Pembuka Pintu Bernama Indie Ten

Apr 24, 2018

Dari proses talent scouting dan seleksi demo, terpilihlah sepuluh nama yang mengisi album kompilasi Indie Ten 1. Empat kota mengirimkan wakilnya. Bandung menjadi penyumbang terbanyak dengan lima band, yakni Wong, Cokelat, Caffeine, Gen dan Opus. Disusul Jakarta dengan tiga band yakni Soda, Layang, dan Fable. Sementara Yogyakarta dan Surabaya masing-masing mendapat jatah satu tempat untuk Ninh dan Padi. Mereka mendapat kesempatakan melakuakn rekaman di studio pilihan Sony Music dengan penata rekam sekelas Stephan Santoso. Sampul album dikerjakan oleh Lesin, yang juga menciptakan pose ikonik rambut kribo Achmad Albar di sampul album God Bless sampai menggarap sampul album Pandawa Lima milik Dewa 19.

Dari penamaan, album ini sebetulnya agak rancu karena menyalahi “kaidah”. Kata indie di ranah industri musik mengacu pada pola kerja mandiri yang tidak tergantung pada label rekaman besar. Namun waktu akhirnya mencatat, album ini kemudian menjadi pembuka pintu kesuksesan bagi beberapa eksponennya meski dalam beberapa cara yang ajaib.

Album ini sebetulnya memilih single “Tak Ingin” milik Wong sebagai jagoan. Heppy Sundari (vocal), Ganjar  (gitar), Iwan (gitar), Hermansyah (bass), dan Remi (drum) mengalahkan “Bunga Tidur” yang jadi jagoan Cokelat, bahkan “Sobat” milik Padi. Bermodal single tadi, Sony Music kemudian membuatkan album penuh untuk Wong setahun kemudian. Berisi 10 lagu, album ini memajang “Tak Ingin” dan “Jangan Lagi” sebagai modal menembus pasar industri musik nasional. Peruntungan kemudian berubah . Setelah album kedua bertajuk Esok Pagi yang mencuatkan single “Harusku?”, Wong justru vakum dan belakangan bubar. Sementara nama-nama lain pelan-pelan menemukan momentumnya.

Selepas kompilasi tadi, Cokelat yang saat itu diawaki Kikan (vokal), Edwin (gitar), Robert (gitar), Rony (bass), dan Ervin (drum), mencoba mencari peruntungan dengan menawarkan demo ke beberapa label. Harapannya tentu saja masuk ke studio dan membuat album penuh. Mereka bahkan sempat memilih single dan menentukan hari-H untuk penandatanganan kontrak bersama EMI.

Cokelat. foto: dok. istimewa

Akhirnya Cokelat “kembali” ke Sony Music dan tahun 2000 album debut Untuk Bintang resmi dirilis. Berbekal “Pergi”, Cokelat mulai mengigit kuping pendengar dengan warna khas vokal Kikan yang sekilas memadukan cengkok Dolores O’ Riordan dan Alanis Morissette.

Tahun 2001 Cokelat merilis album kedua, Rasa Baru yang kemudian kembali dibuatkan versi repackage-nya dengan memajang single “Bendera” besutan Eross Candra. Album ini bisa dibilang pencapaian terbaik Cokelat, baik secara artistik maupun penjualan. Pada tahun 2007, majalah Rolling Stone Indonesia memasukkan Rasa Baru kedalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik. Album-album setelahnya kalau mau jujur sebetulnya hanya pengulangan demi pengualangan formula saja. Setelah Kikan memutuskan keluar pada tahun 2010, Cokelat saat ini adalah Edwin, Rony serta vokalis baru Jackline.

Sementara Padi mulai mencium tanda-tanda sebagai the next big thing saat “Sobat” justru lebih sering diputar di radio ketimbang “Tak Ingin”. Usut punya usut ternyata ini karena akal-akalan Piyu yang mengerahkan seluruh kerabat dan kawan-kawannya untuk membanjiri stasiun radio dengan telepon dan kartu pos untuk merekam lagu yang musik dasarnya dibuat di kamar mandi tersebut. Piyu, yang saat itu bekerja serabutan di Jakarta mulai dari sopir toko buah, cleaning service di supermarket, sampai kerja di bengkel, mengirimkan rekaman musik dasarnya lewat paket pos untuk disempurnakan kawan-kawannya di Surabaya. Begitu pengakuannya dalam buku Piyu From The Inside Out: Life, Passion, Dreams, and His Legacy (2011).

1
2
3
Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …