Prambanan Jazz 2022 Rayakan Sewindu dengan Penuh Kesan
Kalau ada satu kalimat yang bisa merangkum cerita dari gelaran Prambanan Jazz 2022 lalu, maka kalimat tersebut adalah “penuh kesan”.
Walau masih beradaptasi dalam masa pandemi dengan mengusung konsep duduk untuk para pengunjung, namun selama tiga hari terhitung sejak tanggal 1 hingga 3 Juli lalu, sang festival meninggalkan banyak kesan bagi mereka yang hadir, dan selayaknya hal yang sama bagi para penampil.
Sedikit kilas balik, di tahun ini Prambanan Jazz berlangsung bertepatan dengan sewindu perjalanan mereka, ditemani dengan berbagai penampil yang saling bergantian mengisi panggung selama rentang waktu tiga hari penyelenggaraan. Mereka juga berkolaborasi dengan platform Eventori dalam wujud mini stage yang diisi oleh talenta-talenta emerging.
Hari pertama (01/07), festival dibuka oleh Menjelang Pagi dan Kukuh Kudamai feat. Ndarboy Genk, yang setelahnya dilanjutkan oleh Melancholic Bitch.
Hadirnya Melancholic Bitch di Prambanan Jazz 2022 sendiri pun sebenarnya terbilang kejutan, bahwa nama mereka baru diumumkan sebagai penampil beberapa hari sebelum festival digelar.
“Di tahun 2022 ini, kita akan main lebih banyak daripada antara tahun 2013 sampai 2021”, sambut sang vokalis, Ugoran Prasad sembari terkekeh ketika ditemui Pophariini di belakang panggung.
Senyum para pengunjung di depan panggung kembali terkembang berkat penampil selanjutnya, yakni Ardhito Pramono. Hadirnya Ardhito bisa dibilang sebagai sebuah kerinduan akan sosoknya setelah sempat melewati masa vakum.
Mengambil jeda di waktu Maghrib, pengunjung pada hari itu terlihat tidak terlalu ramai. Sebuah hal yang wajar, mengingat bahwa hari tersebut masih terhitung sebagai hari kerja.
Selanjutnya, ada Andien yang tampil dengan set magisnya selama kurang lebih 30 menit, ditambah dengan megahnya latar belakang Candi Prambanan. Magis di panggung dilanjutkan kembali oleh kolaborasi antara Diskoria dengan sang legenda, Fariz RM.
Prambanan Jazz 2022 hari pertama ditutup oleh dua penampil yang masing-masing memberikan penampilan terbaiknya, yakni MALIQ & D’Essentials dan Pamungkas. Untuk nama terakhir, ia juga memanfaatkan kesempatan ini untuk membawakan beberapa materi dari album anyarnya, Birdy.
Cerita berlanjut di hari kedua. Antusiasme pengunjung membludak sejak sore hari. Kehadiran seorang Tulus bisa dibilang sebagai penyebabnya. Sang solois didapuk untuk tampil saat matahari masih terbit. Sama seperti Pamungkas, di kesempatan ini Tulus juga memperkenalkan materi-materi dari album Manusia, termasuk nomor fenomenal “Hati-Hati di Jalan” yang membuat para pengunjung menyulap diri menjadi paduan suara ‘dadakan’ ketika nomor tersebut dinyanyikan.
Jika di hari pertama ada kolaborasi antara Diskoria dengan Fariz RM, maka di hari kedua cerita kolaborasi dibawa oleh Sinten Ramen feat. Jogja Hip Hop Foundation dan Iskandar Widjaja feat. Erik Sondhy yang masing-masing kehadirannya membawa penampilan yang patut untuk kembali diingat.
Euforia pun berlanjut dengan aksi dari Kunto Aji yang seperti biasa, menyihir para pengunjung yang hadir.
Meski tidak tampil dengan formasi lengkap, namun hadirnya Padi Reborn sebagai penutup hari kedua festival menjadi satu dari sekian highlight dari gelaran tiga hari tersebut.
Sama seperti hari kedua, hari ketiga sejak sore hari langsung dipenuhi oleh pengunjung. Mendapat info dari panitia, bahwa tiket untuk hari ketiga sejumlah 9000 lembar habis terjual.
Dari Bandung, White Chorus mendapat kesempatan untuk menjajal mini stage dari Eventori. Set minimalis mereka bawakan, juga bisa dibilang sebagai sebuah perkenalan akan kehadiran mereka kepada mayoritas pengunjung yang berasal dari Yogyakarta.
Cerita dari gerbong kolaborasi masih berlanjut, karena di hari ketiga giliran Mus Mujiono yang naik ke atas panggung bersama Deddy Dhukun, Nania Yusuf dan Everyday. Nomor-nomor hit seperti “Tanda-Tanda”, “Masih Ada” dan “Sedalam Cintamu” mereka bawakan secara bergantian.
Trio Lestari pun tidak mau kalah. Meski kini tinggal dihuni oleh Tompi dan Sandhy Sondoro, mereka hadir dengan performa terbaiknya. Sebagai sebuah tribut, mereka juga menghadirkan kembali sosok mendiang Glenn Fredly dalam layar di belakang panggung.
“Pertama kali kami konser bareng di Jogja dan ini pertama kali tampil tanpa salah satu personel Trio Lestari”, sambut Tompi di sela-sela penampilan mereka. Lagu-lagu mendiang pun Trio Lestari bawakan kembali, sebut saja “Cukup Sudah” hingga “Kisah Romantis”.
Bagi mereka yang hadir dengan pasangannya, malam di area Candi Prambanan tersebut makin bertambah romantis dengan kehadiran Kahitna. Tembang-tembang cinta lintas zaman dinyanyikan bersama penonton, termasuk dengan histeria yang mengiringi aksi panggung khas Kahitna, yakni mengajak satu penonton beruntung untuk turut serta naik ke panggung.
Penampilan Tulus di penghujung hari masih tetap dinanti oleh pengunjung meskipun di hari Sabtu ia juga sudah tampil saat matahari masih terbit. Pilihan lagu yang dibawakan pun agak berbeda dengan hari sebelumnya.
“Ini hari kedua saya bernyanyi di sini dengan nuansa yang berbeda”, tuturnya.
Sebagai sebuah penanda akan perjalanan satu windu, Prambanan Jazz melakukannya dengan megah dan tentu saja, meninggalkan kesan yang mendalam.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
5 Alasan rumahsakit Enggak Bubar
Dalam perhelatan Kabar Bahagia: 30 Tahun Perjalanan rumahsakit beberapa waktu lalu, kami sempat bertemu dan berbincang dengan para personel rumahsakit di balik panggung hari Sabtu (14/12) di Bali United Studio, Jakarta Barat. Selain membahas …
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …