Coldiac – No Make Up
Artist: Coldiac
Album: No Make Up
Label: Juni Records
Coldiac, kuartet asal Malang ini kembali merilis album baru yang tanggung. Berisi 7 lagu tapi hadir sebagai album mini (extended play/EP). Meskipun begitu dalam album yang berjudul No Make Up ini, nampaknya Coldiac menemukan karakter dan arahan musiknya yang semakin tight, detail tapi tetap ngepop. Meskipun jebakannya adalah sepintas semua lagunya mirip-mirip. Dengan ketukan/beat, instrumentasi, serta tempo yang nyaris sama. Tapi semua itu disajikan dengan apik. Sehingga kalaupun terasa seperti jebakan, jebakan yang menyenangkan.
Setelah bergabung dengan Juni Records, nampaknya pihak label berusaha membawa Coldiac ke tingkatan baru dengan mengandeng dua produser Petra Sihombing dan Heston Prasetyo di album ini. Dibuka oleh “Breakfree” bertempo medium yang langsung menyeruak dengan melodi gitar high gain tapi manis yang berkejaran dengan synthesizer serta drum mesin 80an, dengan selipan hi hats khas trap music. Lagu pembuka ini memberi gambaran keseluruhan feel album ini.
Lalu berlanjut dengan singel-singel yang sangat cocok untuk berkendara malam-malam di bawah cantiknya lampu kota, sambil berkontemplasi. Adalah “Tifanny”, “Don’t (Love Me)” dan “No Make Up” yang feel nya terasa sangat urban. Sehingga tidak mengherankan bila kuartet ini dijuluki salah satu pengusung city pop-nya Indonesia. Sebelumnya, saya yang kurang setuju dengan istilah city pop di musik Indonesia pun akhirnya mengamini setelah menyimak No Make Up ini.
Selain ketiga singel itu kabar baiknya mereka tetap mempunyai peluru-peluru pop-catchy dengan hook vokal yang dibalut oleh groove mengasyikan untuk berdansa kecil sendirian. Favorit saya adalah “Heart Desire” yang menyelipkan sedikit unsur musik Jamaika, dan membiarkan lagunya digagahi oleh permainan bass yang menari nakal ke sana-ke mari. Jelas salah satu lagu Indonesia dengan bassline terfavorit di tahun 2020 ini.
Yang tidak kalah asik adalah lagu penutup “Together” yang memberikan ruang untuk sang vokalis bernyanyi dengan suara headvoice yang meliuk asik dengan petikan gitar akustik sebelum musik penuhnya masuk dan menjadi balada penawar groove-jelimet-nan-padat yang ditawarkan sebelumnya sedari awal album No Make Up. Sehingga lagu balada ini menjadi penutup album yang sempurna.
Pada akhirnya No Make Up muncul dengan padat dan jitu. Kuartet ini terdengar matang dengan 2 vokalis/gitaris yang saling membagi porsi vokal/gitarnya dengan pas. Pilihan notasi vokalnya selain manis, sering nakal hinggap di nada miring secara tidak terduga. Dibalut permainan ritem gitar ala disko 70an, yang sesekali menyalak dengan melodi fuzz tajam yang tetap manis, juga permainan bass yang tahu kapan untuk “nakal” dan kapan harus bermain monoton menjadi penjaga gawang ketukan lagu. Siraman synthesizer pun ditempatkan sesuai porsinya. Semua itu dibalut dengan unsur vintage dan kekinian yang bisa duduk akur tanpa salah satunya terdengar dominan.
Pertanyaan terakhir adalah mengapa mini album, tidak dibuat album penuh saja? Karena album ini berisi 7 lagu dan berdurasi 24 menit. Lazimnya sebuah EP adalah berisi 4-7 lagu dan berdurasi 30 menit. Sedangkan syarat album penuh (long play/LP) adalah lebih dari 30 menit. Tanggung sekali. Harusnya Coldiac cukup pede dan memasukan No Make Up ke dalam katalog album penuh mereka.
____
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Menengok Gegap Gempita Ekosistem Musik ‘Pinggiran’ di Kulon Progo
Pinggiran, pelosok, dan jauh, sepertinya tiga kata itu mewakili Kulon Progo. Biasanya, diksi-diksi tersebut muncul dari orang-orang yang tinggal di pusat kota, pokoknya yang banyak gedung-gedung dan keramaian. Diakui atau tidak, Kulon Progo memang …
Perspektif Pekerja Seni di Single Kolaborasi Laze, A. Nayaka, dan K3bi
“Rela Pergi” menjadi single kolaborasi perdana antara Laze, A. Nayaka, dan K3bi via Sandpaper Records (29/11). Tertulis dalam siaran pers bahwa proyek yang diinisiasi sejak pertengahan 2024—usai Laze merilis DIGDAYA dan sebelum …