Resensi: Endah N Rhesa – Regenerate

Aug 5, 2019
Endah N Rhesa

Artist: Endah N Rhesa
Album: Regenerate
Label: Rei Project
Peringkat Indonesia: 7.5/10

Regenerate, penantian panjang yang terbayar

Dirilisnya Regenerate adalah pembuktian Endah N Rhesa bahwa sejatinya tugas utama musisi adalah membuat karya yang baik dan bisa menginspirasi.

Timbul kekuatiran dalam diri saya, apalagi yang bisa dikulik dari duo gitar dan bass ini. Sekian album sudah dibuat mereka, rasa-rasanya sudah semua jurus mereka telah keluarkan. Dari petikan lugas dan antemik “When You Love Someone”, kocokan ceria di “Liburan Indie” sampai liak-liuk “Silenced Island” yang gahar dan eksploratif, apalagi yang tersisa?

Namun ternyata rasa skeptis saya keliru. Di Regenerate, duo ini ternyata mengeluarkan jurus-jurus baru yang luput diterka sebelumnya. Saya mendengar seperti ada keterikatan yang kuat antara beat dan melodi. Semua instrumen, beat dan vokal terjalin mesra. Semua mengalin sesuai porsinya, tanpa ada yang ingin terdengar ‘ingin didepan’.

Di album ini pula, saya melihat kocokan-kocokan akustik mereduksi, tak ada lagi virtuoso-virtuoso akustik Endah, saya melihat ia amat begitu nyaman bermain gitar elektrik. Suara-suara petikan clean yang simpel namun mengena, dari telinga masuk ke memori saya, seperti “For a Minute” atau “I’m Good” atau balutan reggae di “Meet That Girl”, manis dan segernya ngalah-ngalahin rasa es kelapa di deket rumah.

Oiya, menyinggung gitar elektrik, pendekatan yang sangat kentara di album ini tentu saja adalah “Summertime I’m Missing You” yang jadi lagu favorit saya di album ini. Saya mendengar aksen gospel, blues dan soulnya yang penuh di sini. Lick-lick emosional Endah begitu menggetarkan, bulu kuduk sontak merinding ketika pertama kali mendengarkannya, perasaan serupa ketika saya mengingat pertama kali mendengarkan “St. Roch Blues” dari unit Americana asal New Orleans, Hurray for the Riff Raff yang punya dinamika yang serupa.

Overall, Regenerate benar-benar sukses membayar absennya Endah N Rhesa sekian tahun sejak seluas harapan. Kekangenan saya, terlebih fans mereka bisa terobati dengan mendengar album ini, baik sekadar sebagai soundtrack berkendara, dimainkan secara live di panggung-panggung bahkan sampai intens dinikmati pada saat tertentu.

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Telah Berpulang Firza Achmar Paloh SORE

Berita duka menyelimuti musik Indonesia pagi ini. Vokalis, gitaris, sekaligus penulis lagu band SORE, Firza Achmar Paloh atau dikenal Ade Paloh meninggal dunia di usia 47 tahun hari Selasa (19/03). Informasi muncul pertama kali …

Kolaborasi Musisi Indonesia dalam Single Tanah Para Nabi untuk Palestina

Sebagai bentuk respons dari kejahatan zionis Israel yang menjajah warga Palestina di Gaza, dua musisi perempuan Indonesia, Bella Fawzi dan Annisa Theresia tergerak untuk merilis sebuah karya musik berjudul “Tanah Para Nabi” hari Jumat …