Jangar – Malam (EP)
Sebagai pendengar metal kasual, telinga ini sering menangkap gemuruh musiknya sebagai bebunyian musik yang serupa. Tapi ini adalah jebakan yang seru. Karena begitu telinga terkunci oleh temuan album musik metal yang menarik, lantas menjadi hal yang menyenangkan. Ini terjadi pada album mini milik Jangar berjudul, Malam.
Bicara kebaruan musik metal dalam EP ini tentu mustahil dan tidak penting. Justru ramuan bagian terbaik musik heavy metal klasik bertaburan di sini. Pun banyak yang sudah pernah dilakukan Seringai dan Komunal muncul kembali di sini. Kabar baiknya melalui sang vokalis Gusten Keninten dan lirik yang mayoritas ditulis oleh drummer Pasek Darmawaysya, Jangar punya tawaran menarik yang berbeda.
Paduan dari musik berat, kecepatan tinggi, riff-riff gitar maut berpadu dengan lirik dan karakter vokal yang lugas dan tegas serta sesekali berucap spoken words. Perihal lirik ini begitu menarik. Lirik soal kematian, kritik sosial, politis hingga budaya dilantangkan oleh vokal Gusten yang kini terasa lebih bulat dan tegas, tanpa meninggalkan vokal serak yang jadi miliknya. Dalam palet mixing, posisi vokalnya pun diletakan di depan. Sehingga liriknya terdengar lebih menohok.
Dengan berbagai ramuan klasik heavy metal, EP Malam hadir dengan diksi bahasa Indonesia yang ciamik dan dengan vokal Gusten yang lebih bulat bertenaga menyanyikan lirik-lirik lugas dan tegas, tanpa meninggalkan karakter seraknya.
Perihal pelafalan dan karakter vokal Gusten di EP ini mengingatkan pada PAS band era awal mereka. Yukie sang vokalis selalu bernyanyi dengan suara bulat dengan lirik dan diksi yang langsung to the point. Dan entah disengaja atau tidak, dalam EP ini, cara Gusten bernyanyi pun mengingatkan pada Yukie, terutama dalam album 4 Through The Sap (1993) dan In (No) Sensation (1995).
Malam dibuka dengan focus track, single “Artileri” langsung membombardir. Kritikan soal perang yang menjadi salah satu formula mendasar musik metal tersaji dengan jitu dan gagah. Bicara soal perang yang selalu menyasar mereka yang tak berdosa. Favorit saya adalah lagu ketiga, “Stress” yang bicara soal kemacetan lalu lintas kota karena memiliki bagian spoken words terbaik:
“Kau tahu / solusi terbaik dari masalah ini adalah mati / Ya, mati / Mengurangi populasi.”
Dan juga: “Jadi bagaimana / kau mau mati? / atau silahkan saja kau menikmati.”, seketika langsung disambar solo gitar melengking liar.
Pula cerdik bagaimana mereka sebagai minoritas, menyelipkan keresahannnya tanpa perlu mengangkat hal itu sebagai isu utama. Terjadi dalam lagu “Adiksi” tentang kecanduan drama media sosial diluapkan dengan amarah tepat sasaran,
“Ada unggahan berbeda di linimasa / Minoritas salah bicara / Injak mereka yang beda opini literasi Wiki jadi landasan materi.”
Album penuh, Menjelang Malam (2019) justru menjadi jembatan ke album mini, Malam (2024). Hasilnya, EP ini menjadi sentuhan penting yang jadi pondasi kuat identitas musik Jangar dalam ranah heavy metal Indonesia.
Gempuran Malam ditutup dengan sebuah lagu cover Iwan Fals yang jadi favorit saya. Heavy metal cadas berpadu dengan lirik yang tajam dan lugas di lagu milik Iwan Fals, dari album Tragedi (1996), “Ada Lagi Yang Mati”. Lagu kover ini sukses di tangan Jangar dan langsung menjadi milik mereka,
“Aku lihat orang yang mati / Diantara tumpukan sampah / Lehernnya berdarah membeku / Bekas pisau lawannnya tadi malam.”
Dengan berbagai ramuan klasik heavy metal, EP Malam hadir dengan diksi bahasa Indonesia yang ciamik dan dengan vokal Gusten yang lebih bulat bertenaga menyanyikan lirik-lirik lugas dan tegas, dan sekali lagi, tanpa meninggalkan karakter seraknya.
Yang cukup tidak lazim adalah bagaimana Jangar memperlakukan album penuh, Menjelang Malam (2019) yang justru menjadi jembatan ke album mini, Malam. Tapi itulah jalan yang dipilih oleh kuartet Jangar. Hasilnya, EP Malam ini menjadi sentuhan penting yang jadi pondasi kuat identitas musik Jangar dalam ranah heavy metal Indonesia.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …
CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI
Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya. CARAKA merupakan band …