Dirty Racer Buktikan Cinta Sejati Itu Ada Lewat Single Vespa Merah

Nov 14, 2024

Setelah merilis single “Percaya” dan “Untitled” pada 2015, unit pop punk asal Lampung, Dirty Racer kembali dengan yang terbaru dalam tajuk “Vespa Merah” (08/11).

 

 

Dirty Racer adalah Galang Rambu Anarki (vokal, bas) dan Rayya Samudra (drumer). Pophariini berkesempatan untuk mendengarkan cerita perjalanan mereka terbentuk dan apa yang menjadi latar belakang pembuatan karya baru ini via WhatsApp (12/11).  

“Dirty Racer pertama kali tampil pada acara 17 Agustusan tahun 2014. Nama ini dipilih sebagai rima sindiran bagi pengendara jalan yang kerap bersikap arogan dan ugal-ugalan. Maknanya ialah sebuah pengingat agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain,” ungkap Galang tentang awal terbentuk band dan makna Dirty Racer.

Galang menambahkan, “Setelah hiatus sejak 2019, Dirty Racer kembali tampil di acara Krass Krass Tuk pada 2022. Dari sini, kami kembali terinspirasi untuk menciptakan lagu-lagu yang lebih segar. Akhirnya, lahirlah lagu ‘Vespa Merah’ di tahun 2024 yang kami perdengarkan kepada khalayak luas”.

Bicara mengenai “Vespa Merah”, Galang menerangkan pesan yang terkandung di dalamnya.

“Lagu ini membuktikan bahwa cinta sejati itu benar adanya—tentang kerelaan dan keikhlasan, meskipun sudah tak lagi bersama. Cinta dalam ‘Vespa Merah’ adalah kebahagiaan yang hadir, walaupun hanya dari kejauhan, tanpa perlu memiliki sepenuhnya,” jelas Galang.

Band menyebarkan pesan dalam karya tersebut dengan memanfaatkan dukungan teknologi dan teman. “Di era digital saat ini, hanya dengan sekali sentuh kita bisa mendengarkan musik kapan saja dan di mana saja. Caranya, cukup rajin membagikan karya kita ke teman-teman karena dukungan dan promosi dari mereka adalah cara promosi gratis yang sangat efektif,” ujar Galang.

Guna mendapatkan informasi terkini mengenai musik di Lampung lebih dalam, kami menanyakan bagaimana perspektif Dirty Racer terhadap pergerakannya. 

“Lampung punya banyak hal keren, termasuk musik dari berbagai genre yang unik dan menarik. Sayangnya, ada budaya blok-blokan di sini—acara musik cenderung terpisah, dengan band dan penonton yang hanya dari kelompok masing-masing. Misalnya, acara A hanya diisi dan ditonton oleh orang-orang dari komunitas A, dan begitu juga acara B. Mari kita bersatu dan saling mendukung karena kita semua berasal dari Lampung. Jika kita kompak, musik Lampung bisa dikenal lebih luas. Ingat semboyan Bhinneka Tunggal Ika: meskipun berbeda, kita tetap satu. Mari kita dukung musik Lampung, apa pun genrenya, agar terus berkembang,” tutup Galang.

 

Penulis
Amira Nada Fauziyyah
Tetap melaju kencang di rute yang tak selalu aman.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

5 Lagu Indonesia Pilihan The Cottons

Meski tidak seheboh musisi lainnya, namun tahun ini bisa dibilang juga merupakan tahunnya The Cottons. Bukan sekadar omong kosong, namun jika menengok kembali penampilan mereka di festival atau berbagai acara lain, sudah pasti panggung …

Menengok Gegap Gempita Ekosistem Musik ‘Pinggiran’ di Kulon Progo

Pinggiran, pelosok, dan jauh, sepertinya tiga kata itu mewakili Kulon Progo. Biasanya, diksi-diksi tersebut muncul dari orang-orang yang tinggal di pusat kota, pokoknya yang banyak gedung-gedung dan keramaian. Diakui atau tidak, Kulon Progo memang …