Mamang Kesbor – Album Terbaik di Tata Surya
Artis: Mamang Kesbor
Album: Album Terbaik di Tata Surya
Label: Ugly People Association / re;BOOST
“Siapa nih? Mardial ya?”
“Iye, mas. Caur ye.”
Dengan diakhiri tawa, kira-kira begitulah obrolan dan juga respon salah satu pimpinan redaksi saya, Wahyu ‘Acum’ Nugroho ketika kami berdua mendengarkan Album Terbaik di Tata Surya dari Mamang Kesbor, moniker dari Mardial di kantor beberapa waktu yang lalu.
Sebelum kita mulai membahas mengenai album ini, baiknya saya bercerita sedikit mengenai konsep hubungan antara sebuah lagu dengan diri saya yang selama ini saya anut.
Saya selalu memberikan nilai lebih bagi sebuah lagu apabila muatan lirik di dalamnya terasa ‘related’ dengan kehidupan yang saya jalani, entah itu yang sudah terlewat atau sedang berjalan. Jika kebetulan saya menemukan sebuah lagu yang memenuhi kriteria seperti itu, saya pasti selalu bergumam “Lah ini mah gue lagi ngalamin.” Ujungnya? Lagu tersebut pasti setidaknya akan bertahan selama sebulan dalam playlist saya.
Belakangan ini, salah satu yang kembali heavy rotation dalam playlist saya adalah “Takkan Pernah Bisa”, nomor mutakhir dari Alexa. Potongan lirik “Bersamamu / Ku takkan pernah bisa” menjadi lebih menyesakkan ketika diputar di kereta saat perjalanan pulang dari Bintaro ke Bogor.
Atas dasar latar belakang tersebut soal ‘related’ atau tidaknya lirik sebuah lagu terhadap perjalanan hidup saya, maka tentu saja beberapa nomor dari Album Terbaik di Tata Surya mendapatkan tempat di hati saya.
Jika bicara mengenai Mardial atau monikernya, Mamang Kesbor, perhatian saya dicuri ketika munculnya “Digital Love” bersama Ramengvrl beberapa tahun yang lalu. Setelahnya, saya tidak terlalu mengikuti diskografinya, juga hanya selewat ketika beberapa teman me-retweet cuitan-cuitannya yang akhirnya berujung pada wara-wiri di linimasa saya.
Kembali ke Album Terbaik di Tata Surya, ini adalah lanjutan dari Album Terbaik di Dunia yang lahir pada tahun 2017 lalu. Hadir dengan 12 nomor, album terbaru Mamang Kesbor ini memuat beberapa nomor juga sudah sempat diperdengarkan terlebih dahulu, seperti “Soto Ayam Bu Karti”, “Amer”, “Emo Night”, juga “Sebat Dulu” dan “Kebelet”.
Mari kita kesampingkan fakta bahwa album ini lebih dulu rilis di sebuah situs dewasa, bagaimana menjadi satu lagi sebuah bentuk ‘promosi’ musisi lokal di luar nalar, setelah teman-teman Panturas juga sempat melakukannya via dating apps pada tahun 2018 lalu. Memang jenius, tapi kali ini mari kita coba untuk sedikit ‘ngulik dalemannya’.
Dari 12 nomor yang hadir, “Amer” dan “Emo Night” menjadi jagoan saya. Kenapa menjadi jagoan pun, ya sebenarnya karena kembali ke beberapa paragraf di awal mengenai lirik yang ‘related’. Toh sepertinya juga bukan saya saja yang merasa “Gue pernah nih sh*t” disertai tawa yang kencang ketika mendengar penggalan lirik “Ku suka minum amer / Terus dipamer-pamer.”
Tawa pun berlanjut ketika masuk kepada “Upload di Instastory / Naikin reputasi”. Jika kalian yang membaca ini juga merasakan hal yang sama, maka selamat, anda sudah pernah menjadi bahan tertawaan society dan juga Mamang Kesbor sendiri. Tapi jangan khawatir dan jangan overthinking, fase pencarian jati diri tersebut memang selayaknya hinggap di perjalanan kalian yang kelam itu.
Jagoan selanjutnya dari saya, berlanjut kepada “Emo Night”. Bukan penggalan lirik “Dulu play MCR / Sekarang Kendrick Lamar” yang menjadi related dengan saya, namun bagian “Kalau kangen pengen sad / Tinggal datang ke Emo Night” tentunya.
Honorable mention jatuh kepada “Rancak Bana”, saya terlalu cinta kepada ‘ayunan’ “Neng geulis” yang super ngayun (maafkan saya karena tidak terlalu mengerti istilah-istilah yang saya yakin pasti ada istilahnya itu) itu. Oh iya, video musik dari nomor ini juga menjadi satu yang mesti kalian simak.
Secara keseluruhan, Mamang Kesbor dengan jenaka (serta brilian, tentunya) membalut problematika dan fenomena anak muda yang tidak jarang kita temui dalam setiap fase kehidupan. Lirik-lirik super sederhana, tanpa berusaha terlihat menjadi yang paling keren, menjadi satu lagi ‘masterpiece’ terbaru dari Mamang Kesbor. Rasanya menyenangkan, mendengarkan lagu-lagu dengan lirik-lirik ‘sompral’ seperti ini, seperti yang bagaimana Mamang Kesbor suguhkan.
Bagi saya, tidak ada cela di Album Terbaik di Tata Surya ini. Karena jika ada cela, lalu buat apa saya merekomendasikan album ini untuk kalian semua?
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Di Balik Panggung Kabar Bahagia 30 Tahun Perjalanan rumahsakit
Perjalanan 30 tahun bukan waktu yang sebentar untuk berkumpul dan mendedikasikan jiwa raga dalam entitas band. Keberhasilan yang sudah diraih rumahsakit selama mereka berkarier terwujud dalam sebuah perayaan. Bekerja sama dengan GOLDLive Indonesia, Musicverse …
Wawancara Eksklusif Atiek CB: Lady Rocker Indonesia yang Gak Betah Tinggal di Amerika
Salah satu legenda hidup rock Indonesia, Atiek CB menggelar sebuah pertunjukan intim bertajuk A Night To Remember for Atiek CB hari Rabu, 11 Desember 2024 di Bloc Bar, M Bloc Space, Jakarta Selatan. …
[…] Mamang Kesbor – Album Terbaik di Tata Surya […]