Rekomendasi: Iqif – #1

Nov 26, 2021

Artis: Iqif

Album: #1

Label: Vurplay

Tanda kres satu membuat saya teringat lagu Slank dari album Virus yang dirilis dua puluh tahun lalu. Jauh sebelum Iqif bersama saudaranya Fadli Rezasyah membentuk Stereocase di 2008. Kalau tidak salah, lagu Slank itu bila diputar dari kaset seperti lanjutan dari nomor sebelumnya, “Kereta Terakhir” yang hanya berdurasi satu menit. 

Mengapa Iqif menamai albumnya #1? Tidak ada kaitannya dengan Slank. Mungkin kres satu menandai, bahwa perjalanan pertamanya sebagai penyanyi solo dengan merilis album penuh telah dimulai. Iqif benar-benar memikirkan konsep albumnya, hingga pendengar bisa menyimaknya secara utuh. Sayang, kalau didengarkan hanya per lagu saja.

Album #1 menjadi pilihan untuk diputar yang tak sia-sia di tengah maraknya single tak kunjung beralbum yang rilis via digital streaming platform setiap minggunya. Sembilan lagu di album memiliki total durasi hampir 30 menit dan saking menariknya saya gugup menuliskan apa di rekomendasi ini.

“Before It’s Too Late” hadir sebagai lagu pembuka tanpa nyanyian melainkan spoken words yang diisi Shotgun Dre. Iqif menceritakan alasan mengapa lagu ini berada di urutan yang pertama melalui akun Instagram pribadinya. Bukan hanya memberikan keterangan satu lagu, namun semuanya yang dijelaskan secara lengkap. 

Menurut saya, suara Iqif lebih dari sekadar kekuatan yang dinilai sejak “Burn Me Down”. Ketukan drum di lagu ini menaikkan adrenalin. Bisa dibilang lagu kelas festival musik besar dengan tata cahaya panggung yang megah. Begitu masuk ke nomor ketiga, “Falling”, ketukan sedikit mereda dan tetap khas sekali ritme gitarnya.

 

Tak ada amarah di nomor keempat, “Humane”. Sebutlah lagu santai untuk teman perjalanan. Saya termasuk dalam kelompok orang-orang yang sudah tidak bisa lagi berpikir terlalu dalam tentang hidup. Tapi lagu ini beda ceritanya karena masa pandemi justru bisa membuat kita semua merasa bukan satu-satunya yang gundah gulana.

Di lagu “Barely Make a Sound”, Iqif menciptakan ruang untuk merenung. Berbeda dengan “Don’t Give A…”, ia seperti balik lagi mengacaukan panggungnya. Suatu hari yang terbayang menyaksikan Iqif manggung. Keringatnya akan mengalir deras setelah memainkan lagu ini. 

Entah bagaimana saat mendengarkan “False Love”, saya teringat film 365 Days. Adegan Michele Morrone sedang mencumbui Anna Maria Sieklucka di sebuah apartemen. Di film tersebut, Anna masuk ke kehidupan Michele yang menegangkan dan berakhir dengan kematian. Cinta butuh proses yang banyak, namun Michele mimpi buruk yang indah.

Setiap orang dengan pengalaman yang tak sama menilai malam dengan berbagai rasa, bisa takut, ya bisa tenang, dan bisa juga sangat bahagia. Seseorang tak perlu melewati banyak malam di hidupnya untuk menciptakan satu kenangan yang indah. Lagu “The Night” bak penyejuk, dan “Twisted” pun terbuai khayalan yang sama. Dua lagu yang santai untuk mengenal diri apa yang sebenarnya dirasakan. 

Akhir kata, materi #1 Iqif ini secara keseluruhan layak menjadi album yang terbaik. Semoga ia mendapatkan banyak kesempatan untuk memainkan albumnya di banyak panggung!


 

Penulis
Pohan
Suka kamu, ngopi, motret, ngetik, dan hari semakin tua bagi jiwa yang sepi.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …