Nomo Koeswoyo, Musisi Legendaris Personel Koes Bersaudara, Tutup Usia
Awan duka menyelimuti cuaca musik tanah air yang mendung hari ini. Pada Rabu (15/03) pukul 19.30 malam lalu, musisi legenda Nomo Koeswoyo meninggal dunia. Musisi yang populer sebagai penabuh drum dari grup Koes Bersaudara ini menghembuskan nafasnya yang terakhir di Magelang, Jawa Tengah.
Kabar meninggalnya musisi Nomo Koeswoyo ini disampaikan oleh sang keponakannya, Sari Koeswoyo tadi malam dalam unggahan instagramnya.
Jenazah Nomo Koeswoyo akan disemayamkan lebih dulu di rumah duka kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Selanjutnya, dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan.
Wafatnya Nomo Koeswoyo menambah daftar anggota grup band Koes Bersaudara yang berpulang ke pangkuan Tuhan YME setelah sebelumnya Tonny Koeswoyo (gitar, vokal), dan Yon Koeswoyo (gitar,vokal).
Lahir di Tuban, Jawa Timur, 21 Januari 1938, sebagai anggota dari keluarga Koes, Nomo bergabung dengan saudara-saudaranya sejak bernama Kus Brothers di tahun 1958 dan kemudian berganti nama menjadi Koes Bersaudara.
Bersama Koes Bersaudara, Nomo andil besar dalam lika-liku perjalanan karier band yang populer di era 60-an ini. Sederet rekaman dibuat, dari banyak singles, termasuk yang populer adalah “Bis Sekolah”, “Angin Laut” sampai album-album yang populer diantaranya To The So Called “The Guilties” (Mesra records, 1967) dan Djadikan Aku Dombamu ( Mesra Records, 1968) termasuk album reuni yang bertajuk Kembali (Remaco, 1977).
Nomo juga ikut andil dalam perjalanan paling menakutkan Koes Bersaudara ini ketika mereka ditangkap pada 1 Juli 1965 kemudian dijebloskan ke dalam penjara Glodok oleh rezim Orde Lama akibat dituduh memainkan musik yang disebut ‘ngak ngek ngok’ yang bertentangan dengan politik pada saat itu. Peristiwa bersejarah ini pada akhirnya melahirkan album-album yang populer pada saat itu.
Hengkang dari Koes Bersaudara di akhir 60-an, posisi Nomo digantikan oleh Murry hingga Nama Koes Bersaudara menjadi Koes Plus yang menghantarkan mereka kembali menuju sukses di era 70-an. Sementara, Nomo Koeswoyo pun tetap berkarier di musik dengan mendirikan No Koes pada tahun 1973 bersama musisi-musisi Usman pada rhythem, Sofiyan pada drum, Said pada bass, Bambang Arsianti (Bambang Sampurno Karsono) pada lead guitar dan Pompi Suradimansyah (Pompy S) pada keyboard. No Koes sukses mengeluarkan debut album yang diberi judul Sok Tahu. Sama seperti Koes Plus, kiprah band NO Koes ini juga menghiasi perjalanan musik populer Indonesia di era 70-an.
Di era 80-an, Nomo Koeswoyo yang merupakan ayah dari penyanyi juga aktris Chicha Koeswoyo ini juga berperan dalam layar lebar sebagai penata musik. Film bertajuk Gejolak Kawula Muda (1985) adalah salah satu kiprah Nomo sebagai penata musik.
___
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …