Malu-Malu Mengaku Melayu: 10 Tahun Pop Melayu

May 13, 2018

Ada banyak perdebatan tentang definisi pop Melayu di kancah musik Indonesia. Jeremy Wallach antropologis dari Bowling Green State University di Ohio, Amerika Serikat yang meneliti kajian musik popular di Asia Tenggara bahkan perlu mendefiniskan dalam tiga pengertian. Wallach, dalam tulisan berjudul “Muzik 
Popular
 Malaysia
 dan 
Masyarakat
Modern” menyebutkan pop Melayu sebagai musik yang mengandung banyak pengaruh musik pop barat namun memiliki unsur tersirat dari tradisi musik Melayu. Dalam tulisan tersebut, Wallach mengambil contoh kasus di negara Malaysia dan menjadikan Siti Nurhaliza sebagai representasi genre pop Melayu.

Siti Nurhalizah. foto: jpop.asia

Sementara di Indonesia, Wallach dalam bukunya Modern Noise, Fluid Genres: Popular Music in Indonesia 1997-2001 menyebut nama Iyeth Bustami sebagai perwakilan pop Melayu yang mampu mencampurkan sentimentalitas pop Melayu dengan aransemen musik dangdut. Wallach juga mendefinisikan keberadaan pop Indonesia yang menjadi istilah umum untuk menyebut musik populer Barat yang dinyanyikan dalam Bahasa Indonesia dan memiliki kontur melodi vokal khas yang umumnya tidak ditemukan dalam musik-musik pop berbahasa Inggris. Contoh paling gamblangnya adalah Koes Plus.

Koes Plus. foto: wowkeren.com

Kontur melodi vokal khas, juga dikenal dengan sebutan cengkok, menjadi benang merah yang menghubungkan dua gelombang “serbuan” pop Melayu. Gelombang pertama adalah ekspansi tenaga band asing negeri Jiran. Diawali dengan “Isabela” dari  Search dan “Suci dalam Debu” milik Iklim di awal dekade 90-an, tongkat estafet berlanjut di pertengahan era 90-an lewat kemunculan Slam, dikenal dengan lagu “Gerimis Mengundang”, dan Exists yang mengecap popularitas lewat “Mencari Alasan”. Sementara gelombang kedua dimulai lewat kemunculan band-band asli Indonesia yang diawali dengan kemunculan Radja pada tahun 2004 lalu berturut-turut hadir mulai dari Kangen, ST 12, sampai Wali.

 

1
2
3
4
5
6
Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

Sambut Album Baru, RAN Luncurkan Single Rahasia #1 dan Rahasia #2

Menyambut album baru Teater Nestapa bulan depan, RAN meluncurkan dua single sekaligus, “Rahasia #1” dan “Rahasia #2” hari Rabu (04/09) melalui layanan streaming musik.  Setelah lama tidak merilis album, trio beranggotakan Rayi, Asta, dan …

Band Grindcore Amerika, Full Of Hell Memuji Seniman Indonesia

Saat melakukan peliputan Blackandje Fest 2024 hari Sabtu (31/08) di Creative Culture, Jakarta Selatan, Pophariini mendapat akses untuk menemui dua anggota Full Of Hell, Dylan dan Dave. Kami mewawancarai mereka dari mulai musik Indonesia …