Menilik Majalah Aktuil, Jurnalisme Rock Indonesia Era 70an

Semesta memang mendukung Denny Sabri, Bob Avianto dan Toto Rahardjo yang punya ide gila untuk membuat sebuah produk jurnalisme hiburan berupa majalah yang di dalamnya membahas film, musik dan seks pada 8 Juni 1967, satu tahun sejak Supersemar. Awal dari orde baru.
Tahun 1970-1975 adalah masa keemasan. Tiras Aktuil menembus angka 126 ribu eksemplar dalam kurun 1973-1974. Tuhan rock berada di samping mereka, inilah tahun Aktuil sebagai bacaan wajib anak muda di Indonesia di pelosok tanah air. Sampul mulai bergeser, dari model perempuan sampai ke grup/musisi rock dalam dan luar negeri. Beberapa nama grup pop dan rock yang bersinar di tahun 70an, dari God Bles, AKA, Koes Plus, Panbers sampai Leo Kristi pun pernah ‘nampang’ di sampul depan majalah ini, tentunya juga ulasan mereka di dalam.

Aktuil Dengan Cover Ahmad Albar
“Kalau lo berjiwa muda dan lo gak baca aktuil, kayanya ketinggalan jaman,” kata Alm. Andi Julias drammer band rock/art metal Makara di era 80an yang juga ketua Indonesian Progressive Society (IPS) ini dalam sebuah wawancara. Masih ingat bagaimana dirinya harus bersusah payah harus berkunjung ke rumah saudaranya di ibukota Riau, Pekanbaru demi mendapatkan Aktuil. “Sejak gue pertama kali ngeliat (Aktuil) langsung kecanduan dan akhirnya setiap bulan gue minta saudara untuk nyariin,” kenangnya.
Bukan hanya isinya saja yang solid dan berkualitas. Aktuil juga secara tidak sadar menjadi sumber mode/fashion bagi anak muda pada jaman itu. Jutaan rockstar dunia tampil dengan gaya busana aneh yang diprofilkan Aktuil menjadi sasaran empuk para ‘rockstar lokal’ kita untuk pergi ke toko pakaian dan sepatu hanya sekadar ingin terlihat sama dengan apa yang terpampang di majalah itu.
Kalian pikir darimana God Bless, AKA, dan kawan-kawan bisa memakai kostum yang senecis itu jika bukan karena Aktuil yang mereka bawa ke tukang jahit untuk dibuatkan kostum yang mirip.
Dengan tagline-nya ‘Majalah Untuk Kaum Muda Dan Mereka yang Berhati Muda”, Aktuil menjadi buku suci atau corong budaya bagi anak muda yang menggandrungi musik, khususnya rock pada era itu. Tulisan demi tulisan disajikan, dari wawancara, ulasan singkat sampai liputan konser dalam dan luar negeri.

Siouxsie & Agus Djohari (Majalah Aktuil), London 1977 (dok. xdamonsystem13x)

Eksplor konten lain Pophariini
Santamonica Suarakan Perlawanan Perempuan di Single SIN
Jeda 2 tahun dari perilisan album Reminisce 189, duo elektronik-pop, Santamonica kembali melepas karya terbaru bertajuk “SIN” (12/06). Tertulis dalam siaran pers, lagu ini diproduseri oleh Joseph Saryuf (Santamonica, Showbiz), yang ditulis pertama kali …
Jimi Multhazam Bikin Proyek Solo Perdana untuk Rayakan 3 Dekade Berkarya
Memasuki tiga dekade berkarya di industri musik Indonesia, Jimi Multhazam melangkah ke babak baru lewat materi proyek solo perdana bertajuk “Kilauanlara” yang hadir dalam dua versi (09/06) via Bandcamp. Kilauanlara (Satu) by Jimi …