Jaydawn – Sekte Air Mata Odin
Di skena hip hop, ada sebuah fenomena menarik dimana karya-karya masterpiece lahir tak hanya hanya dari rima-rima yang keluarkan dari kerongkongan seorang rapper, namun dari ramuan beat yang ditumbuk dan diaduk dari kuali seorang ‘tukang mutilasi musik’ atau yang beken disebut sebagai beatmaker.
Di beberapa literatur tulisan yang saya kerap baca, profesi beatmaker bukan opsi yang banyak digeluti. Agree to disagree, tapi jika saya lihat, kehadiran beatmaker di panggung mungkin hanyalah sebagai ‘wing-man’ dari seorang rapper ketika mereka perform. Meksipun menurut saya, keduanya mengambil peranan penting dalam suksesnya pementasan atau lahirnya karya-karya hip hop dari jaman ke jaman. Ini mengapa saya begitu mengapresiasi keberadaan orang-orang seperti Densky9, Madsure dari Jogja, WAYS, SicknessMP sampai kali ini seorang Fajar Nurmanto a.k.a Jaydawn yang menggarap musiknya dengan sebuah album berkonsep serta dirilis proper dalam bentuk digital dan fisik.
Menekuni dunia mutilasi musik, Jaydawn bukan orang sembarangan. Sosok di balik Eye Feel Six dan Krowbar ini pernah berperan di Homicide dalam karya klasik “Belati Kalam Profan” termuat di EP Pathos. Lahir dari tangan dingin Jaydawn, “Belati Kalam Profan” menyajikan grimmy boombap beat bertempo lambat empat menit tigapuluh detik yang ketika dimainkan bersama rentetan peluru-peluru kata yang ditembakkan dari kerongkongan Ucok, menjadi sebuah karya yang provokatif sekaligus menakutkan.
Di ranah musik populer, kita bisa mendengarkan Jaydawn lewat karya remix, “Jatuh Cinta itu Biasa Saja” dari Efek Rumah Kaca. Track yang terambil dari album ERK RMX ini disulap menjadi karya trip hop yang gelap dan dahsyat.
Menelusuri kepingan-kepingan karya Jaydawn yang tersusun rapih, mulai single “Dawn By Law” (2019) sampai debut EP Darker Dawns Ahead (Grimloc Records, 2020), saya menemukan semacam eskalasi luar biasa di debut album Sekte Air Mata Odin (Grimloc Records, 2023). Mengapa demikian? Jika di Darker Dawns, Jay hanya menampilkan lukisan-lukisan musik dan beat yang spektakuler, namun di Sekte, lukisan ini justru menjadi sesuatu yang lebih menarik ketika direspon oleh banyak rapper dengan suguhan kata dan rima.
Suguhan musik yang dihasilkan Jay dari EP sampai di album ini sangatlah menarik. Dari sebuah kanvas kosong, ia bisa mengambil banyak palet dari funk, rock sampai musik-musik tradisional dalam setiap beat, bass dan sample menjadi lukisan musik gaya klasik boom bap dengan unsur gelap dan garang.
Coba tengok “Cek TKP”, dengar bagaimana Al Smith merespon beat-beat Jaydawn yang berkolaborasi dengan Nartok, menjadi sebuah puisi musikal hip hop yang garang, atau bagaimana kolektif rap Madness On Tha Block memberi amunisi kepada beat Jay di “Mulut Silet”, “Departemen Kegelapan” tangkapan swag diekspresikan lewat rima-rima Krowbar dan Insthinc menjadi sebuah jalinan yang menarik.
Ada dua track favorit saya di album ini, pertama adalah kolaborasi Jay, Morgue Vanguard dan Pangalo! berbagi mikrofon dan kata dengan sangat cantik di “Babad Sangit”, anthem hip hop yang wajib diberikan pengeras suara untuk lebih terdengar, mungkin di Senayan atau Istana Negara. Yang kedua adalah kolaborasi Jay dengan Doyz dan Xaqhala di “Kalam Demagog”, sentilan-sentilan provokatif, menggelitik dan mencubit sakit kepada siapa saja yang mendengar dan merasa tersindir.
Di luar track-track kolaboratifnya, kita juga bisa menikmati karya-karya Jaydawn di album ini lewat track-track solonya seperti “Showdown”, Phuck The Ho-lice”, “Anyir”, “Valkryrie Cicaheum” dan “Jamuan Odin”. Yang menarik dari menyimak track-track ini adalah bagaimana cermatnya Jay meramu sample dan mendudukannya menjadi sebuah konteks yang tajam seperti yang sudah dikerjakannya di debut Darker Dawns Ahead, membuat saya geleng-geleng kepala sambil tersenyum.
Boleh dibilang, Sekte Air Mata Odin adalah kumpulan respon di atas kanvas beat menjadi sebuah display sempurna yang menguatkan pentingnya sosok Jay di lini depan karya hip hop tanah air. Di satu sisi, kita bisa mengenal Jay dari beberapa track kolaboratif, namun di balik 10 track kolaborasi yang ada, Jay menyisakan 5 komposisi yang bukan sekadar filler, saya melihat ini adalah cara Jay agar orang bisa lebih mengenal dan mengapresiasi dirinya lebih dalam.
Pada akhirnya lewat album keduanya, pecinta musik terkhusus hip hop bisa mengapresiasi lebih dalam hip hop, bukan hanya dari rapper-rapper yang mereka kenal, namun dari beatmaker potensial, salah satunya Jaydawn.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wawancara Eksklusif Ecang Live Production Indonesia: Panggung Musik Indonesia Harus Mulai Mengedepankan Safety
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pophariini masih banyak menghadiri dan meliput berbagai festival musik di sepanjang tahun ini. Dari sekian banyak pergelaran yang kami datangi, ada satu kesamaan yang disadari yaitu kehadiran Live Production Indonesia. Live …
Daftar Label Musik Independen dari Berbagai Kota di Indonesia 2024
Berbicara tentang label musik tentu bukan hal yang asing lagi bagi siapa pun yang berkecimpung di industri ini. Mengingat kembali band-band yang lekat dengan label raksasa sebagai naungan, sebut saja Dewa 19 saat awal …