Mengenang Glenn Fredly, Sosok Musisi Humanis
Pada Rabu malam kemarin, 8 April 2020, dunia seolah terhenti. Sebuah kabar mengejutkan dari industri musik Indonesia yang kembali kehilangan salah satu talenta emasnya, dia adalah Glenn Fredly. Kabar meninggalnya beliau saya dapat pertama kali melalui media sosial Twitter. Beliau meninggal pada usia yang masih terbilang muda, 44 tahun.
Mengenang kembali sosok Glenn Fredly pastinya akan selalu teringat nostalgia pada masa dahulu kala di mana saat sedang jatuh cinta, pdkt, putus cinta, dengan siapapun orangnya, pasti akan ada lagu-lagu Glenn Fredly yang menemani masa tanggung saya dahulu. Lagu-lagu seperti “Cukup Sudah”, “Terpesona”, “Januari”, serta lagu favorit saya “You Are My Everything” kembali menyerang memori.
Ya, bagi generasi 90-an, Glenn Fredly adalah penyanyi yang menjadi idola. Setiap kali dia mengadakan konser, pasti akan selalu didatangi oleh muda mudi yang sekarang bisa dibilang tidak muda lagi. mengenang lagi masa-masa cinta monyet mereka dengan lagu-lagu milik Glenn.
Glenn muda menorehkan karir bermusiknya pertama kali lewat ajang Cipta Pesona Bintang dan di tahun yang sama dia bergabung dengan grup band Funk Section. Waktu itu dia masih anak SMA. Pada tahun 1998, musisi Ambon ini kemudian bersolo karir dan merilis album perdananya bertajuk GLENN. Sampai sekarang, Glenn Fredly telah menelurkan lebih dari 10 album. Tidak hanya di musik, Glenn juga sempat terjun ke dunia perfilman. Belakangan bahkan dia terjun menjadi produser film. Film garapannya adalah Cahaya dari Timur, Surat dari Praha, dan Tanda Tanya.
Sepanjang karir bermusiknya, Glenn Fredly telah memenangkan berbagai penghargaan di dunia musik. Ini di antara sederet penghargaan yang pernah dia terima selama berkiprah di industri musik:
- AMI Award For Best Urban Production Work – Kasih Putih (2001)
- AMI Award For RnB Male Solo – Kasih Putih (2001)
- AMI Award For Pop Song – Dibalas Dengan Dusta (2004)
- AMI Award For Best Pop Male Solo Artist (2005)
- AMI Award For Best Mix Engineer – When I Fall In LOve (2006)
- AMI Award For Best Foreign Language Song – When I Fall In Love (2006)
- AMI Award For Jazz Production Works – Tega (2006)
- AMI Award For Urban Pop Male/Female Artist (2013)
- Maia Award For Best Theme Song – Lights From The East: I Am Maluku dan Tinggikan (2014)
Sosok Glenn Fredly sendiri dikenal sebagai seorang sosok yang sangat humanis. Kiprah kepeduliannya ini antara lain menghasilkan lagu Kita untuk Mereka, yang hadir sebagai dukungan bagi para korban tsunami Aceh. Lalu, konser bertajuk Cinta Beta dia dedikasikan untuk seni dan budaya Indonesia Timur.
Glenn Fredly juga tidak melulu berkiprah di depan layar dan panggung musik, dirinya juga turut andil dalam menciptakan ekosistem musik di Indonesia agar berjalan lebih sehat. Salah satunya dengan mendirikan Koalisi Musik Indonesia (KAMI) dan menyelenggarakan konferensi musik pertama di Ambon pada 2018, dan di Bandung pada 2019 lalu. “ Ambon sendiri telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai kota musik dunia.
Seperti dilansir dari liputan 6, wacana Ambon untuk dijadikan kota musik sudah digaungkan sejak lama. Apalagi untuk masuk ke dalam jaringan kota kreatif dunia ini memang tidak mudah. “Perjalanan panjang dan tidak mudah ini terjadi karena Kolaborasi dan kerendahan hati banyak pihak untuk mewujudkannya bersama,” ucapnya.
“Skena musik Indonesia tergolong yang paling dinamis di Asia Tenggara, namun tak banyak kesempatan bagi para musisi dari berbagai genre dan aktor industri musik lainnya untuk bertemu dan bertukar pendapat,” Ujar Glenn Fredly saat memberikan kata sambutan di acara Konferensi Musik Indonesia 2019 yang bertempat di Gedung Budaya Sabilulungan, Soreang pada 23 November 2019 kemarin.
“Semoga konferensi kali ini bisa menghasilkan momentum yang membuat industri musik semakin adil dan berkelanjutan. Jika tata kelola industri musik menjadi lebih baik, diharapkan musik juga bisa lebih efektif membantu sektor lainnya, seperti film, pariwisata, hingga merajut perdamaian,” lanjut Glenn.
Selain di dunia musik, sosok humanis dari Glenn ditunjukkan saat dirinya mendedikasikan suara berduet dengan Ello (Marcelo Tahitoe) bagi para tenaga medis dan relawan kemanusiaan yang pada hari-hari ini berjibaku dengan wabah global.
Glenn turut mengaungkan kampanye untuk membantu ekonomi warga yang terdampak wabah pandemik Virus Corona yang tengah melanda dunia akhir-akhir ini.
Sebagai catatan pada 2019 lalu, Glenn meluncurkan album baru setelah jeda sembilan tahun. Judul albumnya, Romansa Masa Depan. Dia bahkan berencana meluncurkan volume kedua dari album ini pada Agustus 2020, sekaligus menandai 25 tahun kiprahnya di dunia musik Indonesia.
Jejak Aktivis
Selain dikenal sebagai seorang musisi, Glenn Fredly juga dikenal sebagai seorang aktivis. Berbagai gerakan kemanusiaan telah diinisiasi olehnya, terutama yang berhubungan dengan musik. Tercatat tahun 2012 lalu, Glenn Fredly membuat gerakan untuk menyelamatkan Studio Lokananta.
Lokananta berdiri sejak 29 Oktober 1956 setelah dicetuskan oleh R. Maladi, Menteri Penerangan dan pemimpin Radio Republik Indonesia (RRI) kala itu. Studio ini terletak di Jalan Ahmad Yani Nomor 379, Kerten, Solo. Seperti dilansir Antara, di Studio Lokananta tidak hanya ada rekaman musik, melainkan juga memiliki sub-master pidato Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Langkah yang dilakukan Glenn Fredly untuk menyelamatkan Studio Lokananta terbilang cukup unik. Dirinya beserta Bakuucakar, band pengiringnya melakukan rekaman di tempat itu. Kemudian hasil rekaman tersebut dia rilis dalam bentuk digital dan juga DVD serta lewat akun pribadi miliknya. Dilansir dari CNN, Glenn Fredly mengajak temannya Intan Anggita Pratiwi untuk melihat apa yang sedang dia kerjakan. Bersama Wendi, Sarah, Ajeng, Alain dan teman-temannya di Solo, Intan membuat gerakan bernama Sahabat Lokananta.
Di tahun 2012 ini juga, Glenn bersama KontraS mencetuskan sebuah gerakan kepedulian terhadap Indonesia Timur. Kepedulian ini merupakan gerakan budaya yang mengakat persoalan nyata untuk membantu kondisi keterpurukan Indonesia Timur, namanya Voice from The East (VOTE).
VOTE (Voice From the East) yang digagasnya merupakan sebuah kampanye sosial dengan basis budaya untuk menyuarakan perdamaian, anti kekerasan, kesejahteraan, pelestarian lingkungan hidup dan demokratisasi untuk Indonesia Timur. Untuk mengampanyekan situasi Indonesia Timur yang berkaitan dengan isu kemanusiaan dan lingkungan, selain Glenn Fredly, gerakan ini juga mengajak musisi lain untuk terlibat, diantaranya : Slank, God Bless, Indra Lesmana, Seringai, dan Panji Waciksana.
Pada tahun 2013, Glenn Fredly juga turut menunjukkan solidaritasnya kepada gerakan masyarakat yang menolak reklamasi Teluk Benoa, dalam sebuah konser yang digelar di Hard Rock Cafe Bali. Kemudian diapun kembali lagi di tahun 2017 dengan ikut dalam konser bertajuk United We Loud yang membawa misi penolakan reklamasi Bali.
Glenn Fredly juga pernah menginisiasi petisi #SAVEARU pada tahun 2014 untuk meminta rencana Kepulauan Aru dijadikan perkebunan Tebu dibatalkan. Glenn khawatir akan potensi kerusakan yang akan terjadi di kampung halamannya itu. Karena dari 643 hektar luas Kepulauan Aru, 500 hektar diantaranya direncanakan untuk diubah jadi perkebunan tebu. Glenn tidak tinggal diam, popularitasnya digunakan untuk menggalang dukungan publik melalui etisi itu dan berhasil. Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengeluarkan pernyataan tidak akan menyetujui ratusan ribu hutan lindung diubah fungsinya.
Terakhir, pada 2019 Glenn tergabung dalam PT Ruang Riang Milenial bersama Hendroyono, Jacob Gatot Sura, Lance Mengong, Mario Sugianto, dan Wendi Putranto. Mereka berenam merevitalisasi lahan seluas 6.500 meter persegi di bekas perumahan karyawan Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) di kawasan Blok M. Kini kawasan yang bernama M Bloc itu beralih fungsi menjadi ruang kreatif bagi musisi dan seniman.
Tercatat beberapa kali Emerging Showcase yang diadakan di M Bloc telah mengundang berbagai musisi berkualitas yang masih belum memiliki gaungnya, namun diberikan kesempatan untuk tampil di M Bloc dengan fasilitas kelas atas.
_____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wawancara Eksklusif Ecang Live Production Indonesia: Panggung Musik Indonesia Harus Mulai Mengedepankan Safety
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pophariini masih banyak menghadiri dan meliput berbagai festival musik di sepanjang tahun ini. Dari sekian banyak pergelaran yang kami datangi, ada satu kesamaan yang disadari yaitu kehadiran Live Production Indonesia. Live …
Daftar Label Musik Independen dari Berbagai Kota di Indonesia 2024
Berbicara tentang label musik tentu bukan hal yang asing lagi bagi siapa pun yang berkecimpung di industri ini. Mengingat kembali band-band yang lekat dengan label raksasa sebagai naungan, sebut saja Dewa 19 saat awal …