Kenangan Masa Bersama Koes Hendratmo
“Koes Hendratmo meninggal dunia,” tulis seorang teman di WA. Pesan datang pada 7 September 2021 pukul 7.55 waktu Leiden, berarti di Jakarta sekitar 12.55 siang.
Di hari kepergian Koes Hendratmo, saya memutar album kompilasi Top Stars of Mutiara Vol.2, tepat pada lagu terakhir di side B, penyanyi kharismatik itu menutupnya dengan “Tak Akan Kembali” karangan A. Rijanto bersama backing band 4 Nada.
Kau telah pergi
Tak kan kembali
Pulang ke hadapan Ilahi
Dari sana, lanjut memutar “Salam Mesra Buat Halmahera” karangan Mochtar Embut, yang termuat dalam album kompilasi Untukmu Opy dari Band Dharma Putra Kostrad dengan pimpinan Kolonel Sofjar, rilisan Elshinta Records. Di lagu itu, Koes Hendratmo bernyanyi rancak betul bersama nuansa musik Melayu.
Lagu lain yang dibawakannya di album itu adalah “Help Yourself” karangan Carlo Donida, lirik asli lagu ini berbahasa Italia, ditulis oleh Mongol dengan judul “Gli Occhi Miei”, kemudian liriknya ditulis ulang oleh Jack Fishman, dipopulerkan oleh Tom Jones pada 1968. Koes Hendratmo membawakannya dalam rekaman ini dengan kelincahan dan kemerduan yang tiada kurangnya.
Koes Hendratmo kembali mengintepretasikan Tom Jones pada penutup album ini, menyanyikan “I Get Carried Away” karangan Keith Colley, Nancie Mantz, dan Annette Tucker.
Di album Gordo Tobing, Bersama Lagu2 Rakyat rilisan Indah Records, Koes Hendratmo menyumbangkan kerongkongan emasnya untuk “Bengawan Solo”, ditimpali dinamika kocokan gitar dan koor yang padu dan syahdu.
Sementara debut album solo Koes Hendratmo, Jang Terbaik Dari Kus Hendratmo: Lambaian Bunga dirilis oleh Elshinta Records pada 1967. Sesuai tajuknya, album ini berisi lagu-lagu yang kerap dinyanyikan oleh Koes Hendratmo, baik di televisi maupun panggung-panggung pertunjukan lainnya.
“… karena belakangan ini KUS telah merebut hati chalajak ramai dengan sadjian2nja jang menarik itu, sehingga ELSHINTA tak ragu-ragu mengabadikan lagu2nja dalam LP ini, seperti ,,Il Mondo”, ,,San Francisco”, ,,Making Believe”, ,,Lambaian Bunga”, ,,Timang Timang”, ,,You Only Live Twice”, ,,Malam Seindah Ini” dan ,,Hanja Sekedjap”….” – demikian liner notes yang terlampir dalam album tersebut mengatakan kiprah dan kemahsyuran Koes Hendratmo sejak 1960an.
Bila memutar album ini, niscaya kita temukan betapa Koes Hendratmo menyatu bersama tiap-tiap lagu yang dibawakannya. Dari karya pengarang-pengarang Indonesia seperti Saiful Bahri, Adikarso, dan S. Effendi hingga lagu-lagu mancanegara yang dipopulerkan oleh Jimmy Fontana sampai Scott McKenzie— Koes Hendratmo lentur dalam jangkauan yang luas.
Dengarkan saja tarikan pertama vokal Koes Hendratmo saat menyanyikan “Making Believe” yang sungguh meyakinkan dalam pembawaan perasaannya. Lagu “Making Believe” sampai hari ini telah dibawakan oleh banyak sekali nama, di antaranya Johny Cash, Ray Charles, Bob Dylan, Dolly Parton, Skeeter Davis, hingga—ini justru adalah rekaman versi pertama yang saya ketahui, dalam bentuk punk rock—Social Distortion pada 1992.
Di lagu lainnya, segar langsung diboyong dari soundtrack film James Bond pada 1967, “You Only Live Twice” yang dibawakan oleh Nancy Sinatra telah mengalami aransemen dengan bassline bergoyang dari band Dharma Putra, dan suara Koes Hendratmo berselancar merdu bersamanya.
Segala kiprah memukau 1960an (juga pada masa 1970an) ini baru saya ketahui setelah internet telah menjadi keseharian yang tak terpisahkan, nun jauh setelah 2000, sementara Koes Hendratmo yang saya kenali adalah dia yang berdiri memandu kuis favorit masyarakat semenjak 1988, Berpacu Dalam Melodi.
Ani Sumadi, “ratu kuis Indonesia”, mengarahkan kuis bertema musik Berpacu Dalam Melodi dengan Koes Hendratmo menjadi pembawa acara. Ani Sumadi telah berkarir di TVRI sejak 1959 sebagai pembawa acara sekaligus reporter, sedangkan karya kuis pertamanya adalah Silent Quiz pada 1969. Begitu banyak acara kuis yang dicetus dan diarahkannya dari era TVRI hingga kemudian juga ke televisi swasta, tapi buat saya Berpacu Dalam Melodi adalah yang terdahsyat!
Kesuksesan Berpacu Dalam Melodi dalam waktu cepat bahkan kemudian diikuti dengan dibuatnya kuis serupa untuk segmentasi anak muda, yaitu Gita Remaja pada 1989. Peserta lebih muda dan lagu-lagu lebih masa kini (saat itu), tapi bahkan semua itu tak bisa membuat saya terbersit meninggalkan satu episode pun Berpacu Dalam Melodi.
Bahkan kini saya terpikir, jika dahulu TVRI hanya menayangkan satu acara, semoga itu adalah Berpacu Dalam Melodi. Nampaknya serial The A Team bersaing ketat dengan Selekta Pop dan Dari Gelanggang ke Gelanggang untuk peringkat kedua.
Saya tidak pernah bisa melupakan segala malam Minggu pada paruh kedua 1980an hingga awal 1990an. Saat itu, kantor dan sekolah masih berlangsung 6 hari, dengan libur hanya Minggu. Televisi di ruang keluarga kedatangan acara yang sejak pertama kali menontonnya, langsung dirindukan untuk hadir kembali pada episode berikutnya. Segalanya masih sangat teringat, dari lagu tema kuis hingga bagaimana intonasi Koes Hendratmo menyebut kata-kata sebelum Ireng Maulana All Star mulai memainkan potongan lagu dan peserta menekan bel, “Berpacu Dalam Melodi”.
Dulu, bahkan kami suka “nobar” Berpacu Dalam Melodi. Keluarga tante saya kerap datang ke rumah di malam Minggu untuk kita sama-sama menyaksikannya, tentu sembari turut menjawab soal dan bernyanyi di rumah. Seringkali, pedagang mie dok dok keliling sudah kita pesan dan piring berisi kwetiau menemani tayangan layar kaca.
Apa yang membuat Berpacu Dalam Melodi begitu hebatnya? Rangkaian acara kuis itu sudah tentu sangat berperan, babak demi babak; Kenangan Masa, Pelangi Antar Nusa, hingga Sekilas Wajah, tapi saya rasa masyarakat Indonesia sepakat bahwa Koes Hendratmo adalah pemandu kuis yang sangat hebat bagi acara itu.
Suara Beliau saat bernyanyi, membawakan lagu apa pun, dari mancanegara sampai berbagai daerah di Indonesia, sekadar sepotong maupun utuh, sudah tak diragukan lagi kualitasnya. Koes Hendratmo saat menyapa peserta kuis, band, maupun penonton di rumah begitu hangat dan ramah. Namun satu hal yang bagi saya betul-betul luar biasa: senyum dan tertawanya.
Senyum dan tertawa Beliau sangat bersahabat, sangat dekat.
Lalu hari ini, favorit saya, favorit masyarakat Indonesia, telah tiada.
Koes Hendratmo lahir pada 9 Februari 1942, wafat dalam usia 79 tahun. Koes Hendratmo telah bernyanyi sejak SMA pada 1961 di Yogyakarta kala menjadi vokalis Riang Ria, tampil dalam sejumlah rekaman, berkeliling panggung di segenap tempat di Indonesia sampai berbagai negara di dunia, sempat pula bermain film The Big Village pada 1969 dan Magelang Kembali pada 1970an, dan yang paling ikonik: sebagai pembawa acara Berpacu Dalam Melodi.
Acara yang menghibur, mengakrabkan. Kenangan masa yang indah.
Koes Hendratmo adalah pembawa acara Berpacu Dalam Melodi yang pertama, juga sejauh ini yang terlama, bagaimanapun turut mendefinisikan nada suasana kuis musik itu. Jauh di kemudian tahun, Berpacu Dalam Melodi hadir dengan pembawa acara David Bayu hingga Armand Maulana.
Bila suatu hari Berpacu Dalam Melodi masih ada dan Beliau dijadikan pertanyaan dalam segmen Sekilas Wajah, kami mengenal wajahnya sedang tersenyum lebar. Wajah yang setiap melihatnya, hadir nostalgia.
Doa yang terbaik untuk Koes Hendratmo.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …