Menilik Majalah Aktuil, Jurnalisme Rock Indonesia Era 70an

Eh, ngomong-ngomong konser atau wawancara, Aktuil tak hanya mendapatkan berita konser dari dalam, Denny dkk menerima banyak sekali artikel liputan dari koresponden mereka di luar negeri, dari Jerman Barat, Inggris, Belanda, Swedia, Kanada, Amerika juga Negeri Sakura. Mereka umumnya adalah mahasiswa yang tengah kuliah di sana. Dan menjadi koresponden (atau stringer) jaman dulu adalah kebanggaan sendiri. Berbekal ‘kartu sakti’ alias kartu pers dan surat tugas dari redaktur macam Denny Sabri atau Sony Suriaatmadja, para wartawan ini bisa leluasa pergi ke belakang panggung dan ngobrol langsung dengan rockstar idola mereka, ya kurang lebih sama dengan apa yang dilakukan wartawan kita sekarang.

Laporan Agus Djohari tentang scene punk di London tahun 1977 (dok. xdamonsystem13x)
Dan perihal wawancara dan tulis-menulis, menjadi wartawan majalah rock sekelas Aktuil sebuah prestise tersendiri. Mereka bisa menulis apa saja dengan gaya apa saja, termasuk mengkritisi ngaretnya Benyamin S. ketika konser, menanyakan apa itu punk rock kepada penyanyi folk sekelas Lobo. Atau menggambarkan opini soal fantasi seks dan keganasan dalam musik rock.

Artikel tentang Benyamin di Taman Ria
Tak ada sensor, tak ada saringan, semua bebas, sebebas seniman juga wartawan Aktuil Remy Silado ‘menyuntikkan’ eksperimen ‘sastra mbeling’ dalam bentuk cerbung Orexas, kependekan dari organisasi sex bebas. Cerita ini sekaligus menegaskan Aktuil sebagai majalah anak muda yang muda yang bebas dan kritis.

Remy Silado. Dok. Indonesia Dame (youtube)
Jangankan menjadi jurnalis, menjadi pembaca Aktuil saja pada jaman itu sudah terbilang keren. Coba simak bagaimana pembaca bisa leluasa memaki-maki suatu tulisan yang dianggap mereka kurang sreg.

Pembaca yang protes di Surat pembaca Aktuil
“Semua anak band harus berterima kasih pada majalah Aktuil, karena tanpa adanya majalah pop itu, saya dan teman-teman musisi mungkin tidak dikenal orang. Kami semua tercatat dalam sejarah musik Indonesia berkat Aktuil,” ungkap Jelly Tobing suatu kali pada sebuah pendapat yang dimuat di NewsMusik.

Eksplor konten lain Pophariini
Santamonica Suarakan Perlawanan Perempuan di Single SIN
Jeda 2 tahun dari perilisan album Reminisce 189, duo elektronik-pop, Santamonica kembali melepas karya terbaru bertajuk “SIN” (12/06). Tertulis dalam siaran pers, lagu ini diproduseri oleh Joseph Saryuf (Santamonica, Showbiz), yang ditulis pertama kali …
Jimi Multhazam Bikin Proyek Solo Perdana untuk Rayakan 3 Dekade Berkarya
Memasuki tiga dekade berkarya di industri musik Indonesia, Jimi Multhazam melangkah ke babak baru lewat materi proyek solo perdana bertajuk “Kilauanlara” yang hadir dalam dua versi (09/06) via Bandcamp. Kilauanlara (Satu) by Jimi …