Lika-Liku Ilustrator Musik Independen Lokal

“Butut[1],” kata itu terlontar dari mulut ilustrator/perupa-cum-musisi Indra Wirawan a.k.a. Morrg ketika saya tanya tentang apresiasi publik terhadap karya-karya perupa musik. Hal senada hampir sama diutarakan oleh perupa musik Riandy Karuniawan. Sambil manut-manut saja mereka. Persoalannya hampir sama; belum adanya standardisasi fee, pembajakan karya, eksploitasi pekerjaan, hingga belum terbangunnya pasar yang edukatif. Sekelumit kisah pilu itu diceritakan para perupa musik pada sesi “artist talk” pameran “Visual Strikes” di IFI Bandung beberapa waktu lalu.
Sore itu, saya didapuk oleh kawan lama saya Herry Sutresna a.k.a. Ucok Homicide yang memiliki daulat penuh sebagai “kurator” (meski dia menolak dengan sebutan ini ketika diskusi) untuk menggawangi sesi artist talk dalam sebuah pameran ilustrasi delapan perupa musik yaitu Morrg, Ken Terror, Dani Tremor, Rivaldy Edywar, Enrico Harinatta, Luke Heartwork, Senartogok, dan Riandy Karuniawan bertajuk “Visual Strikes” di IFI Bandung, 10-12 Agustus 2018. Semua perupa merupakan nama-nama yang tak asing lagi menghiasi poster gigs, cover album, hingga kaus band independen. Pameran ini ingin menunjukkan apresiasi rupa musik kepada masyarakat lebih luas. Bahwa musik tak hanya dipertunjukkan, tapi juga digambarkan. Ada sejumlah perupa dibalik kaus dan album band idola mereka.
Ilustrasi musik (rupa musik atau visual musik) tentu menjadi hal penting dan juga salah satu ekosistem yang memiliki nilai guna bagi karya musik itu sendiri. Kehadiran suatu karya rupa musik tentu menambah unsur estetika dari suatu album. Rupa musik itu memiliki fungsi dalam membangun identitas dan komunikasi dari suatu band. Tak hanya menyoal keren dan tidak keren atau bagus dan jelek. Tapi juga menciptakan persepsi dan impresi sebagai inti dari komunikasi. Yang paling sukses dan dikenal sepanjang masa, tentu kita mengenal gambar pisang karya Andy Warhol dalam album legendaris Velvet Underground dan ikon lidah yang diambil dari bibir dower Mick Jagger pada setiap karya visual The Rolling Stones.

Foto: Ache Sulaeman

Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
6 Album Indonesia dengan Bas Terlegit Favorit Ginda Bestari
Pada Jumat (14/02), kami menghadiri D’Addario Event Launch di Mall of Indonesia, Jakarta Utara. Acara tersebut dimeriahkan oleh sederet gitaris dan bassist ternama Indonesia. Salah satu yang namanya tak asing lagi adalah Ginda Bestari. …
Wawancara Eksklusif Teenage Death Star: Mengajak 12 Musisi ke Taman Bermain Thunder Boarding School
Teenage Death Star rilis album! Rasanya kalimat itu sendiri sudah jadi berita yang menarik bagi para pegiat musik lokal. Pasalnya, band ini hanya memiliki satu album penuh bertajuk Longway to Nowhere sejak terbentuk tahun …