PHI Tips: Menjaga Kelakuan di Panggung Biar Gak Kena Cancel

Jun 28, 2023

Hari ini menjadi musisi agak ngeri-ngeri sedep, apalagi dengan trend cancel culture yang merebak belakangan ini. Seorang musisi rock hari ini mungkin tidak bisa melakukan apa yang pernah dilakukan para dedengkot rock pada 3 dekade silam, apalagi di era kejayaan rock di 70-an misalnya.

Jangan begitu terbuai jika menjadi musisi itu adalah rockstar paripurna yang bisa melakukan segala sesuatunya di atas panggung sesuai dengan falsafah rock ‘n roll.

Hari ini, semua mata penonton adalah mata yang kritis. Setiap konser musik menjadi panggung terbuka juga ‘meja sidang’ atau dengan ribuan CCTV yang dipegang masing-masing oleh para penonton terlebih fans.

Fans dilain pihak adalah mereka yang pengikut setia, namun juga bisa menjadi pribadi-pribadi yang kritis terhadap semua kelakuan idolanya di atas panggung. Mereka bisa jatuh cinta dengan semua aksi panggung kita yang menurut mereka masuk banget namun mereka bisa sekejap menjadi hakim apabila ada kelakukan idolanya yang tak berkenan bagi mereka.

Ini Tips buat kalian para musisi/anak band/terlebih vokalis yang siap bersinar dengan jadwal panggung  yang besar dan padat hari ini, jangan sampai terkena cancel kelak di kemudian hari.

 

Di era 2000-an, kami masih bisa menyaksikan banyak band di atas panggung yang kerap mengucapkan kata-kata jorok di atas panggung. Pengaruh alkohol atau narkoba ditengarai mungkin menjadi penyebab utama sehingga mereka ibarat ‘ekstase’ dan ‘menjadi orang lain’ di atas panggung. Hari ini, sebaiknya kelakukan ini dihilangkan demi menepis prasangka penonton akan attitude yang keblalasan.

 

Membuka celana bahkan sampai telanjang bulat pun menjadi pemandangan yang kerap kami, sebagai wartawan, temukan di atas panggung-panggung bawah tanah. Ya, mungkin ini bagian dari ekspresi musik atau sebuah aktivitas performing art tertentu, namun sepertinya hari ini di kacamata penonton yang akan tidak terlalu ngeh soal itu, baiknya dihindari.

 

Kita melihat bagaimana Justin Bieber yang kerap memeluk fans perempuan di atas panggung pada setiap pertunjukannya. Coba pikir lagi, apakah itu layak dilakukan oleh penyanyi-penyanyi ganteng seperti kalian? Pikir dua kali ya.

 

Untuk musisi yang punya gagasan yang kritis, menyuarakan kritikan terhadap kebijakan dan kondisi sosial politik tentu bagus, namun jika itu kemudian bergesar kepada memasukkan agenda untuk memojokkan ras, pandangan seksualitas atau paham politik personal di atas panggung akan menjadi blunder dan jelas merugikan kalian sendiri di mata penonton. So, think again sebelum menyesal kena cancel.

 

Apakah menjadi musisi terkenal jaman dulu rasanya akan sama dengan hari ini? Jawabannya iya. Meskipun dengan segala aturan tak tertulis di atas tadi, kalian masih menjadi idola dari ribuan fans yang mungkin ingin mencegat kalian begitu turun panggung. Menjadi sombong lantas enggan diajak foto bareng atau sekadar chit chat adalah bentuk ketidakpedulian yang jika itu dilakukan berulang kali, bisa berakibat fatal. So, manjakan fans dengan bentuk peduli dengan mereka karena merekalah yang mendukung kalian sampai sebesar ini.

Penulis
David Silvianus
Mahasiswa tehnik nuklir; fans berat Big Star, Sayur Oyong dan Liem Swie King. Bercita-cita menulis buku tentang budi daya suplir
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Vinyl The Jansen Keluaran 4490 Records dan Demajors, Ini Dia Perbedaan Keduanya

The Jansen merilis album ketiga Banal Semakin Binal dalam format vinyl hari Jumat (26/04) via jalur distribusi demajors. Beberapa hari sebelumnya, band lebih dulu merilis dalam format yang sama melalui 4490 Records, sebuah label …

Inis Rilis Album Mini Berbahasa Indonesia Pertama

Berjarak hampir 2 tahun dari perilisan single “D.A.D”, Inis akhirnya kembali dengan materi anyar berupa album mini berjudul Rumah & Seisinya yang dilepas hari Jumat (19/04). Album berisi 3 lagu ini merupakan karya perdana …