Rekomendasi 10 Musisi Dari Kota Solo
Kembang kempis kancah musik kota Solo yang beragam dapat dijawab pertumbuhannya dengan berbagai tantangan keterbatasan dan ketidakstabilan. Cek artikel yang telah ditulis tentang kota Solo sebelumnya.
Nasib baik pun hadir ketika dinamika kancah kota Solo juga diperkuat dengan pergerakan dari kota tetangga di sekitar kota Solo seperti Klaten, Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Karanganyar dan Wonogiri. Di tengah banyaknya musisi Solo yang baru bermunculan, baik yang berpengalaman maupun yang baru, masih banyak yang rajin menciptakan karya berkualitas. Ini mengingatkan kita bahwa musik tak hanya tentang industri, tapi juga untuk menjauhkan kita dari kejenuhan dan monoton atau itu-itu saja.
Begitu juga dengan regenerasi dan gelombang baru yang terjadi bisa kita gunakan sebagai kendaraan untuk menuju kemajuan, sebab dalam perjalanan panjang akan selalu ada berbagai kejutan yang tak pernah kita ketahui. Yang jelas warna warni dan identitas kota juga bisa ditandai dengan musik yang lahir saat ini.
Dinamika kancah kota Solo juga diperkuat dengan pergerakan dari kota tetangga di sekitar kota Solo seperti Klaten, Sukoharjo, Sragen, Boyolali, Karanganyar dan Wonogiri
Semangat sejalan ini dibarengi dengan padatnya aktivitas para pecinta musik, baik dalam bentuk kolektif maupun media musik yang terus berusaha memberikan kabar sekaligus memberikan kesempatan kepada para musisi baru di sekitarnya. Beberapa di antaranya yang terus aktif seperti Lokananta Bloc, Perintis Dead, Was Area, Rumpun balada, Darsa Kolektif (Sukoharjo), Solo Rumble Crew, Leluasa (Sukoharjo), dan Surakarstage.
Dan pastinya, masih banyak rilisan terbaru atau yang sudah lama yang sebaiknya kita dengarkan. Demi melewati tantangan untuk membubuhkan 10 nama musisi, diperlukan banyak waktu dan keputusan yang penuh pertimbangan untuk merekomendasikannya. walaupun menentukan 10 nama musisi ini cukup bersifat subjektif, harapannya semoga dapat lebih banyak untuk membuka kemungkinan – kemungkinan yang ada.
Padatnya aktivitas para pecinta musik, baik dalam bentuk kolektif maupun media musik yang terus berusaha memberikan kabar sekaligus memberikan kesempatan kepada para musisi baru di sekitarnya. Seperti Lokananta Bloc, Perintis Dead, Was Area, Rumpun balada, Darsa Kolektif (Sukoharjo), Solo Rumble Crew, Leluasa (Sukoharjo), dan Surakarstage.
Barmy Blokes
Pada urutan pertama ada Barmy Blokes. Band garage rock ini terbentuk pada tahun 2015, Di bulan Desember tahun ini, melalui Narimo Records baru saja merilis EP pertama mereka PRASANGKA01 (2023). Band yang menyebut dirinya sebagai “Rock Entut Berut” itu membawakan suasana Rock’n Roll kering yang menyenangkan, fakta dari para personil yang memiliki pertemanan sejak SMP dan suka celelekan sejak mereka bersama, membuat aksi panggung mereka selalu menarik perhatian.
Catwari
Pencampuran dari berbagai elemen musik yang dimiliki Catwari memang layak disebut sebagai band Mutant Psychedelic Rock. Grup yang sebelumnya berisi lima personel penuh kini tersisa tiga personil, yang masih bertahan di antaranya, Faris Momon, Ridwan Maulana, Gagas Pradana. Catwari pernah menggelar pertunjukannya tunggalnya dengan durasi lima jam non-stop tanpa henti dan sejauh ini Catwari sudah melahirkan satu album penuh “Notification, Notification, Notification” yang memiliki tiga versi 8-bit (2021), Keroncong (2022), dan Kombo band yang akan dirilis dalam waktu dekat ini. Selain memiliki materi musik yang super absurd dan unik, Catwari juga pernah terlibat pada proyek kolaborasi pertunjukan tari di Salihara bersama koreografer muda Annastasya Verina.
Cantigi
Sukses dengan showcasenya “di/batas(i) vegetasi” Cantigi cukup berhasil menarik perhatian, pasalnya sudah jarang sekali di kota Solo ada musisi yang berani membuat showcasenya sendiri. Proyek duo balad ini dipunggawai oleh Alen Sahita dan Heri Susanto. Sejak 2019 setelah merilis single pertama Merindu Lawu, Cantigi berhasil melahirkan kembali delapan single dan satu EP berjudul Batas Vegetasi (2022). Adapun rekomendasi track yang menarik untuk didengarkan dari Cantigi, di antaranya Munajat, Kasunyatan, Bunga-Bunga Gunung, dan Merindu Lawu.
Louis (Sukoharjo)
Salah satu band yang tumbuh di Kota Ciu. Desember lalu baru saja merilis Single terbarunya Nafas (2023). Walaupun karakter musik yang mereka suguhkan masih terkait dengan nuansa umum yang sering ditemui Band Rock. Menyenangkan ketika mereka melantunkan kesuluruan lagunya dengan lirik berbahasa Indonesia seperti EP Penebar bara (2022), berisikan pesan keberanian, perlawanan dan ketidaksetujuan ketidakadilan, serta keinginan untuk mempertahankan identitas dan kebebasan pribadi. sekarang formasi Louis berisi Nano pada Vokal, Eka pada gitar, Tajo pada Drum dan Bayu pada Bass.
Luwarta
Memiliki nama asli Pondra Luwarta. Latar belakangnya sebagai drummer Shometingsuck membuat Luwarta lebih suka mengeksplorasi untuk membuat beat dan merangkai lirik, yang kini melahirkan EP Aliasi Api (2022). EP yang berisikan lima track itu memilki Gaya Boom Bap Rap. Luwarta memperkenalkan EP Aliansi Api dengan perjalanan tournya dibeberapa kota tetangga. Selain fokus pada solo poryeknya itu, Luwarta juga tergabung pada proyek super grub hip-hop Malinoa & The Dog Pack bentukan Malino Records.
MTAD
Selanjutnya adalah Matius Tiga Ayat Dua, jika kalian pernah mendengar Atari Teenage and Riot, saya kira MTAD akan sangaat familiar dengan warna musik yang dimiliki ATR. Namun, menarik untuk dibahas bukan tentang kesamaan warna musik yang dibawakan MTAD. Keuletan mereka mengulik sound industrial dan live performance yang luar biasa sangat patut di apresiasi. Lirik provokatif, suasana gelap, puritan, ketakutan, distopia, menyambut akhir zaman, dan pemberontakan terhadap tiran seolah terangkum dalam MTAD. Dan baru-baru ini melalui Prodigal Records album kedua mereka Dekade Pembangkangan (2023) baru saja dirilis bulan September lalu dalam format CD.
Senja Dalam Prosa
Kemudian ada salah satu pionir unit Post-Hardcore/ Skramz dari Kota Solo. Warna musik yang bernuansa gelap, penuh emosi, membawa kekecewaan serta perasaan tulus, paduan lirik berbahasa Indonesia yang indah dan penampilan teatrikal sang vokalis, seolah sempurna menyatu dengan musik yang mereka bawakan. Senja Dalam Prosa pertamakalinya keluar dengan EP Kala (2013), disusul dengan yang album luar biasa Fana (2016) kemudian Single Rebas (2019) dan belum lama ini mereka juga kembali merilis album penuh NIR (2022).
Sprayer (Sukoharjo)
Berakar pada warna musik Heavy Hardcore dan bertemu dalam kelompok graffiti yang sama. mereka berempat Amri, Yoga, Ari, Ardi. Sepakat membentuk grup bernama Sprayer, pasca setelah perilisan Nice Demo (2022) dan Single Grow Up (2022) secara digital, melalui Outtasight Records mereka merilis EP perdana mereka Daily Ritual (2023). Sejauh ini Sprayer juga sudah melakukan perjalanan tour mandiri “Drivetourtion” bersama dua band lainya The Suse dan Wahana Warna Warni.
SWORN
Selanjutnya adalah SWORN, Band yang berakar pada warna musik Death Metal sejauh ini telah melahirkan tiga single yang diantaranya, One Eye (2020), Sacrifice (2020), Praise (2022). Pada bulan November 2022 lalu, melalui Samstrong Records, SWORN merilis album perdana mereka berjudul “Salvation Comes from Bellow”. Album yang berisi 7 dan 2 track musik instrumental itu juga banyak menggabungakn beberapa elemen sound seperti Swedish Death metal, Black metal, bahkan Grindcore. Eksplorasi lirik yang mempertanyakan keadilan sejati Tuhan dan keselamatan manusia yang bernuansa gelap nan satir, menyempurnakan roh musik Death Metal yang mereka bawakan.
The Glow
Terakhir ada salah satu unit Jamaican Sound rilisan Bonrodjo Records. The Glow, sejak terbentuk pada tahun 2017, baru – baru ini mereka merilis Besarkan Hatimu (2023). Sebagai album perdananya The Glow menyampaikan pesan cintai damai dan bagaimana menikmati hidup dengan ungkapan rasa syukur melalui lirik-liriknya.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian
Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW. …
Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2024
Hujan deras di Minggu siang tak menghalangi saya menuju gelaran Jazz Goes To Campus (JGTC) edisi ke-47 yang digelar di FEB UI Campus Ground, Depok pada Minggu (17/11). Bermodalkan mengendarai motor serta jas hujan …