Jejak Soekarno di Musik Pop Indonesia

Jun 18, 2018


Album Mari Bersuka Ria Dengan Irama Lenso

Foto: https://groovyrecord.ecrater.com

Sebagai alternatif diberangusnya musik ngak ngik ngok, Soekarno menawarkan lenso sebagai pengganti untuk rock n roll, tango, cha cha, dan mambo yang dianggapnya tidak sesuai kepribadian bangsa serta menghambat laju revolusi. Lenso sendiri adalah tari pergaulan Maluku yang biasanya dilakukan oleh muda-mudi sembari memegang  sapu tangan. Soekarno lalu memanggil Jack Lesmana, Idris Sardi, dan Bing Slamet untuk menggarap lenso mengiringi lagu-lagu populer Nusantara. Lahirlah album kompilasi Mari Bersuka Ria Dengan Irama Lenso rilisan label rekaman Irama. Album ini juga menandai satu dasawarsa Konferensi Asia Afrika.

Berisi delapan track, album ini dibuka dengan lagu ciptaan Soekarno yang dinyanyikan oleh Rita Zahara, Titiek Puspa, Bing Slamet dan Nien Lesmana dengan judul “Bersuka Ria”. Setelahnya adalah deretan lagu-lagu rakyat populer seperti “Bengawan Solo”, “Burung Kakatua”, “Soleram”, sampai “Genjer-genjer” ciptaan seniman Banyuwangi M. Arief. Ya, lagu yang semasa rezim Orde Baru dilarang beredar karena tafsir sepihak penguasa ini dinyanyikan oleh artis serbabisa Bing Slamet. Belakangan setelah Orde Baru tumbang, lagu ini sering dibawkan ulang oleh musisi-musisi bawah tanah meski masih menimbulkan kontroversi. Film biopik Gie garapan Riri Riza tahun 2005 juga memakainya sebagai musik latar.

Guruh Soekarno Putra

Foto: https://dennysakrie63.wordpress.com/

Darah seni Soekarno mengalir deras di putra bungsunya, Guruh Soekarno Putra. Berbeda dengan kakak-kakaknya yang aktif di bidang politik, kiprah Guruh justru lebih dikenal di bidang seni. Ia adalah motor dari Guruh Gipsy, kelompok eksperimental yang mempertemukan musik  etnik Bali bernada pentatonis dengan kultur Eropa yang berpola pada nada diatonis. Proyek ambisius ini beranggotakan Chrisye (vokal, bass), Odink Nasution (gitar), Abadi Soesman (keyboard), Roni Harahap (piano) serta Keenan Nasution (drum) dan disebut-sebut sebagai pelopor gerakan independent jauh sebelum Pas Band, Puppen, dan Pure Saturday melakukannya dua dekade kemudian.

Di luar kiprahnya bersama Gipsy,  Guruh dikenal dengan sederetan hits yang merentang mulai dari genre pop sampai fusi dengan dangdut. Sebut saja “Galih dan Ratna”, “Anak Jalanan”, sampai “Candu Asmara”. Ia juga mendirikan Kinarya Gencar Semarak Perkasa dan Swara Mahardhika yang “alumni-alumni”-nya mampu berbicara banyak di panggung hiburan tanah air.

 

____ 

1
2
Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …

CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI

Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya.     CARAKA merupakan band …