, bahwa kolaborasi bareng Seringai di “Marijuanaut” kali ini akan berbeda dengan yang saya tonton di festival musik tersebut. Jika yang dulu Arian dan Sammy tidak ikut bermain, namun versi kali ini menampilkan semua personel Seringai dan Amerta di satu panggung. Lagu ini juga dibuat lebih panjang dari versi rekamannya dengan beberapa aransemen tambahan.
Jika boleh bicara jujur, penampilan Seringai dan Amerta membawakan “Marijuanaut” malam itu jadi salah satu momen terbaik bagi saya di konser Serigala Militia Selamanya.
Penampil pembuka terakhir yang unjuk gigi di panggung Serigala Militia Selamanya adalah Godplant yang beberapa waktu lalu baru kami wawancara seputar rilisnya album kedua mereka, Aljabar.
Cukup banyak topik yang sudah kami bahas bersama Godplant saat itu membuat kami tidak banyak membahas soal album, namun tentang bagaimana rasanya mereka bisa tampil di hadapan Serigala Militia.
“Gue gak bisa banyak kata-kata, gue gini aja,” ujar Oyoy sembari memperagakan pose metal. Ia pun mengaku sangat senang bisa tampil di acara ini sampai tidak memedulikan kakinya yang keram di lagu terakhir.
Seperti yang sudah dibahas dalam sesi wawancara, Arian 13 merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam karier bermusik Godplant, baik sebagai pemilik Lawless Jakarta Records maupun sebagai seorang teman.
Litong (vokal) pun berpendapat bahwa ia dan rekan-rekannya merasa beruntung bisa kenal dengan sosok idolanya itu sampai diajak bermain di acara Serigala Militia Selamanya.
“Dulu gue nge-fans banget sama mereka sampai akhirnya bisa ceng-cengan sama mereka, itu kayak wow banget. Beruntunglah kami bisa kenal sama Seringai sampai main di acara ini. Kalau dari gue sih, Seringai gak pernah mati,” jelas Litong.
Gicing (drum) juga sempat memberikan komentarnya terhadap keterlibatan Serigala Militia di perhelatan ini. Menurutnya apa yang dilakukan Seringai dengan sangat melibatkan penggemarnya ini dirasa sangat bagus karena bisa menciptakan sebuah ekosistem.
“Jadi memang community-nya berjalan. Gak cuma bandnya doang yang gede, komunitasnya juga gede. Jadi punya teman baru segala macam,” tegas Gicing.
Seperti yang sudah dibahas di atas, Oyoy tidak hanya terlibat sebagai personel Godplant melainkan sebagai ilustrator untuk materi visual konser Serigala Militia Selamanya. Tawaran tersebut tentu datang dari Arian yang saat itu sudah memiliki aset gambar serigala untuk kemudian dikerjakan ulang oleh Oyoy.
“Akhirnya jadi key visual yang sedemikian rupa, dan kebetulan gue ngerjain semua desain yang ada di acara Serigala Militia Selamanya,” kisah Oyoy.
Setelah mewawancarai Godplant, kami pun bersiap untuk menikmati sajian musik rock oktan tinggi dari Seringai. Tata panggung, visual, dan sound secara keseluruhan di malam itu memang sudah tidak usah diragukan lagi. Semuanya terasa sangat matang dari segi persiapan juga eksekusinya.
Rintik hujan yang turun di akhir set pun rasanya tidak mampu memadamkan kobaran api semangat para Serigala Militia saat band favorit mereka tampil. Beberapa di antara penonton juga terlihat menggunakan bandana tengkorak khas Seringai.
Setelah puas menyaksikan sajian berkelas dari Seringai, tentu kami ingin menemui para personel di balik panggung. Namun sebelum itu, kami lebih dulu menemui salah satu Serigala Militia yang berperan cukup aktif untuk perhelatan ini.
Dia adalah Syarif Abdurrahman yang dalam acara ini berperan sebagai penghubung antara Seringai dan Serigala Militia. Ajakan untuk terlibat dalam perhelatan ini datang dari Wendi Putranto, manajer Seringai yang menghubungkan Syarif dengan tim Antara Suara.
Perasaan haru pun tidak bisa dipungkiri Syarif yang diberikan kesempatan membantu perhelatan akbar idolanya. “Fanbase diajak kerja sama band idolanya tuh sesuatu nilai plus yang keren banget sih menurut gue, dan jarang dilakuin sama band lain,” kata Syarif.
Mengaku menjadi pendengar Seringai sejak album Taring, Syarif sempat memberikan pendapatnya mengenai perkembangan Seringai saat ini. Ia pun memberikan kejujuran dengan mengakui performa band di atas panggung yang sudah tampak terpengaruh umur.
“Tapi gini sih, Seringai masih punya cara untuk mengatasi umur mereka yang sudah mulai lelah kali ya di atas panggung. Energinya berkurang, tapi mereka masih punya cara buat membangun emosional dan spirit Serigala Militia itu sendiri,” ucap Syarif dengan tegas.
Sesi bincang dengan Syarif ditutup dengan ucapan terima kasih darinya kepada teman-teman Serigala Militia dari berbagai kota yang sudah hadir dan membantu perhelatan ini bisa sukses berjalan.
“Sebenarnya masih banyak yang lebih Serigala Militia daripada gue, jadi gue respect banget sih gue sama mereka,” pungkasnya.
Masuk ke area balik panggung Seringai, kami menyaksikan banyak suasana yang tidak bisa dilihat setiap hari. Kebersamaan antara rekan musisi dan keluarga terdekat para personel menjadi pemandangan yang sangat hangat di balik panggung.
Tentunya kami juga tegur sapa dengan sosok Wendi Putranto di balik panggung. Dalam obrolan tak terekam, ia sempat menjelaskan bahwa tempat penyelenggaraan acara ini dulunya sempat rutin dijadikan tempat pensi. Langsung kami meminta Wendi untuk menjelaskan lebih lengkap di depan gawai perekam suara.
“Dari teman-teman Antara Suara yang rekomen dan memang dulu Seringai juga sering main di sini, di era-era pensi tahun 2005-2009. Jadi memang di sini tempat pensi dulu. Setelah itu entah kenapa jarang dipakai lagi memang. Terakhir mungkin tahun 2010 ya acara pensi bikin di sini. Setelah itu kayak dilupain aja tempat ini, dan ternyata not bad ya vibes-nya,” jelas Wendi.
Sang manajer juga mengaku Konser Serigala Militia Selamanya merupakan perhelatan terbesar yang ia buat sejak menjadi manajer Seringai tahun 2017 lalu. Persiapan pergelaran ini pun dikatakan Wendi memakan waktu sampai satu tahun.
“Sudah setahun kami membahas ini bareng teman-teman Antara Suara, percis di November juga. Dan kami persiapkan dengan matang, makanya baru terlaksana setahun setelah meeting pertama,” ungkapnya.
Akhirnya kami bertatap muka langsung dengan Arian, Ricky, Sammy, dan Khemod. Meski habis manggung, wajah mereka terlihat sangat sumringah bisa menyelesaikan konser Serigala Militia Selamanya dengan sukses.
Saat ditanya mengenai bagaimana perasaan usai beres manggung, para personel mengaku lelah namun lega. Sammy bahkan memiliki pengakuan menarik seputar persiapan konser sampai akhirnya selesai.
“Ini adalah tetes alkohol pertama gue dalam 10 hari [tertawa]. Gue sengaja kayak detox gitu biar fit,” kisah Sammy.
Saat mereka manggung kemarin, Seringai tidak hanya membawakan single “Pulang” yang sudah rilis, tapi juga satu lagu baru lagi yang berjudul “Senarai Feses”. Mereka pun bercerita mengenai lagu-lagu tersebut kepada kami.
Untuk lagu “Pulang”, Arian perdana membahas tema kesehatan mental untuk Seringai. Lebih dalam ia menjelaskan bahwa nomor anyar ini mengangkat isu smiling depression yang merupakan sebuah kondisi ketika seseorang mengalami depresi, tetapi berusaha menyembunyikannya dengan tersenyum dan terlihat bahagia.
“Lagunya kan kalau diperhatiin di awal seperti Seringai aja, tapi ternyata ending-nya ada melankolisnya. Jadi 2 feeling itu dijadiin satu dalam satu lagu,” jelas Arian.
Sedangkan untuk lagu “Senarai Feses” yang merupakan terjemahan langsung dari istilah shit list, kisah dalam lagu pun sama dengan makna istilah tersebut yaitu tentang daftar orang-orang yang tidak kita sukai dalam hidup sehari-hari.
Untuk musiknya sendiri, Sammy mengatakan bahwa versi yang dibawakan di Serigala Militia Selamanya adalah versi yang belum sepenuhnya. “Sebetulnya akan ada kejutan di album nanti ya, karena si ‘Senarai Feses’ ini kami tulis sebagai bagian kedua dari sebuah lagu. Jadi sebenarnya yang tadi dibawain masih setengah lagu. Depannya tuh sebenarnya ada,” jelas Sammy.
Menyambung ke topik keterlibatan Serigala Militia di gelaran ini, Khemod mengaku senang karena seperti di-service habis-habisan di acara ini. Ricky menambahkan, keorganikan Serigala Militia dalam berkomunitas dan bisa membuat event sebesar ini adalah sesuatu yang luar biasa.
“Ternyata dengan keorganikan itu bisa bikin sesuatu yang seperti ini bersama teman-teman Antara Suara, itu gila banget. Berarti memang mereka suka sama Seringai itu benar-benar dari hati, dan kami appreciate itu banget,” ujar Ricky.
Potongan lirik “Era baru milik kalian.” jadi semakin terasa saat mendengar jawaban-jawaban dari band-band pembuka yang mengaku penggemar Seringai. Kebiasaan para personel yang masih terus mengikuti kemunculan band-band baru sampai saat ini dirasa Arian jadi sesuatu yang akhirnya membuat mereka relevan dengan band-band angkatan saat ini.
Lewat platform-platform yang mereka punya seperti Lawless Jakarta Records dan acara semacam Serigala Militia Selamanya jadi kanal bagi Seringai untuk mempertontonkan band-band muda yang mereka rasa bagus dan patut diwaspadai ini.
“Akan ada regenerasi. Suatu hari ya Seringai akan berhenti dan nanti akan ada band-band baru yang menggantikan,” tukas Arian.
Saat melihat GIGI di balik panggung sebelum bertemu Seringai, saya langsung paham korelasi antara Khemod yang pernah menjadi show director konser GIGI beberapa waktu lalu, dan konser Serigala Militia Selamanya yang pertunjukannya juga diarahkan oleh Khemod. Pasalnya, kedua band itu sama-sama menggunakan layar transparan untuk visual di perhelatan ini.
“Justru karena sama GIGI udah, yang sekarang jadi udah tau lah. Learning-nya kan gue lakukan di konser GIGI, jadi di sini gue tau bisa bikin ini itu. Gue latihan sekali, sisanya gue pasrahkan ke tim,” kata Khemod mengonfirmasi.
Sesi wawancara diakhiri dengan ucapan terima kasih dari masing-masing personnel untuk Serigala Militia yang akan kami kutip di bawah ini.
Khemod: Terima kasih dan kami berhutang selamanya.
Sammy: Thank you banget, semoga ada ongkos pulang [tertawa]. Apalagi yang jauh-jauh ya.
Ricky: Gue terima kasih banget buat Serigala Militia yang ikut bantu. Selamat istirahat dulu. Terus buat yang dari luar kota, terima kasih udah jauh-jauh datang ke Jakarta untuk nonton Seringai, karena itu effort-nya juga gede banget ya, bukan hanya harga tiket yang mereka beli tapi banyak yang lainnya. Jadi mudah-mudahan terhibur, senang, dan pulang membawa core memory juga, sama seperti kalian menjadi core memory kami.
Arian: Terima kasih sekali. Man, berarti sekali bagi kami dan mudah-mudahan ke depan kami bisa memberi lebih, entah berupa karya bagus, atau mungkin bagi-bagi uang [tertawa].
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Menengok Gegap Gempita Ekosistem Musik ‘Pinggiran’ di Kulon Progo
Pinggiran, pelosok, dan jauh, sepertinya tiga kata itu mewakili Kulon Progo. Biasanya, diksi-diksi tersebut muncul dari orang-orang yang tinggal di pusat kota, pokoknya yang banyak gedung-gedung dan keramaian. Diakui atau tidak, Kulon Progo memang …
Adrian Khalif – HARAP-HARAP EMAS
Jika menghitung dari awal kemunculannya dengan single “Made in Jakarta”, Adrian Khalif dapat dikatakan butuh waktu 7 tahun untuk sampai di titik tenar lewat perilisan single “Sialan” kolaborasi bareng Juicy Luicy. Itu pun berproses …