Pecel Lele Records, Sentra Rekaman Independen dari Lamongan

Sebuah rumah sederhana di Jl. Made Rejo No. 42 terlihat seperti rumah biasa pada umumnya. Bangunan tersebut, kadang jika ada orderan memiliki usaha mie ayam pedas seperti mie yang cabangnya di mana-mana berinisial G. Sebagai rumah biasa, rumah ini juga dihuni oleh keluarga. Namun bisa berubah ketika ada project rekaman musik.
Ya, rumah produksi untuk rekaman musik tersebut adalah kandang Pecel Lele Records di kawasan Perumnas (Perumahan Umum Nasional). Band-band dari Lamongan dan sekitarnya memercayakan rumah ini sebagai tempat membuat lagu. Tak hanya Lamongan, band-band dari Gresik, Sidoarjo, sampai Malang pun memilih studio ini untuk rekaman, mixing, hingga mastering.
Berbicara tentang Pecel Lele Records, tentu tak lepas dari sosok Okky Indraloka. Lelaki kelahiran 90-an yang akrab dipanggil Chikod ini merupakan pemilik rumah, produser, dan pemikir segala aktivitas yang dilakukan oleh Pecel Lele Records. Ia juga cukup dikenal sebagai musisi, personel dari band Woodplane, Deruh, dan Adurusa.
Okky menjelaskan bahwa Pecel Lele Records berdiri saat perilisan album pertama Woodplane berjudul Urban Drama tanggal 28 April 2018. Berarti label rekaman ini menginjak usia 7 tahun beberapa hari lagi. “Lahirnya Peler (Pecel Lele Records) ya saat lahirnya album pertama Woodplane itu. Karena ya nggak ada Pecel Lele Records kalau nggak ada album itu. Setelah adanya album itu kita kepikiran bikin ini itu sampai jadinya Pecel Lele Records sekarang,” ucapnya.
View this post on Instagram
Setelah kesuksesan peluncuran album Woodplane hingga menjalani tur album ke beberapa daerah, Okky jadi kepikiran bagaimana kelanjutan Pecel Lele Records yang dibuatnya. Ia berpikir Peler harus mampu menjadi wadah band-band Lamongan lain untuk berkreasi. Setidaknya harus ada regenerasi agar gerakan ini tidak terkesan gebrakan meja saja. Setelah itu, mereka pun menggandeng band Deruh dan solois Tisan untuk menjadi rooster Pecel Lele Records selanjutnya. Saat itu Okky juga mulai mengenalkan Peler di warung-warung kopi sekitar Lamongan.
Kesuksesan di tahun-tahun tersebut berbarengan dengan menggeliatnya semangat berkesenian kolektif LMGSKRG. Saat itu kolektif yang berisi beberapa seniman lintas disiplin ini berusaha untuk terus untuk menyelenggarakan acara musik. Tak hanya musisi, seniman yang turut serta dalam gerakan ini ada yang dari seni rupa, teater, film, stand up comedy, hingga sastra. Mereka semua berkolaborasi hingga menciptakan sebuah ekosistem seni yang hidup. Lahir dari sana beberapa acara yaitu Lamonganoise, Lamongan Art Night, Nandur Kekancan, hingga yang didukung oleh sponsor rokok.
Setelah Woodplane menjalankan tur di berbagai kota, jejaring mereka yang bertambah pun akhirnya berkembang untuk membuat acara musik. Pecel Lele Records beberapa kali pun menjadi penyelenggara untuk band-band luar kota yang ingin bermain di Lamongan. Acara yang mereka buat ini diberi nama #Kekancan yang memiliki arti pertemanan. Tercatat band luar kota yang manggung di acara seperti Gaung dari Bandung pada 2018, Bias dari Yogyakarta dan Mooikite dari Surabaya pada 2019, Rasvan Kikoo pada 2021, dan Buktu dari Yogyakarta pada 2022. Bersama teman-teman, Peler juga membuat Solidarity Concert dan beberapa konser mini yang diselenggarakan di kafe-kafe sekitar Lamongan.
View this post on Instagram
Sebagai penyelenggara, Peler dengan berani akhirnya mampu membuat festivalnya sendiri. Mereka menyebutnya Pler Fest yang diselenggarakan pada 16 Oktober 2021 di Chuy Cafe. Pengisinya kuartet rooster Peler sendiri yaitu Tisan, Flourish, Deruh, dan Woodplane. Acara pertama di Lamongan selepas pandemi ini bisa dibilang cukup sukses karena mampu mengumpulkan lagi para pegiat skena dan penonton musik di Kota Soto.
Selain menyelenggarakan acara, sebagai dapur rekaman, Peler terus memproduksi lagu. Band-band terus lahir sejak saat itu dari rahim Peler dalam format single hingga album. Rilisan mereka juga turut mewarnai pemberitaan hingga mendapat review yang baik oleh para pegiat musik. Karena mendapat atensi yang cukup lumayan, Peler dengan modal nekat pun membuat tur di wilayah sekitar. Pecel Lele Records Weekend Tour terlaksana oleh Woodplane, Deruh, dan Flourish selama Januari 2022 untuk bermain di Surabaya, Gresik, Malang, Kediri, Bojonegoro, dan Jombang.
Di balik Pecel Lele Records
Sebagai tempat rekaman di daerah sekelas Kabupaten, Peler tentu tidak bisa setiap hari beroperasi sebagai dapur meramu musik. Ada masa di mana mereka sangat produktif, ada waktu di saat mereka benar-benar enggak ngapa-ngapain. Yang tinggal di rumah itu, bisa keluar masuk tanpa bisa diprediksi. Bisa berminggu-minggu kosong tak ada kegiatan, tapi bisa tiba-tiba berbulan-bulan ramai dengan pemuda-pemudi untuk rekaman.
Diceritakan oleh Okky, bahwa rekaman yang dilakukan di Peler selalu ada cerita unik. Bahkan ada cerita tentang rekaman yang dilakukan band reggae lawas Lamongan yaitu Lamaika, mereka sampai membawa rombongan keluarga saat rekaman. “Waktu rekaman kayak piknik. Ada yang bawa makanan dan bikin minuman sendiri. Sudah kayak acara keluarga gitu,” ujarnya sambil tertawa.
Saat rekaman berlangsung, Okky sebagai produser turut membantu prosesnya padahal ia bukan bagian dari band tersebut. Okky menjadi diutus untuk membantu memberi sentuhan melodi lagu Lamaika yang mau direkam. Tapi yang unik adalah dia tidak boleh terlalu sulit untuk membuat karena Lamaika khawatir saat tampil live tidak bisa membawakan sebagaimana mestinya lagu direkam.
Sebagai creative space, Pecel Lele Records juga menjadi sentra untuk rekaman musik hardcore/punk. Hal ini terjadi karena adanya sosok bernama Mahardika SK. Jika rooster dari Peler sendiri didominasi indie pop, rock, reggae, dan segala turunannya, Dika memberikan suguhan berbeda. Dika yang cukup aktif di skena hardcore/punk Jawa Timur membawa jejaringnya untuk rekaman di Pecel Lele Records.
Dika yang merupakan putra daerah Lamongan mengungkapkan ia ingin juga mengenalkan ke rekan-rekannya bahwa di Lamongan ada label rekaman. Lamongan bukan hanya sekadar kota singgah untuk main atau kuliner saja. Lamongan juga memiliki Peler untuk menjadi jujugan bagi para yang ingin rekaman.
Sebagai seorang engineer otodidak, Dika dipercaya untuk bisa membantu rekan-rekannya rekaman. Tercatat band semacam Dissident, 1984, Demons, ABC!, Glucksfall, Bloody Bastard, dan band-band lain yang masuk dalam album kompilasi Hayhate Records digarap olehnya. Untuk regenerasi, Dika juga merekam band-band hardcore/punk Lamongan yang tergabung dalam L-Town Collective.
“Karena tempatnya enak dan aksesnya gak sulit, jadi kalau milih tempat rekaman ya lebih baik di Peler aja. Alat-alat di sana cukup mumpuni. Rekaman di sana juga asasnya pertemanan sih enaknya, jadi kita itu niatnya lebih ke senang-senang daripada harus serius ribet mikirin gimana enaknya gitu,” ujar gitaris yang konsisten manggung mengenakan kaos Poison Idea ini.
Untuk mengarah ke profesional, memang Pecel Lele Records bisa dibilang jauh jika dibandingkan label rekaman lain. Meski sudah berusia 7 tahun, Pecel Lele Records sebagai label rekaman sampai saat ini masih bisa dibilang merangkak. Keuangan mereka jauh dari kata stabil apalagi aman. Kas dari Peler pun didapat dari penjualan merchandise dan potongan manggung dari band. Meskipun duitnya kadang habis pula buat nongkrong dan makan-makan.
Meski dari manajemen dan keuangan bisa dibilang jauh dari profesionalitas, namun lagu-lagu yang diproduksi Peler untuk segi kualitas bisa dibilang kelas wahid. Pecel Lele Records tak hanya sekadar merekam saja, tapi juga memberikan sentuhan yang aduhai pada setiap karya yang dikerjakan. Silakan dengar single terakhir yang dirilis Adurusa, “Sans”. Mendengarnya kalian pasti kaget kalau ada musik reggae semacam itu lahir dari Lamongan.
View this post on Instagram
Soal pemakaian nama Pecel Lele Records, Okky mengungkapkan ini dibuat tidak pikir berkali-kali dan langsung tercetusnya itu karena mengenal Lamongan tentu yang terlintas adalah pecel lele. Foto ilustrasi tenda pecel lele juga terdapat dalam cover album Woodplane – Urban Drama. “Ya semoga bisa sesukses pedagang pecel lele yang ada di mana-mana. Semoga kesuksesan pedagang pecel lele bisa mengalir ke Pecel Lele Records juga,” pungkasnya sambil cengengesan.

Eksplor konten lain Pophariini
SAMARIA Rilis JANGAN SEENAKNYA untuk Menyuarakan Kepedihan
Setelah tahun lalu merilis 2 single, kini band rock alternatif asal Madiun dengan nama SAMARIA kembali mengeluarkan materi baru berjudul “JANGAN SEENAKNYA” yang beredar hari Jumat (02/05) via layanan streaming musik. SAMARIA …
SiniarPop – Fabio Asher dan Sammy Simorangkir
SiniarPop musim ketiga kehadiran Fabio Asher dan Sammy Simorangkir sebagai bintang tamu. Di musim terbaru ini Denboi sebagai pemandu SiniarPop membahas awal mula pertemuan Fabio dan Sammy sampai akhirnya berkolaborasi. Sammy pun mengakui jika …