Di Balik Panggung Wild Ground Fest 2023
Wild Ground Festival garapan Starcross memasuki tahun kedua penyelenggaraan dengan mengambil tempat yang sama di Area Candi Prambanan, Yogyakarta. Kali ini festival berlangsung selama dua hari untuk menghadirkan lebih dari 20 penampil lintas genre dan lintas negara.
Berkat lokasi yang cenderung memunculkan suasana santai, festival seakan berjalan mengikuti keadaan tersebut. Saya merasa tidak harus terburu-buru untuk bisa menyaksikan para penampil di tiga panggung, yaitu Wild Stage, Ground Stage, dan Hang The Stage.
Tak jarang melihat para penampil membaur di area penonton. Momen yang juga menjadi kesempatan bagi penggemar menemui langsung idola mereka untuk sekedar foto bersama maupun mengobrol.
Meski dijadwalkan mentas malam di hari pertama, namun Rocket Rockers sudah terlihat berkeliaran di festival sejak sore. Beberapa kali mereka meladeni keinginan penggemar, bahkan sempat mengisi program talkshow yang dimoderatori oleh Sastra Silalahi dan Mukti Entut.
Di satu sudut panggung, Wiempy ‘Tebonk’ Adhari selaku founder dari Starcross memberikan pengumuman singkat terkait salah satu penampil internasional, Saosin yang dipastikan tetap manggung di Wild Ground Fest setelah membatalkan titik di Jakarta.
“Dari tadi malam saya kontak agent-nya, bahwa mereka memastikan akan datang ke Jogja apapun yang terjadi dengan Jakarta,” terang Tebonk.
Mengintip ke balik panggung, Rumahsakit dan Bangkutaman tengah bersantai menikmati sore di Prambanan. Bangkutaman sudah lebih dulu tampil, sementara Rumahsakit malam harinya.
Setelah Rumahsakit membuka pertunjukan, kami bergeser ke Hang The Stage, satu-satunya panggung indoor di festival. Tampak Asylum Uniform yang tengah mempersiapkan set. Trio beranggota Gebeg, Bharata Danu, dan Adityo Saputro ini turun tangan langsung untuk proses sound check.
Puncak hari pertama adalah kembalinya Captain Jack setelah 7 tahun tidak mentas. Kehadiran mereka disambut dengan meriah oleh penonton yang sudah menanti di bibir panggung.
“Tujuh tahun kita gak jumpa dengan suasana kayak gini, doa kalian semua yang entah siapapun yang mendoakan itu, akhirnya lima orang ini berada di satu panggung kembali,” sambut kibordis Captain Jack, Surya Ismeth.
Lagu-lagu macam “Monster”, “Tak Sama Adalah Pilihan”, “Tak Ada Klaim Atas Aku”, hingga “Dari Anakmu” menjadi sebuah mesin waktu bagi mereka yang berkesempatan menyaksikan format reuni Captain Jack.
Membuka hari kedua, kami berjumpa dengan Dochi Sadega dan Dennis Ferdinand (Manny Rune, Perunggu) yang tengah asyik menonton salah satu penampil internasional, Forests. Tak lama setelahnya, Dennis langsung berlari ke Wild Stage karena jadwal tampil Perunggu yang berdekatan.
Berbicara Perunggu, mereka hari itu pulang dengan ragam cerita. Selain manggung, Maulana Ibrahim sempat berkolaborasi dengan Alone At Last. Tak hanya itu, Perunggu juga sempat berbincang cukup panjang dengan vokalis Saosin, Cove Reber di balik panggung.
White Chorus tampil sore hari. Ini menjadi kali kedua mereka untuk beraksi di area Candi Prambanan setelah tahun lalu mengisi panggung sebuah festival jazz.
Salah satu pengunjung Wild Ground Fest yang kami sapa, Karfianda punya cerita unik. Pria yang kerap ditemui di linimasa Twitter dengan konten ngopinya ini memutuskan road trip bersama istrinya untuk hadir ke festival. Tak hanya sekedar berfestival, ia juga ditugaskan Ali untuk mendokumentasikan penampilan band di sana.
“Jadi kayak bulan Agustus apa ya. Gue ngeliat di Twitter ada announcement (Wild Ground) lineup pertama, terus ada Saosin. Seru juga nih ya kalau ke sana. Terus akhirnya gue BM buat naik mobil, di-roadtrip-in seru kali ya, soalnya kita memang doyan jalan-jalan naik mobil yang agak jauh,” tuturnya.
Reuni Hang The DJ juga menjadi momen yang mencuri perhatian di Wild Ground Fest tahun ini. Kolektif DJ yang sudah berjalan sejak tahun 2005 tersebut berkumpul kembali selama dua hari. Dalam setnya mereka melibatkan nama-nama seperti Siddha dan Argha (Skandal), Mario (Serigala Malam), Om Robo (Sundancer, Southern Beach Terror), Aksilagaa (Dental Surf Combat), Masgufi dan lainnya.
Para DJ mengisi kemeriahan secara bergantian di Hang The Stage. Pilihan musik mereka berhasil membuat penontonnya senantiasa berjoget.
“Kenapa Hang The DJ ada embel-embel reunion. Biasanya mereka muncul, party-nya itu setiap ada momen-momen tertentu terutama di Jogja. Misalnya, ada homecoming anak-anak yang sudah kerja di luar Jogja dan balik ke Jogja. Jadi memang acaranya tidak sering tapi sekalinya ada, konsepnya reuni dan seru banget,” terang Siddha menjelaskan konsep reuni Hang The DJ.
Hari kedua terasa lebih ramai dari hari sebelumnya, yang kemungkinan besar disebabkan Saosin tampil sebagai penutup. Edisi kedua Wild Ground Fest meninggalkan memori manis bagi mereka yang hadir di sana, entah itu sebagai penampil atau pengunjung. Semoga rasanya tetap sama hingga tiba edisi-edisi mendatang.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …