Fiersa Besari – Berjalan Mundur

Saya mengenal Fiersa Besari dari buku Garis Waktu. Membelinya begitu saja tanpa mengetahui siapa beliau. Saat itu saya tengah merasa perlu membaca banyak buku. Butuh inspirasi dan pengalihan dari masalah hidup yang jelas tidak pernah tertulis sebelumnya.
Fiersa berbagi pemikiran dan perasaan dalam bentuk cerita di buku tersebut. Sekian pernyataan yang terbaca mudah dipahami. Ia melengkapi semua judul dengan foto tak berwarna, menyesuaikan jenis kertas bukunya. Foto yang terletak di sisi kiri halaman setiap judul pun menunjukkan Fiersa adalah petualang sejati.
Ketika memutuskan untuk mengulas album Berjalan Mundur ini, saya akhirnya mengambil Garis Waktu dari rak buku. Coba membukanya secara acak dan muncul pernyataan di sisi kanan sebuah halaman yang bisa menjadi beker kehidupan.
Bunyi maklumatnya, “Tidak ada yang abadi, baik bahagia maupun luka. Suatu saat kita akan tiba di titik menertawakan rasa yang dulu sakit atau menangisi rasa yang dulu indah”.
Kalimat yang tidak berbelit menjadi landasan Fiersa dalam menulis. Begitu pula saat ia menuliskan lirik untuk lagu-lagunya. Jadi terdengar ringan tanpa harus repot mencari arti kata yang asing di kamus.
Meskipun Fiersa lebih dulu memulai karier sebagai musisi. Kesuksesan yang diraih untuk karya tulis maupun musik, tentu sama-sama menjadi inspirasi dan menemani hidup para penggemarnya sampai hari ini.
Saat ia merilis album pertamanya satu dekade lalu, Fiersa masih 28 tahun. Umur yang terbilang sudah matang. Saya yang berusia tak begitu jauh darinya, merasa album dengan cover art foto kaset bening ini memiliki referensi musik yang sepaham.
Album Berjalan Mundur berisi total sebelas lagu yang dibuka dengan “Pengecut” dan “Komedi Tragis”. Lagu-lagu yang langsung membawa saya bernostalgia musik era 00-an.
Lagu berikutnya “Kau Aku Dan Dirinya” hadir dengan aransemen yang syahdu. Fiersa yang berusaha terdengar khusyuk dalam bernyanyi gagal. Jika harus membandingkan, tak lebih baik dari suara Ahmad Dhani saat membawakan lagu “Aku Cinta Kau & Dia” versi akustik untuk album self-titled, Ahmad Dhani & Andra Ramadhan.
Begitu masuk lagu yang keempat, “Merangkai Kenangan”. Saya menemukan bunyi saksofon yang lumayan berhasil mempercantik aransemen musiknya. Sementara lagu “Hanya Manusia” tampil dengan gebukan drum yang khas paling menonjol di antara lagu lain di album.
Suara Fiersa yang emosional muncul di lagu “Kesalahan Terindah”. Nafasnya sedikit mereda saat membawakan lagu ketujuh “Janji Yang Tak Tertepati”, bercerita tentang penantian yang dimulai dan diakhiri genjrang gitar akustik.
Masuk ke lagu “Bagai Peluru”, Fiersa mengungkapkan kisah dan mengajak pendengar untuk bersyukur tentang hidup. Seakan ia mencoba teknik vokal cengkok di beberapa bagian dan meramu musik yang agak dangdut. Kurang sempurna, namun bisa menjadi pilihan untuk perjalanan luar kota.
Nomor-nomor penghabisan di album, baik “Seperti Kita Dulu” dan “Pada Suatu Hari” asyik disetel saat menemani waktu santai. Usaha Fiersa mengakui dirinya bukan seorang pengecut pun lumayan maksimal di nomor terakhir berjudul “Pemberani”.
Di antara catatan yang menohok, Berjalan Mundur tetap sah diberi label album pop. Kesimpulan saya, lagu bagus tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan lirik. Fiersa Besari boleh mempertimbangkan kehadiran vocal director demi perubahan yang berarti di karya mendatang.

Eksplor konten lain Pophariini
Larkin Asal Karawang Lepas Single Perdana Term
Band alternatif asal Karawang, Larkin resmi melepas karya perdana dalam bentuk single bertajuk “Term” hari Jumat (13/06). Di single ini, mereka merepresentasikan perpaduan harmoni dream pop dan keliaran indie rock untuk musik yang dibawakan. …
Produser Musik Elektronik Jambi, Kevin Khosiyi Rilis Underground
Produser musik elektronik asal Jambi, Kevin Khosiyi resmi melepas single “Underground” hari Jumat (20/06). Lagu ini dirilis bersama Lemon Drops Records sebagai label naungan dan akan tersedia secara global melalui berbagai platform digital. …