Perjalanan Band Metal Indonesia Di Panggung Wacken Open Air

Jul 6, 2019

“Sejak tahun 2003 saya sudah kirim email ke W:O:A, ngasih profil Burgerkill dan coba-coba nawarin diri untuk maen di sana,” ujar Eben (gitaris Burgerkill), dalam sebuah kesempatan. “Jangankan direspon sama mereka. Dibales email-nya aja enggak kok, haha!”

“Sampai akhirnya di tahun 2015, Burgerkill tiba-tiba dapet email dari W:O:A. Mereka mengundang kami untuk tampil di sana,” lanjut Eben sembari tersenyum dan raut wajah puas diliputi rasa percaya diri. Itu sekaligus menyiratkan kalau (salah satu) mimpinya akhirnya bisa menjadi kenyataan. Dia dulu pasti tidak pernah membayangkan kalau band yang dibentuk bersama teman-teman SMA-nya pada tahun 1995 itu kemudian bisa manggung di festival musik metal seagung W:O:A.

Burgerkill di W:O:A 2015. Foto: Refantho Ramadhan

Undangan untuk manggung di WOA 2015 tidak lepas dari pencapaian Burgerkill di skala internasional pada era itu. Mereka sempat tur di Australia, serta manggung di Soundwave (2009) dan Big Day Out (2010). Puncaknya pada tahun 2013, Ebenz dkk memenangkan penghargaan Golden Gods untuk kategori Metal As Fuck dari Metal Hammer. Reputasi internasional Burgerkill mulai diakui banyak kalangan dan akhirnya menjadi band Indonesia pertama yang pernah tampil di W:O:A.

“Kami manggung dini hari sekitar pukul 02.30. Suhu saat itu dingin banget, di bawah 10 derajat celcius,” ungkap personel Burgerkill melalui video dokumenternya. Kisah komplit mereka selama di sana sempat diabadikan dalam bentuk DVD bertajuk Burgerkill: Blasting Europe – Tour Documentary & Live at Wacken 2015 yang dirilis BKTV dan demajors.

Melihat potensi musik dan kultur metal yang kuat serta antusiasme yang begitu besar dari komunitas scene cadas di sini, akhirnya W:O:A memberi kesempatan bagi Indonesia untuk menggelar W:O:A Metal Battle. Program ini digelar untuk menghadirkan perwakilan band dari seluruh dunia supaya bisa tampil di panggung W:O:A.

W:O:A Metal Battle dijalani di beberapa negara yang secara resmi bekerjasama/ditunjuk untuk menggelar kompetisi musik ekstrim di wilayahnya. Mereka kebanyakan adalah negara-negara dunia ketiga di luar radar industri musik metal dunia – yang tersebar di kawasan Amerika Selatan, Asia dan Afrika. Setiap band yang terpilih akan mewakili negaranya untuk berlaga lagi pada W:O:A Metal Battle tingkat internasional di Jerman.

Untuk Indonesia, kompetisi ini hadir dalam tajuk W:O:A Metal Battle Indonesia (WMBI) yang diinisiasi DjarumCoklatDotCom (DCDC), ATAP Promotions dan The Metal Rebel. Sejak pertama kali digelar di tahun 2017, WMBI memberi tiket otomatis bagi satu band Indonesia untuk bisa merasakan keseruan manggung di W:O:A.

Down For Life di W:O:A Metal Battle Indonesia 2018. Foto: soloevent.id / Gusman

Pada tahun 2017, Beside berangkat ke Wacken setelah bersaing dengan 238 band Indonesia lainnya. Kisah perjalanan mereka di sana diabadikan dalam dokumentasi DVD bertajuk Beside: A Journey To Wacken Metal Battle 2017.

Setahun kemudian, giliran Down For Life yang lolos dari sekitar 322 band kandidat WMBI 2018 lainnya. Band asal Solo itu ternyata tidak sendirian berangkat ke Jerman. Pada tahun itu juga ada Jasad yang diundang khusus untuk tampil di salah satu panggung W:O:A 2018. Kebetulan Man (vokalis Jasad) juga ditunjuk menjadi salah satu juri pada ajang W:O:A Metal Battle internasional di sana.

 

Pada tahun 2019, W:O:A Metal Battle akan digelar untuk yang ke-16 kalinya. Tercatat, ada 30 negara yang kembali mengirimkan duta cadasnya, termasuk Indonesia, ke desa kecil bernama Wacken. Tahun ini giliran Taring yang berangkat ke Jerman setelah memenangi ajang kompetisi WMBI, beberapa pekan lalu. Mari kita tunggu sedalam apa gigitan Taring di sana.

Invasi Indonesia ke Wacken tentu saja tidak akan berhenti sampai di sini. Tidak seperti beberapa tahun yang lalu, saat ini kita sudah bisa menonton aksi band-band Indonesia di panggung W:O:A. Sudah selayaknya kita ikut bangga dan angkat salam metal di udara.

Oke, bayangan saya dulu ternyata salah. Ternyata ada banyak jalan menuju Wacken…

 

____

1
2
Penulis
Samack
Lahir dan besar di kota Malang. Memulai kegiatan menulis melalui fanzine dan newsletter. Pernah menerbitkan Mindblast zine dan situs Apokalip.com. Tulisannya pernah dimuat di Jakartabeat, Rolling Stone Indonesia, The Metal Rebel, DCDC, Supermusic, Vice Indonesia, Jurnal Ruang, Whiteboard Journal, Warning Magz, dan sejumlah media lainnya. Sesekali menulis dan menyunting naskah untuk penerbitan buku, sembari mengelola institusi Solidrock serta jaringan distribusi rekaman (at)demajors_mlg.

Eksplor konten lain Pophariini

Band Majalengka, HompimpaH Rilis Single Baru Terpengaruh dari Perunggu

Berjarak 2 tahun dari perilisan album mini Transisi, band pop punk asal Majalengka bernama HompimpaH memutuskan kembali dengan karya baru berupa single dalam judul “Bahagia Sendiri” hari Jumat (19/04).   HompimpaH beranggotakan Yogie Alani …

Rapper Asal Bekasi, Anarkay Lepas Videoklip Kaynivore Style

Usai mengantongi total 3 single sejak muncul di tahun 2021, rapper asal Bekasi yang menyebut dirinya Anarkay kembali dengan single baru bertajuk “Kaynivore Style” hari Minggu (21/04) yang baru bisa didengarkan via kanal YouTube …