Sugarstar dan Romantisme Band Mitos
Membicarakan Sugarstar memang menarik. Selain karena kiprahnya yang tidak terlalu aktif, tidak ada album penuh, panggung yang tidak rutin, band shoegaze yang memiliki umur pendek di awal 2000-an ini memang istimewa dan pantas sekali dicap sebagai ‘band mitos’.
Pasalnya, sebelum sampai berita ini ditulis, well, satu atau dua dekade mungkin, saya pun tidak menemukan jejak-jejak digital yang berarti tentang mereka. Namun setidaknya, beberapa teman skena angkatan 2000-an yang pernah menyaksikan Sugarstar secara live, tak dipungkiri lagi bahwa mereka adalah band shoegaze paling galak yang pernah ada.
Lalu hampir dua dekade semenjak Sugarstar terbentuk, tanpa ada aba-aba mereka merilis lagi tiga lagu (plus satu hidden track berjudul “Words of Farewell”) di bawah EP yang bertajuk Tellabye, via kanal streaming Joox dan Youtube. Dari tiga track yang dirilis di EP ini, “Delirious” adalah satu-satunya lagu yang sudah pernah dirilis sebelumnya di tahun 2017. Sisanya, merupakan relik-relik yang tersisa dari materi MP3 Sugarstar awal yang direstorasi dan didandani kembali.
Jelas, kabar ini membuat siapapun pasti bertanya-tanya: kenapa sekarang ya?
Minggu (18/07) siang lalu, Pophariini berkesempatan buat berbicara dengan seluruh personel Sugarstar: Iyub, Merdi, Sulung, Haryo dan Christ. Beberapa personel kini terpencar: Sulung bermukim di Denver, Amerika Serikat, sedangkan Haryo menetap di Singapura sejak lama. Hanya Merdi, Iyub dan Christ yang berada di Jakarta.
Kami mengobrol soal kembalinya mereka lewat rilisan, soal spirit bermusik mereka, juga soal pengalaman terburuk band ini.
Pertama mau nanya nanya soal Tellabye, setelah sekian lama, how do you guys feelin’ dengerin lagu-lagu Sugarstar lagi hari ini?
Haryo: Nostalgic banget sih, gue itu berhenti nge-band tahun 2004 atau 2005 kira-kira ya, and then kelar deh soal bermusik-musikan. Pas denger EP ini ada rasa bittersweet, kangen juga ngeband, just for the sake of maenin lagu yang kita suka.
Christ: Kangen banget masa-masa dulu ngeband bareng Sugarstar, latian sampai malem, seru tapi, lagu susah-susah lagi, hahaha…
Kenapa setelah dua dekade tiba-tiba kita mendengar lagi rekaman resmi dari Sugarstar?
Iyub: Karena banyak banget yang menanyakan kapan Sugarstar rilis.
Serius? Memang seberapa sering?
Iyub: Sering banget, Merdi & Sulung sering laporan, hahaha
Merdi: Memang yang nanya gak disangka-sangka sih, sampai gue pas Diskoria lagi main aja ada yang nyamperin nanya Sugarstar kok gak dirilis.
Sekali di tahun 2018, gue pernah diajak ke gig band Cuco sama temen gue, terus dikenalin ke head-organizer-nya. Di sela obrolan, mereka langsung bilang gini: “Mas Sugarstar manggung lagi dong, nanti kita buatin eventnya” Terus gue tanya kenapa, mereka jawabnya karena cuma sempat denger beberapa lagu dan cerita-cerita serunya aja, pengen nonton benerannya.
Sampai kemudian kalian berpikiran untuk merestorasi lagu-lagu lama …
Iyub: Ya, dan sebenarnya dari dulu pengen restorasi cuma waktunya gak memungkinkan karena butuh fokus banget melakukan itu, dan akhirnya awal tahun ini baru bisa menyempatkan diri untuk melakukan itu semua.
Apa sih obrolan awal tentang EP ini?
Iyub: Sebenernya beberapa tahun yang lalu pernah iseng overdub guitar di lagu “Tellabye”, dan setelah itu gue diskusi sama Sulung merencanakan merestorasi beberapa lagu untuk dirilis.
Lalu kenapa hanya 4 lagu yang jadi direstorasi dari puluhan lagu stok yang ada? Kenapa gak lantas album misalnya?
Iyub: Iya yang paling berpengaruh adalah masalah waktu, karena kualitas dari mp3 demo-demo yang beredar tersebut sangat memakan waktu dan butuh fokus untuk proses restorasinya.
Sulung: Mungkin nambahin sedikit catatan mengenai rilis-merilis, kenapa kita gak rilis-rilis karena -seperti yang mungkin elo sudah dengar/tahu- most of the materials ada di HD lama Iyub dan itu crashed and unsalvageable. Adanya cuma yang sudah di-compress mp3, dan personaly gue sama Iyub gak mau rilis material berbasiskan itu karena pasti sonically will be ugly, haha.
“Gue rasa orang penasaran sih, karena ada yang bahas terus juga” – Merdi
Jadi penasaran, seperti apa sih lagu-lagu demo yang dibuat di masa lalu?
Merdi: Hmm, dari yang masih agak Smashing soundnya (Smashing Pumpkins-red), terus ke Slowdive, MBV, Pale Saints sampai ke proto Direct Action Group yang agak math-rock evolusinya.
Ada berapa persen dari lagu-lagu tersebut yang kira-kira bisa di-restore (artinya musik ada lirik ada, bukan sekadar mumbling)
Sulung: Track-track yang kita rekam banyak yang bits and bops, jadi misal kita ada ide, riffs, or drums, or melodies, kita biasanya langsung record draft trackingnya. So we don’t forget. itu yang bikin sepertinya we have huge libraries of materials back then.
Iyub: Sebenarnya banyak yang masih demo banget terutama memang belum ada liriknya jadi masih nyanyi asal aja, yang sudah ada fix lirik nya gak terlalu banyak, mungkin hanya 15% kayanya, karena memang dulu kita rekaman bener-bener memprioritaskan untuk ngulik sound dan aransemen, jadi mikirnya lirik nanti aja kalau sudah mau rilis tinggal take vokal beneran. Ehhh HD rusak deh hahaha, amsyong.
(Sekadar catatan, peristiwa naas ini terjadi di tahun 2005. Sugarstar terkena musibah. Setelah menulis sekitar puluhan lagu, tanpa sepengetahuan mereka, harddisk tempat mereka menyimpan seluruh master materi lagu-lagu tersebut rusak tak tertolong)
Kejadian hard disk yang crashed itu gimana ceritanya?
Sulung: Seinget gue, Iyub kan kerja scoring juga buat sinetron ya, load kerjaannya besar banget, dan waktu itu hardware-hardware dia masih low tier, dan apesnya ya, shit happened, hahaa..
Di waktu itu juga, each of us mulai sibuk sama kerjaan masing…so we kinda moved forward with that tragedy haha. gue sama Iyub sempat discuss mengenai hardware-hardware-an, ketika kita mulai recording and producing, akses ke alat-alat yang cakep dan affordable itu gak mudah waktu itu, gak kaya sekarang. Iyub cerita terakhir dia recording Santa Monica atau Bayurisa gue lupa, all the mixing and producing can be done in bed room with amazing quality output. literally bed-room producer.
“Beberapa orang japri kita minta kita reuni,” – Sulung
Di EP ini yang merestorasi rekaman-rekaman Sugarstar yang ada di Tellabye EP itu lo bedua sama Iyub ya, lung?
Sulung: Secara teknis, Iyub yang restore/produce/mixing/mastering, gue dan anak-anak lain involve lebih ke apa ya, opinion-sides lah. Biasanya gue yang safe-guard kalo hasil mix terlalu over-kill atau ada yang hrs di-adjust, hahahaa. Karena kuping gue dan Merdi, jauh lebih pop dari Iyub, hahaha…
Dari puluhan lagu, akhirnya 4 lagu di EP ini terselamatkan. Apa lo ngeliat Tellabye sebagai ujung/akhir dari proses keseluruhan ini atau jusru sebagai awal buat restorate lagu-lagu lain berikutnya?
Sulung: Kita rilis materi-materi kemaren itu solely for nostalgic reasons. Lebih kaya official gesture to ourself kalo kita mau move forward saja. Beberapa orang japri kita minta kita reuni, itu gak bakal kejadian apalagi manggung reuni hahaha. We don’t look good anymore dan gue bahkan gak tau masih bisa maen gitar atau inget semua chords and details dari lagu-lagu kita, hahaha. Tapi mungkin untuk restore beberapa materials that’s a possibility we can see. And for Iyub, Merdi, kayanya things like this can leave a beautiful legacy for their kids “yo kid, papa was a rollin’ stone back then…”
Apa tantangan merestorasi materi yang udah hampir satu dekade ini?
Sulung: Tantangannya ya itu tadi, we have limited option untuk material dan mostly materi-materi baru gue dan Iyub pre-Direct Action Group. Lagu-lagu lama yang personally gue bilang bagus kaya “Another You”, “Gentle Whisper”, “Another Fading Skies” itu semua materi-materi early to mid era yang hancur sama HD Iyub. At that time kejadian HD crashed itu kayanya (seinget gue) Iyub ganti platform recording-nya dia jadi full protools (Yub cmiiw atau missed ya hahaha, it’s been a while).
Jadi iseng mau nanya, Sugarstar manggung itu berapa kali sih sepanjang kariernya?
Merdi: wah berapa tuh ya, gak banyak banget juga sih ya:PL Fair beberapa kali, BB’s bareng Seringai, Pensi Kresikars di Kuningan, acara bareng Straightout di Kemang Icon.
Iyub: Soundrenaline
Merdi: Bugs cafe, Pondok Indah
Iyub: Rumah Zeke
Merdi: Parc jg, yang ada video “Gentle Whisper”
Iyub: Oia ini beredar
Merdi: Bandung acara Pure Saturday
Iyub: Ya, di AACC launching Pure Saturday
Merdi: Terus ada sekali Bandung jg, tapi gue dah gak ikutan, Les Voila! kalo gak salah.
Worst gig ever?
Christ: Gak ada nih kalau worst gig, semuanya best, hahahha
Haryo: Gue aja ga inget kita pentas dimana aja ya, udh byk lupa sih sebenarnya
Merdi: Kalo gue yang di Kemang Icon, waktu itu ada Blossom Diary sama Straightout. Soalnya stagenya gelap banget, dan gue kalo maen harus liat fret.
Iyub: Hahaha gue inget nih Merdi panik
Merdi: Aslik, gue minta nyalain lampu dikit sampai akhirnya ada lampu dikit di stage yang nyala.
Merdi: Oiya, kayanya di Soundrenaline juga worst tuh, karena Iyub lupa bawa efek sama sekali. Padahal berangkatnya dari Sinjitos bareng-bareng, terus efek boardnya segede apaan tau, malah ketinggalan hahaha
Iyub: Oiya, hahahahha. Kalo gak salah gue bawa ampli kan ya, akhirnya pake efek dari ampli di sana, ‘njrit those days. Bawa ampli tapi gak bawa pedal board. Asli, iya gue inget bawaannya banyak jadi malah yang esensial kelupaan, hahaha
Merdi: Terus gue inget di gig Soundrenaline itu, Cmon lennon main juga, terus Sulung minjem bass thunderbird mas Bagus Netral, terus gue akhirnya juga pinjem bass itu buat maen di Sugarstar, hahaha.
Sulung: Gila gue lupa, Mer. Gue aja bahkan gak inget manggungan Lennon disana, hahaha. Wait, kayanya gue sedikit inget. Antar panggung jaraknya jauh-jauh kan ya waktu itu Mer.
Merdi: Iya lung stagenya beda mayan jauh
Sulung: Dan PRJ waktu itu baru mulai di-utilize lagi setelah mati beberapa lama, sepi banget
Merdi: iya bener sepi, belum seramai Soundrenaline sekarang-sekarang
Manggung jarang, rilisan juga jarang, jadi jadi pantas lah ya kalo kalian memenuhi katergori sebagai band mitos?
Merdi: Ini setuju sih gue
Iyub: Bisa sih hahaha, Kayanya emang orang-orang bilang band mitos
Merdi: iya gue rasa orang penasaran sih, karena ada yang bahas terus juga
So, what’s next buat Sugarstar setelah Tellabye?
Merdi: Gue sih pengen punya kenang-kenangan lah sama band ini. Jadi gue waktu itu bilang sama Iyub gue pengen rilis secara fisik. Materinya gue serahin ke Iyub rencananya dari yang udah dirilis digital mungkin ditambah 2 lagu lagi lah yang perlu di-restore.
Iyub: Iya, kayanya bakal ada 2 lagu lagi, we’ll see ya
Sulung: No expectations, lebih kaya, kita ini ada semacam hutang ke beberapa orang yang memang appreciate musik Sugarstar back then, and this is for them to have and keep. Tapi gue udah bilang sama Iyub dan Merdi, if that’s to be done let’s not complicate things ya haha.
______
Tellabye sudah dibisa didengar secara utuh di kanal Youtube Sinjitos. Videoklipnya pun sudah beredar di sana.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Daftar Label Musik Independen dari Berbagai Kota di Indonesia 2024
Berbicara tentang label musik tentu bukan hal yang asing lagi bagi siapa pun yang berkecimpung di industri ini. Mengingat kembali band-band yang lekat dengan label raksasa sebagai naungan, sebut saja Dewa 19 saat awal …
We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms
Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan. Album Asian Palms …