Lirik Lagu Bunga Maaf The Lantis tentang Penyesalan yang Datang Terlambat
Siapa yang tak kenal The Lantis? Grup musik asal Jakarta ini semakin melejit namanya berkat lagu hit “Lampu Merah”, yang mencapai 67 juta pendengar lebih di Spotify. Kini mereka kembali mencuri perhatian dengan album mini terbaru Bunga Maaf, yang rilis 15 November lalu. Salah satu lagu utama di album, “Bunga Maaf” yang berhasil meraih 4 juta pendengar lebih di layanan streaming musik.
Lihat postingan ini di Instagram
Dalam kesempatan ini, redaksi Pophariini membahas lebih dalam tentang lagu “Bunga Maaf”. Untuk mengetahui proses kreatifnya, kami menghubungi The Lantis melalui WhatsApp hari Jumat (13/12).
Gitaris sekaligus vokalis The Lantis, Giri membagikan cerita di balik penciptaan lagu tersebut.
“Proses pembuatan lagu dimulai saat workshop bersama produser kami, Mas Rendy Pandugo, di studionya. Siang hingga sore, kami fokus pada pembuatan chord dan nada. Malam harinya, kami lanjut mengerjakan lirik,” ungkap Giri.
Proses ini melibatkan diskusi yang mendalam antara para anggota band dan produser untuk menentukan tema lagu.
“Setelah bertukar pikiran dan perasaan, kami sepakat membawa tema emosi yang sedih dan sendu, yang menurut kami cocok dengan notasi dan vibe lagu ini,” tambah Giri.
Pada malam itu, 90% lirik selesai dikerjakan, sementara sisanya dilengkapi di workshop berikutnya.
Gitaris sekaligus vokalis The Lantis, Ravi juga menjelaskan pesan yang ingin disampaikan lewat “Bunga Maaf”.
“Lagu ini menggambarkan sebuah penyesalan yang datang terlambat. Penyesalan ini tak hanya berlaku pada hubungan dengan kekasih, tapi juga kepada teman, keluarga, atau bahkan diri sendiri,” jelas Ravi.
Judul “Bunga Maaf” dipilih sebagai simbol permintaan maaf yang indah namun rentan tergerus waktu. “Kami berharap lagu ini bisa menjadi pengingat bagi semua pendengar untuk tidak membiarkan ‘Bunga Maaf” mereka layu karena ego dan waktu,” tutup Ravi.
Simak lirik lagu “Bunga Maaf” The Lantis di bawah ini sambil menyanyikannya sebelum hati kita terlanjur layu.
Hai
Masihkah
Luka itu
Ada di sana
Yang ku
Tinggalkan
Saat kita
Masih bersama
Kini waktu terasa berbeda
Tanpa hadirmu
Keras hati yang dulu bicara
Berujung pilu
Andai
Angin mengulang
Sebuah masa yang t’lah usang
Kan ku telan isi bumi hanya untukmu
Terima bunga maafku
Layu termakan egoku
Meski ku tahu
Tak bisa
Oh
Mungkinkah
Ada rindu
Dibalik benci itu
Yang perlahan
Menghilang
Saat nyamanku tak lagi kau butuh
Kini waktu terasa berbeda
Tanpa hadirmu
Keras hati yang dulu bicara
Berujung pilu
Andai
Angin mengulang
Sebuah masa yang t’lah usang
Kan ku telan isi bumi hanya untukmu
Terima bunga maafku
Layu termakan egoku
Meski ku tahu
Tak bisa
Andai
Angin mengulang
Semua masa yang t’lah hilang
Kan ku telan isi bumi hanya untukmu
Terima bunga maafku
Layu termakan egoku
Meski ku tahu
Meski ku tahu
Ku tak akan bisa
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Banda Neira Kembali: Menyapa Penggemar Setelah Sewindu Hiatus
“Sampai kita tua…sampai jadi debu…” Penggalan lirik tersebut mungkin sudah ramah di sebagian telinga masyarakat Indonesia. Di Alam Sutera, setidaknya malam minggu itu, penonton langsung berbondong-bondong maju ke paling depan. Mereka bernyanyi bersama, suasana …
Pitchwave Mengajarkan untuk Tidak Lari dari Masalah di Single Escape
Band alternatif asal Makassar bernama Pitchwave resmi merilis karya anyar bertajuk “Escape” hari Jumat (06/12). Single ini merupakan refleksi tentang siklus yang tak pernah berakhir, di mana seseorang terus menerus berusaha menghindar dari kenyataan …