Masa Indah Banget Sekali Pisan: Gairah Underground Bandung 1990an

Jul 11, 2020

Full of Hate dengan lagunya “I Know” mengisi track pertama dari 15 lagu dalam CD kompilasi ini. Gaya music old school hardcore a la Gorilla Biscuits, Youth of Today, langsung menyapa, dan kita memang benar-benar sedang mendengar produk rekaman dari bawah tanah (underground) Kota Kembang pada 1997.

Pertengahan 1990an, musik underground di kota-kota besar seperti Bandung dan Jakarta sedang sangat semarak bersama seabrek sub genre, sub culture, counter culture, apa pun itu, yang saling berbagi suara dan ruang. Ini adalah episode lanjutan dari bibit-bibit pada 1980an, pecah pada awal 1990an, dan jadi semakin membesar, beragam, dan menyebar pada pertengahan ke ujung dekade itu. Mahsyur bahwa GOR Saparua menjadi ajang band-band tersebut beraksi, acara digelar seharian di akhir pekan. Di Jakarta, kurang lebih kejadian serupa berlangsung di Poster Café.

Salah satu musik yang mencuat adalah suara band-band dari Revelation Records (juga Victory Records) seperti yang dimainkan Full of Hate, yang dari nama band-nya kita boleh curiga itu dipengaruhi oleh  judul lagu Sick of it All, “World Full of Hate”.  Selain itu ada sangat banyak hal lagi di scene: punk rock, Oi!, ska, indie pop/Britpop, indie rock, industrial, electronic, apa saja!

Cuplikan maut geliat dan gairah tersebut diedarkan oleh 40.1.24, sebuah indie label dengan orang-orang di belakangnya adalah Richard Mutter (pemain drum Pas Band) dan Helvi Sjarifuddin (manajer Puppen, kemudian dikenal mendirikan indie label Fast Forward Records, membidani Trolley Magazine, menjadi gitaris Teenage Death Star, hingga turut menjadi promotor sejumlah konser).

Cd Masaindahbangetsekalipisan / Dok. Istimewa

Bukan hanya isinya yang terdengar baru, Masa Indah Banget Sakali Pisan, nama judul album kompilasi itu, bahkan dicetak dalam format Compact Disc yang juga “baru”, ketika kaset masih jadi menu umum rekaman indie/underground di Indonesia pada saat itu.

Pada lembaran CD, dengan wajah anak dari Richard Mutter sebagai sampulnya, tertulis sebuah pertanyaan (Q) dan jawaban (A) berikut ini:

About early these years there are really upset because my band helping a famous artist (as additional players) for some songs… the fans that are a high school students says that “The artist is already famous and still be a famous artist either your help or not.., if you really wanna help, why won’t you “help” your underground friends?

I got my own reasons to help any artist or band that I like and yes if I can, I like to “help” regarding to the question above…

Richard Mutter

Saya pertama kali mendapatkan album ini dari format yang berbeda dari rilisan sebenarnya, yaitu kaset rekaman dengan sampul fotokopian.

Pada 1997, selain underground/indie sedang sangat semarak, kami juga bertemu dengan kriris moneter. Naiknya harga-harga secara pesat membuat anak-anak muda semakin berat untuk mengeluarkan biaya rekreasi seperti nongkrong di café-café yang kala itu juga sedang marak-maraknya. Dolar naik tinggi sekali, dan kelak ini juga yang turut memengaruhi tutupnya toko Reverse, juga dikelola oleh Richard dan Helvi, karena beratnya memesan dan menjual barang-barang impor seperti kaos, poster, bahkan buku, yang menjadi andalan toko tersebut, selain juga menjual rilisan-rilisan indie/underground lokal (saya mendapatkan kaset-kaset Turtles Jr. dan Nasi Putih ½ di sana).

Full of Hate / dok. istimewa

Di sisi lain, krisis moneter memancing kreativitas anak-anak muda. Mereka membuat tempat nongkrongnya sendiri, yang kemudian dikenal dengan istilah “kafe tenda”. Kaset fotokopian Masa Indah Banget Sekali Pisan itu saya dapatkan di kamar kos seorang teman saya yang bersama teman-teman kampusnya membuka usaha kafe tenda di Jalan Margonda, Depok.

Saya ingat malam itu begadang di kafe tenda tersebut hingga tutup menjelang Subuh, dan saya turut menginap di kamar kos mereka. Ketika matahari sudah sangat terang, mata saya mendapatkan kaset tersebut di dekat tape deck, dan diputarlah suara sebuah generasi bawah tanah yang bila kita tengok kembali pada hari ini, terasa khas sekali. Suara sebuah zaman yang pengaruhnya masih kentara, secara sound dan etos, pada musik independen/underground hari ini, meski wajah dan percaturan musik sudah berubah. Bahkan beberapa nama dalam album ini, baik secara penggagas proyek, personil, maupun band masih “berkeliaran” dan bersepak terjang hingga sekarang.

Cherry Bombshell formasi 1995 / dok. @bandungpopdarlings

Burgerkill, band pengisi lagu kedua di album ini, kala itu adalah kolektif hardcore yang sedang dikenal scene, kini telah menjadi monster musik cadas Indonesia dengan sejumlah album yang menuai kritik positif, bahkan diberi penghargaan oleh institusi dunia Metal Hammer. Gitaris dan motor mereka, Eben, juga kini dikenal salah satu pengasuh acara “Extreme Moshpit”.

Waiting Room, satu-satunya pengisi album dari Jakarta, sejauh ini telah merilis tiga album, juga “pecah kongsi”: vokalis Eka Annash bersama The Brandals (kemudian juga Zigi Zaga) sementara vokalis lainnya, Lukman aka Buluk membentuk Superglad (kemudian juga Kausa).

Cherry Bombshell juga ada di album ini—salah satu band indie pop yang dianggap sebagai pionir, sementara gitaris Ajie Gergaji kemudian juga dikenal bersama bandnya, The Milo.

Sementara Puppen adalah legenda hardcore Bandung. Vokalisnya, Arian 13, kemudian membentuk Seringai dan juga menjadi nama besar hingga skala Nasional.

Band-band lainnya di album kompilasi ini pun rata-rata telah menjadi nama-nama klasik, seperti Full of Hate, Rotten to the Core, Turtles Jr., Sendal Jepit, hingga Balcony—yang rilisan-rilisannya masih terus diburu.

Waiting Room circa 1997 / dok. @waitingroomofficial

Masaindahbangetsekalipisan langsung menjadi favorit saya. Banyak lagu di dalamnya adalah klasik, seperti “Police on my Back” dari Rotten to the Core, “Ruang Tunggu” dari Waiting Room, hingga “Sistem” dari Puppen.

Tidak berlebihan album kompilasi ini dijuduli demikian, karena setiap anak muda yang menghidupi era itu, di Bandung dan berbagai kota lainnya, terlepas dari bagaimana menjalani hari-hari kini, sulit untuk mengelakkan bahwa masa muda dan 1997 masuk dalam periode “Masa Indah Banget Sekali Pisan”.

Tracklist:

Full of Hate – I Know
Burgerkill – Revolt!
Rotten to the Core – Police on my Back
Turtles Jr. – War Time
Sendal Jepit – ( I Know I Will) Wrecked It Up
Papi – Ignore
Waiting Room – Ruang Tunggu
Cherry Bombshell –Superego
Balcony – From Urban Ghettos
Puppen – Sistem
Deadly Ground – Terrorize
Cereal Fever – Piss Me Off Shit & Bring Me Somethin’ to Comfortabling Myself
Nut 4 It – Argue Nothing
Plum – Tribal
Third Parties – Days

_____

Penulis
Harlan Boer
Lahir 9 Mei 1977. Sekarang bekerja di sebuah digital advertising agency di Jakarta. Sempat jadi anak band, diantaranya keyboardist The Upstairs dan vokalis C’mon Lennon. Sempat jadi manager band Efek Rumah Kaca. Suka menulis, aneka formatnya . Masih suka dan sempat merilis rekaman karya musiknya yaitu Sakit Generik (2012) Jajan Rock (2013), Sentuhan Minimal (2013) dan Kopi Kaleng (2016)

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …