Laporan Rilisan Musik Semarang Semester Pertama di 2024

Jun 4, 2024

Sebuah pesan WhatsApp masuk ke ponsel saya. Ifat, pengelola label Delusive Production, menanyakan data rilisan band-band asal Semarang sepanjang semester pertama 2024 kepada saya.

“Besok bisa dijadikan bahan talkshow pas Record Store Day Semarang,” tulis Ifat.

Ifat mengabarkan bahwa agenda Record Store Day (RSD) Semarang 2024 pada 4-5 Mei 2024 akan diramaikan dengan talkshow singkat perihal rilisan-rilisan anyar asal Semarang. Konsepnya seperti hearing session; mendengarkan bersama lalu membincangkan. Ifat juga menawarkan saya untuk memoderasi talkshow bersama band-band yang rilisannya dibahas.

Tentu saja ajakan itu harus disambut baik. Catatan pribadi kembali saya buka. Saya menyusun ulang data rilisan yang masuk radar personal, entah itu single, EP, atau album. Setidaknya ada 14 rilisan (baik single, EP, atau album) yang tercatat dan saya kirimkan pada Ifat, meski agak terlambat.

Record Store Day (RSD) Semarang 2024 Mei 2024 lalu akan diramaikan dengan talkshow singkat perihal rilisan-rilisan anyar asal Semarang. Konsepnya seperti hearing session; mendengarkan bersama lalu membincangkan

Setelah data terkirim, saya baru tersadar satu hal; dari semua data rilisan yang saya miliki, tidak ada satupun yang dirilis dalam format fisik.

***

Meski terdapat belasan rilisan sepanjang Januari hingga 3 Mei 2024, hanya 5 rilisan yang diputar-bincangkan; BeverlyLine – “How To Kill This Feeling” (single), Yellow Jet Club – “Bias” (single), WOL – “Sejenak Bersamamu” (single), Bad Preacher – Preach (EP), dan Femm Chem – Hustle Skelter (album).

“Kalau itu sih masalah waktu kita yang terbatas aja. Beberapa juga memang sudah kami coba hubungi, tapi ternyata karena kesibukan akhirnya belum bisa bergabung dengan RSD Semarang tahun ini,” terang Ifat.

Talkshow RSD Semarang 2024 tidak dikonsep menjadi bedah karya secara mendalam. Sifatnya lebih seperti konferensi pers. Namun, dari hasil talkshow tersebut, saya mendapat gambaran mengenai riuh rendah kancah musik Semarang di tahun 2024 ini.

Suasana Record Store Day 2024 di Semarang

Satu poin yang cukup menggembirakan, kelima band yang rilisannya diputar-bincangkan dalam talkshow RSD Semarang 2024 didominasi wajah baru permusikan Semarang. Femm Chem, meski band yang dibentuk para 2022, mereka diisi oleh para veteran musik Semarang. Selain Femm Chem dan Yellow Jet Club, sisanya adalah band-band muda potensial asal Semarang.

Satu poin yang cukup menggembirakan, kelima band yang rilisannya diputar-bincangkan dalam talkshow RSD Semarang 2024 didominasi wajah baru permusikan Semarang. Selain Femm Chem yang diisi oleh para veteran musik Semaran, sisanya adalah band-band muda potensial asal Semarang. BeverlyLine, Bad Preachers, dan WOL

Pada hari pertama, ada dua rilisan single yang dibincangkan; BeverlyLine – “How To Kill This Feeling” dan Yellow Jet Club – “Bias”. Dalam talkshow, kedua band tersebut memberi bewara akan merilis album dalam waktu dekat.

Single “How To Kill This Feeling” adalah rangkaian akhir dari BeverlyLine setelah merilis tiga single sepanjang 2023. Pada single “How to Kill This Feeling”, BeverlyLine terdengar menggeser gaya musikalnya. Setelah The Popguns dan The Pain of Being Pure at Heart, kini terdengar Turnover urun rembuk dalam merumuskan balada patah hati khas BeverlyLine.

Pergeseran gaya tersebut adalah kisi-kisi dari calon album penuh mereka. Akan ada benang merah yang merajut beragam gaya musikal dalam album penuh pertama BeverlyLine nanti.

Hal lain terjadi dengan Yellow Jet Club. Isa Pradana, gitaris-vokalis dari unit indie-rock/neo-psikedelik ini, mengabarkan bahwa Yellow Jet Club sudah selesai merekam album kedua mereka. Single “Bias” yang dirilis pada 24 April 2024 adalah single pertama dari album penuh kedua mereka. Lagi-lagi, pada single ini terdengar pergeseran gaya musikal Yellow Jet Club yang terasa kembali ke akar indie-rock.

“Kami setiap bulannya akan merilis satu single yang ujungnya nanti album kedua Yellow Jet Club,” tutur Isa.

Pernyataan Isa cukup membuat dahi mengernyit. Pasalnya pada 11 Mei 2023 Yellow Jet Club baru merilis album debut berisi 10 track bertajuk Human Shade. Jika linimasa perilisan berjalan lancar, Yellow Jet Club akan merilis satu album setiap satu tahun. Produktif betul! Kesaksian Isa juga menandakan akan ada single anyar yang Yellow Jet Club rilis pada bulan Mei ini.

Keproduktifan Isa dan projek musikalnya berlanjut pada hari kedua. Pada hari itu ada tiga rilisan yang diputar-bincangkan; WOL – “Sejenak Bersamamu” (single), Femm Chem – Hustle Skelter (album), dan Bad Preacher – Preach (EP). Isa adalah juga gitaris dari Femm Chem. Isa menyebut bahwa Femm Chem sedang mempersiapkan showcase dan tur perayaan album Hustle Skelter juga merilis EP baru pada tahun 2024 ini. Sekali lagi, produktif betul!

Untuk WOL dan Bad Preacher, mereka sedang menyiapkan aktivasi lain untuk tahun ini. WOL sedang mempersiapkan showcase untuk perayaan single “Sejenak Bersamamu”. Showcase single ini bukan yang pertama kali WOL lakukan. Pada November 2022 unit alt-rock yang medaku diri sebagai “unit rock malu-malu” ini juga mengadakan showcase untuk merayakan single “Senyawa” yang dirilis pada 22 Oktober 2022.

Dari talkshow singkat selama dua hari tersebut, saya setidaknya mendapatkan gambaran dari riuhnya aktivitas musik di Semarang. Ini baru dari lima band yang dibicarakan, belum termasuk 8 band lain yang pastinya sudah memiliki rencana dan linimasa sendiri pada 2024 ini

Bad Preacher pun sedang merancang showcase perayaan EP Preach tahun ini. Kuartet stoner-rock ini mengaku sedang menyusun materi anyar agar durasi showcase nanti tidak terlalu pendek dan juga sebagai bagian dari album penuh pertama mereka.

Dari talkshow singkat selama dua hari tersebut, saya setidaknya mendapatkan gambaran dari riuhnya aktivitas musik di Semarang. Selain ramainya rilisan yang sudah bisa diakses, saya juga mendapat kabar mengenai aktivitas kelima band ini selama 2024. Ini baru dari lima band yang dibicarakan, belum termasuk 8 band lain yang pastinya sudah memiliki rencana dan linimasa sendiri pada 2024 ini.

***

Record Store Day memang terlahir dengan semangat rilisan fisik dan toko musik fisik. Absennya format fisik dari rilisan anyar band-band Semarang menjadi semacam anomali dari perayaan hari rilisan fisik edisi Semarang tahun ini.

“Jelas sangat disayangkan kalau dari kami yang notabene lebih suka dengerin fisik daripada digital, ya,” komentar Ifat. “Ya kali kita ngelapak keluar kota, pas ditanya ‘Mana oleh-oleh Semarang? Album band Semarang mana yang dibawa tahun ini?’ kita cuman bisa geleng-geleng kepala?” lanjutnya.

Sebagai pengelola label dan pelapak, pernyataan Ifat jelas dapat dipahami. Pendapat tersebut pasti dimiliki oleh pelapak yang sering melancong ke berbagai kota dan secara tidak langsung dijadikan “perwakilan” kota asal di setiap agenda lapakan.

Ifat juga menambahkan bahwa jejaring luas para pelapak rilisan fisik di berbagai kota sebenarnya dapat menjadi potensi perluasan distribusi rilisan band-band Semarang.

“Jejaring kami di @024lapak itu bisa jadi bagian dari distribusi ke luar kota juga,” tambah Ifat.

Presensi digital adalah upaya untuk membentuk basis pendengar dari Femm Chem dan Yellow Jet Club, baik itu di Semarang ataupun luar kota. Mereka percaya bahwa dalam dinamika industri musik saat ini, aktivitas dan presensi digital adalah gerbang pertama yang mesti dilewati sebelum menuju aktivitas lain

Para penyelenggara melihat ada kesempatan yang tidak ditangkap oleh para musikus di Semarang saat tidak merilis rilisan fisik di pagelaran RSD 2024. Padahal menurut mereka euforia dan citra RSD sudah cukup kuat sehingga dapat mengamplifikasi penyerapan pasar atas rilisan.

Namun, selama bumi berputar, selama itu pula zaman beredar. Ada beragam alasan absennya rilisan fisik di pagelaran RSD Semarang 2024, terutama dari mereka yang diputar-bincangkan dalam talkshow. Alasan yang terkesan klise, tapi selalu muncul; waktu.

“Sebelumnya udah ada plan buat rilis dalam format fisik, tapi waktunya ga nyampe buat dirilis di RSD Semarang tahun ini, jadi mungkin buat perilisan EP dalam format fisik akan dirilis di lain waktu,” tutur Ucok, gitaris Bad Preacher.

Selain itu, terjadi juga pergeseran prioritas. Presensi digital (digital presence) kini memuncaki skala prioritas. Presensi digital yang seringkali bergantung pada jumlah juga yang menjadi dasar produktifitas Isa dan kawan-kawannya di Femm Chem dan Yellow Jet Club.

“Kami lihat hal yang paling make sense kita kerjakan adalah digital activity. Gimana cara ningkatin reach dan listener di digital,” tutur Isa.

Isa menuturkan bahwa ini bukan soal mereka meninggalkan rilisan fisik secara penuh. Presensi digital adalah upaya untuk membentuk basis pendengar dari Femm Chem dan Yellow Jet Club, baik itu di Semarang ataupun luar kota. Mereka percaya bahwa dalam dinamika industri musik saat ini, aktivitas dan presensi digital adalah gerbang pertama yang mesti dilewati sebelum menuju aktivitas lain.

“Yang kami pikirkan, jika traffic pendengar digital belum layak, lantas mengapa harus beralih ke fisik? Jadi kita fokus ke prioritas yang bisa kita kerjakan dulu. Namun, tidak menutup kemungkinan kita akan bikin fisik jika ada label yang membantu. Kita kerjakan bertahap,” tambah Isa.

Dengan melihat aktivitas dalam RSD Semarang 2024, tercuplik bagaimana riuh rendah dan dinamika musik Semarang. Entah mereka yang berfokus pada presensi digital ataupun mereka yang menempuh jalur ninja rilisan fisik, semua memiliki pertimbangan masing-masing. Setiap musikus atau band memiliki skala prioritas dan pertimbangan bagaimana mereka merayakan musik yang mereka buat. Itu memang otoritas penuh mereka, meski tetap juga terbuka kemungkinan untuk kolaborasi dan eksperimentasi hasil nongkrong dan komunikasi yang intens.

Namun, sekali lagi, dari agenda RSD Semarang 2024 ini sedikit terpetakan keriuhan dan akan semakin riuhnya permusikan Semarang di tahun 2024.

Penulis
Gregorius Manurung
Mahasiswa off-side Sastra Indonesia Undip dan staf redaksi Highvoltamedia.com. Tulisannya terbit di Highvoltamedia.com, Tirto.id, dan beberapa webzine/zine. Sedang merencanakan pendirian penerbitan musik dan subkultur lokal, terkhusus Semarang.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian

Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW.     …

Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2024

Hujan deras di Minggu siang tak menghalangi saya menuju gelaran Jazz Goes To Campus (JGTC) edisi ke-47 yang digelar di FEB UI Campus Ground, Depok pada Minggu (17/11).  Bermodalkan mengendarai motor serta jas hujan …