Eksklusif Komunal: 13 Tahun Tanpa Album, Nostalgia Ini Ijazah

• Jun 19, 2025

Sejak merilis album penuh Gemuruh Musik Pertiwi 13 tahun lalu, Komunal rasanya belum menunjukkan kembali eksistensi mereka lewat perilisan materi holistik sebagai statement keberadaan mereka. Memang, selain masih aktif menghibur KKK (Kawan-kawan Komunal) di berbagai panggung, lalu sempat merilis album mini berisi 2 lagu, Komando Badai Api tetap saja kehadiran unit heavy metal ini dalam format album dinanti para pendengarnya.

Kekosongan selama 13 tahun tersebut pun resmi berakhir di tanggal 31 Mei lalu dengan lahirnya album ke-4 mereka yang ditahbiskan dengan judul Nostalgia. Materi berisi 10 nomor yang sarat dengan energi heavy metal ini direpresentasikan dengan gagah lewat sampul album berupa patung yang menggambarkan logo burung Komunal.

 

 

View this post on Instagram

 

A post shared by KOMUNAL (@komunal)

 

Namun pertanyaan yang pasti terlintas saat Komunal melepas album ini, sebenarnya apa yang coba disajikan oleh Doddy Hamson dkk lewat Nostalgia? Sejauh apa perkembangan mereka di album ini?

Pophariini berkesempatan untuk menemui Doddy Hamson (vokal), Anwar Sadat (gitar), dan Rezha Harry (drum). Pertemuan dengan band yang sekarang dihuni oleh 3 personel ini terjadi saat mereka menggelar sesi dengar album Nostalgia, 3 hari sebelum akhirnya rilis di Lawless Burgerbar Kemang (Rest In Peace).

Di momen itu, Komunal mengatakan materi album Nostalgia sebenarnya sudah selesai dikerjakan sebelum album mini Komando Badai Api, tepatnya 2020. Pandemi Covid-19 dan kesibukan pribadi para personel adalah alasan mengapa perilisan album ini butuh waktu lama sampai resmi dilepas 5 tahun setelahnya.

“Tadinya kami mau ngelepas satu-satu lagunya, tapi karena (materi Nostalgia) ini satu kesatuan, akhirnya kami bikin materi baru,” kata Rezha tentang alasan melepas Komando Badai Api lebih dulu.

Obrolan pun berlanjut tentang kenapa Komunal memilih Nostalgia sebagai judul album, sampai bagaimana usaha mereka untuk memperdengarkan album terbaru mereka ini di tengah gempuran banyaknya materi musik di era modern. Simak langsung. 


 

Kenapa judulnya Nostalgia?

Sadat: Kami pengin kembali ke zaman lampau dan bernostalgia lagi ke masa-masa awal kami membangun band ini, merasakan struggling-nya dulu gimana. Jadi nama itu cocok, dan jarang juga yang bikin judul album Nostalgia.

Doddy: Berharapnya juga sih album yang kami bikin ini suatu hari bisa jadi kenangan indah buat orang yang dengerin. Sama satu lagi yang lebih dalam, apa yang kami bikin, yang kami jalani di muka bumi ini bakal hilang, gak ada yang abadi. Kalau sudah mati cuma tinggal kenangan aja, gak ada kelanjutan lagi, udah kami stop di situ.

 

Apakah Nostalgia juga bisa diartikan secara musik, kayak kalian mengadaptasi musik-musik di era kalian tumbuh?

Doddy: Ada juga. Sebenarnya si Nostalgia ini bisa banyak pemaknaan. Bisa juga seperti penghormatan kami sama band-band yang memengaruhi musik kami dan juga mengenang masa-masa kami pertama kali belajar ngeband. Nah, salah satu yang mendorong kami saat bikin lagu adalah, kami suka nostalgia, “Dulu waktu kita belajar ngeband gimana ya?” Itu salah satu bahan bakar kami buat bikin lagu.

 

Nostalgia ini kan album keempat Komunal, ada gak usaha kalian agar gak terdengar stagnan di album ini?

Doddy: Mau gak mau ya. Akhirnya sekarang kami mencoba cara yang dipakai sama kebanyakan band sekarang. Ikutin zaman dengan berusaha untuk tampil. Memang seperti itu yang harus dilakukan.

Rezha: Lagi berbenah intinya. Dari manajemen, media sosialnya juga, semuanya. Ya, itu salah satu strategi.

 

Menarik kalian bilang ngikutin zaman, tapi merilis album tanpa rilis single dulu seperti musisi zaman sekarang. Ditambah langsung ada vinyl, CD, dan kaset. Kenapa seperti itu?

Doddy: Nah, itu salah satu bagian dari nostalgia kami. Jadi apa yang kami bikin dengan adanya vinyl, CD, dan kaset kayaknya udah gak populer sekarang. Menurut kami, band penting untuk ada rilisan fisik. Jadi semacam ijazah. Pertama, itu udah standar, lalu kalau orang udah punya fisiknya ada rasa memiliki. Kalau misalkan digital kan sebenarnya nyewa, rental gitu. Itulah, sebagai ijazah dan statement juga. Walaupun dianggap gila, tapi kami mau berusaha mengajak orang kembali untuk menikmati rilisan fisik. Jadi rilis fisik dan digital, beriringan tuh.

Supaya terdengar bandnya masih ada. Sampai kapan pun metode ini (merilis fisik album) tetap kami anut, walau orang anggap ini nekat dan gila. Mungkin di posisi saat ini, para KKK memang penikmat fisik. Si fisik inilah yang akhirnya membangun koneksi antara KKK dan Komunal.

 

Siapa yang pertama kali mencetuskan ide untuk membuat album lagi?

Sadat: Memang kami bertiga sih.

Doddy: Soalnya kan setiap manggung kami selalu janji palsu [tertawa].

Sadat: Kami kan f*cking big mouth [tertawa].

 

Apa yang sama dan berbeda di album Nostalgia dengan yang sebelumnya?

Doddy: Kalau perbedaan, sound udah pasti ya. Kalau gue pribadi yang mayoritas bikin lirik, di album ini gue memang bikin liriknya dipikirkan. Album sebelumnya tuh gue cuma kayak nyusun puzzle aja, ketika nyambung ya udah, terserah maknanya apa. Kalau sekarang, hampir semua lagu punya makna sendiri yang sudah gue tentuin. Dan lebih dekat sama realitas kehidupan kami sehari-hari. Tepatnya di album ini gue curhat.

Sadat: Ya cerita-cerita kami dulu juga, masa-masa kami dulu ngeband.

Doddy: Gue sama Sadat kan dari Pekanbaru. Kami dulu kalau manggung band itu di acara festival yang ada piala. Nah, itu suka jadi bahan ceng-cengan yang lucu. Dan ketika gue sama Sadat ngomongin itu, Reza suka dengarnya. Cerita kami waktu zaman itu kok lucu gitu, banyak kejadian lucu lah. Dan kalau mau balik lagi, gue pengin ngeband zaman itu lagi sih sebenarnya. Latihan di studio yang butut gitu, patungan.

Rezha: Latihan bonus es teh [tertawa].

Doddy: Ada satu lagi yang beda nih, mereka berdua ikut bikin lirik.

Rezha: Ada beberapa lagu lah, 3 lagu gitu.

Sadat: Ya, paling 20% lah ya.

 

Nah, itu tadi bedanya ya, kalau yang samanya apa?

Sadat: Yang sama kayaknya penggabungan dari seluruh album sebelumnya. Dari jenis groove-nya, jenis pattern-pattern lagunya, itu ada kesamaan sama album-album sebelumnya. Semacam rangkuman dari album 1, 2, 3, dirangkum jadi Nostalgia.

 

Gimana sih rasanya membuat album lagi setelah sekian lama gak bikin album?

Sadat: Senang dan bangga pastinya. Akhirnya setelah 13 tahun, baru akhirnya tahun 2025 ini rilis. Garapnya dari 2019 akhir.

Doddy: Kami rekaman itu tahun 2020, bulan Agustus. Rasanya lega. Dari tahun 2020 sampai akhirnya rilis, lega.

Rezha: Penantian panjang. Kalau orang Sunda bilangnya, bisulnya bucat [tertawa].

 

Yang kalian tuju secara musikal di album Nostalgia ini apa?

Sadat: Kami kan setiap album suka beda-beda, gak bisa menentukan gitu ke depannya mau gimana. Selagi kami jamming, terus merasa, “Wah, ini bisa jadi lagu baru.” Bisa jadi nanti ke depan kami lebih kayak Red Hot Chilli Peppers misalnya. Karena kami kan cari mana yang enak dan beda nih.

Doddy: Mengalir ini. Maksudnya gak ada yang mau diarahin ke mana. Karena waktu jamming itu gak kebayang bakal gimana, memang spontan aja.

 

Di usia ke-21 tahun ini, seberapa penting sih buat kalian band merilis album?

Sadat: Penting karena kadang band ini bisa tenggelam kalau gak berkarya lagi. Penginnya exist terus, kalau bisa sampai kayak God Bless. Gak peduli orang mau suka atau gak suka, laku atau tidak.

 

Tapi ada gak strategi agar album ini lebih kedengeran, seperti membenahi media sosial tadi?

Doddy: Akhirnya kami bikin tim, ini masih belajar sebenarnya. Baru berapa bulan ini [tertawa]. Belajar sama band-band yang menata media sosialnya gitu.

Sadat: Kami ada juga komunitas yang mengorganisir KKK, kayak Slankers gitu atau apa gitu, mau kerja sama untuk update info-info.

Doddy: Ya kami juga menyesuaikan. Zaman sekarang kan dalam hitungan detik udah banyak yang bisa berubah. Kalau dulu mungkin dengerin lagu bisa bertahun-tahun, sekarang dalam 3 bulan, udah lewat aja gitu. Paling ya mencoba dengan cara sekarang untuk tetap exist.

 

Itu kan tadi secara online-nya ya, kalau offline-nya apakah akan ada rencana kayak showcase untuk album ini?

Doddy: Udah ada rencana, tapi waktunya belum bisa dipastikan. Kayaknya antara Agustus atau September di Jakarta, Bandung, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.

 

Merchandise Komunal kan juga cukup di mana-mana nih, itu seberapa membantu dalam karier kalian, khususnya penggarapan album Nostalgia?

Semua personel: Oh, itu sangat membantu.

Doddy: Bisa dikatakan yang menghidupi Komunal dari merchandise.

Sadat: Kami akhirnya udah gak patungan lagi.

Doddy: Pemasukannya mungkin sekitar 70%.

 

Di album ini kalian bernostalgia ke musik di zaman awal kalian ngeband, kenapa harus ke era itu, apakah menurut kalian rock n roll masih mati?

Doddy: Rock n roll sebenarnya gak mati ya, cuma bentuknya berubah sekarang, menjelma dalam bentuk baru. Ketika kami mengatakan, “Rock n roll telah mati. Kami yang menyelamatkan.” Itu maksudnya kami mau cari perhatian [tertawa].

Sadat: Dengan mulut besar kami [tertawa].

 

Mungkin bisa kasih pendapat untuk band rock zaman sekarang menurut Komunal?

Doddy: Sebenarnya cuma pengulangan aja ya sekarang. Jadi gak ada lagi yang original. Tinggal sekarang gimana bikin lagu yang enak aja gitu. Nothing shocking.

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

False Theory Ceritakan Kisah Penyembuhan Luka Masa Lalu di Single Dua Atma

Unit pop punk asal Tana Paser, Kalimantan Timur, False Theory merilis single ketiga bertajuk “Dua Atma” pada Kamis (05/06). Lewat lagu ini, mereka mengangkat cerita tentang dua jiwa yang saling menyembuhkan dari luka masa …

Workshop dan Talkshow Latihan Pestapora Solo Hadir Penuh Manfaat

Tepat seminggu yang lalu pra-acara Latihan Pestapora Solo dalam format workshop dan talkshow dilaksanakan selama tiga hari tanggal 12-14 Juni 2025 di dua tempat, Loji Gandrung dan Omah Sinten. Pra-acara ini merupakan rangkaian menuju …