5 Lagu Pop Indonesia tentang Bulan Januari

Jan 13, 2023

Sebagai bulan pertama di kalender, Januari menjadi langkah awal untuk menjalani sebelas bulan berikutnya. Boleh jadi hal ini yang menjadikan Januari menjadi bulan yang sering dijadikan judul lagu populer.

Bandingkan dengan bulan-bulan lain. Maret terwakili “Anyer 10 Maret” milik Slank sementara awal bulan Mei dibuka oleh Tika and The Dissidents yang mengambil semangat peringatan Hari Buruh 1 Mei lewat “Mayday”. Di pertengahan tahun, The Monophones menyumbangkan “Rain of July” yang masuk dalam album soundtrack Catatan Akhir Sekolah  (2005).

Kuartal keempat ditandai dengan tanggal 19 Oktober yang menjadi judul lagu Iwan Fals dan Seurieus. Tragedi Bintaro 19 Oktober 1987 yang menewaskan 153 orang dan 300 orang lainnya luka-luka diangkat oleh Iwan Fals lewat “1910”. Sedangkan tanggal 19 Oktober dalam “BDG 19 Okt” semata agar lagu yang menjadi soundtrack Jomblo (2006) itu terkesan seperti catatan dalam buku harian, sebagaimana penjelasan mantan vokalisnya.

 

Dan akhir tahun ditutup dengan “Desember” milik Efek Rumah Kaca yang mengubah cara pandang tentang hujan (kecuali bagi warga Jakarta).

Beragamnya judul lagu tentang bulan Januari mendorong Pophariini memilih lima lagu tentangnya. Mulai dari pertemuan sampai kandasnya hubungan antarpasangan hingga antarnegara, inilah lima lagu pop Indonesia tentang bulan Januari.


11 Januari (GIGI)

Ada beragam cara buat mengenang momen-momen spesial dalam hidup. Salah satunya dengan membuat lagu seperti yang Armand Maulana lakukan. Vokalis GIGI itu menulis “11 Januari” supaya dia selalu ingat tanggal pernikahannya dengan Dewi Gita. Kehadiran “11 Januari” yang ada di album Peace, Love ‘N Respect (2007) bak tongkat estafet keahlian GIGI meracik balada romantis  setelah track “Yang Tlah Berlalu (Nirwana)” yang ada di album Dunia (1995).

 

22 Januari (Iwan Fals)

Salah satu hits single di album Sarjana Muda yang menjadi debut Iwan Fals di panggung musik nasional. Album ini punya deretan lagu jagoan dengan tema beragam. Ada yang menyentil isu sosial seperti “Sarjana Muda”, “Guru Oemar Bakri”, atau “Bung Hatta”. Di deretan lain ada lagu cinta yang begitu sentimentil seperti “Yang Terlupakan” (banyak yang kegocek dngan “denting piano…”) dan “22 Januari”. Lagu “22 Januari” adalah rekaman momen-momen pertemuan Bang Iwan dengan Mbak Yos, istrinya. Ceritanya mengalir. Lugas penuh detail (Dua buku teori, kaupinjamkan aku. Tebal, tidak berdebu, kubaca s’lalu), tapi juga menyimpan teka-teki (aku berteman iblis yang baik hati…). Terasa dekat dengan aransemen folk yang hangat.

 

Januari (Glenn Fredly)

Januari tidak lagi sama setelah “Januari” milik Bung Glenn memasuki ruang dengar di pertengahan April 2003. Tidak ada lagi harapan untuk memulai. Cinta  tidak berpihak dan kisahnya harus selesai sampai di sini. Mereka yang diberkahi kelebihan belum pernah merasakan patah hati sekalipun pasti akan teriris perasaanya mendengarkan Bung Glenn menyenandungkan melodi rintihan hatinya. Semua elemen terbaik patah hati ada di lagu yang ada di album Selamat Pagi, Dunia! ini: kecewa, putus asa, kebimbangan, you name it. Lewat “Januari”, Bung Glenn meneguhkan reputasinya sebagai penulis lagu spesialis patah hati.

 

Januari Di Kota Dili (Rita Effendy)

Bentang alam yang eksotis dan relatif belum banyak terjamah menjadikan wilayah Indonesia Timur menjadi inspirasi untuk sebuah lagu. Mulai dari Ambon (“O’ Amboina”), Kaimana (“Senja di Kaimana”), atau Jayapura (“Matahari”). Tapi “Januari Di Kota Dili” memiliki makna yang berbeda. Jika “O’Amboina” yang dipopulerkan Broery Pesolima atau “Senja Di Kaimana” (Alfian) melihat Ambon dan Kaimana dalam kacamata nostalgia veteran perang atau White Shoes and The Couples Company lewat “Matahari” mengajak bersenang-senang menikmati suasana alam tropika, “Januari Di Kota Dili” justru memberikan kegetiran.

Dirilis tahun 1997, lagu ciptaan Sekar Ayu Asmara dan Dotty Nugroho ini seperti mengiringi lepasnya Timor Timur (sekarang Timor Leste) dalam proses referendum dua tahun berselang. Pernah menjadi provinsi termuda Indonesia, kerikil dalam sepatu itu jika meminjam istilah Menteri Luar Negeri Ali Alatas akhirnya harus terhempas di ujung dermaga cinta.

 

Bulan (Radja)

Semua kisah cinta dalam 12 bulan akhirnya dirangkum oleh Ian Kasela dan kawan-kawan secara rinci. Dari bunga-bunga pertemuan pertama di bulan Januari sampai perpisahan di ujung tahun. Singkat dan jelas.


Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

Wawancara Eksklusif Ecang Live Production Indonesia: Panggung Musik Indonesia Harus Mulai Mengedepankan Safety

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pophariini masih banyak menghadiri dan meliput berbagai festival musik di sepanjang tahun ini. Dari sekian banyak pergelaran yang kami datangi, ada satu kesamaan yang disadari yaitu kehadiran Live Production Indonesia. Live …

Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar

Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini.  …