Resensi: Sir Dandy – Intermediate
Artis: Sir Dandy
Album: Intermediate
Label: Lucky Me Music
Sir Dandy adalah anomali dalam khazanah musik folk Indonesia saat ini. Dan jika mengacu pada definisinya baik itu sebagai musik rakyat ataupun definisi “folk indie” jaman sekarang yaitu kopi, senja dan kerinduan, album ini membuktikan kalau Sir Dandy justru sama sekali tidak ada di kedua area tersebut. Eh sebentar, bagaimana maksudnya?
Mari kita bicarakan dulu kemunculan desainer/seniman/vokalis Teenage Death Star ini sebagai singer/songwriter di awal 2010an dengan gitar akustik. Sebelum fenomena musik folk muncul di Indonesia dan melibas tren melayu yang melanda sebelumnya, Sir Dandy sudah muncul dengan album perdananya Lesson #1. Tidak berlebihan kalau kemudian melabeli dirinya sebagai salah satu pelopor aksi solois folk Indonesia era 2000an, persis sewindu yang lalu.
Tapi jangan samakan dirinya dengan Tulus. Karena ia tidak berbicara romantisme, keindahan lirik puitis dan kemerduan suaranya. Justru sebaliknya, ia menawarkan realita kehidupan sehari-hari yang apa adanya dan dibungkus dengan lirik yang humoris dan musik yang ke sana ke sini. Uniknya semua kombinasi itu justru jadi membuatnya mempunyai bahasa sendiri untuk menyampaikan isi kepalanya. Yang di album ini kembali hadir bak sosok pengamat kehidupan perkotaan masa kini yang sudah berbalut internet dan teknologi.
Hal ini juga jadi menarik mengingat ia tidak lahir di Ibu kota. Lulusan Desain Produk Desain Itenas, Bandung ini adalah putera daerah dari kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Darah seniman Jawa Barat yang selama ini kita kenal humoris (Kang Ibing, Serieus band, Kuburan) ini pula yang agaknya membuat dirinya piawai bercerita dengan kadar humor yang tidak kira-kira. Dan lagi-lagi sang Mutiara dari Priangan Timur ini begitu lihay menangkap fenomena-fenomena ibu kota ini.
Dari lagu yang temanya sangat kini “Mudah-mudahan Rame Terus (MRT)”, kita sudah bisa menduga isi album ini. Lagu berdurasi hampir 6 menit ini separuh terakhirnya diisi oleh tanya jawab yang tidak penting antara Sir Dandy dengan Soleh Solihun. Dijamin membuat senyum-senyum sendiri. Antara lucu atau tidak lucu, tapi saking tidak lucunya sehingga membuat jadi tersenyum kecut. Dilanjutkan dengan ceritanya soal kawannya Risa Saraswati yang memiliki channel Youtube bertema mistis berjudul “Jurnal Risa”. Kejelian Sir Dandy yang bukan dari Inggris dalam mengamati fenomena sosial langsung tampak melalui liriknya,
“Kontennya tentang setan tapi tak pernah ada penampakan / oh aku heran penggemarnya bisa jutaan”
Kemudian ada tema yang sebenarnya sudah agak basi yaitu tentang film seri Game of Thrones. Tidak cukup satu, ada dua lagu. “Kisah GoT” yang liriknya tidak jelas ke sana ke sini. Lalu berikutnya “Jon Snow” yang meringkas kisah seluruh serial Game of Thrones dari season 1 hingga selesai di season 8. Namun dengan aransemen lengkap dengan gitar fuzz, vokal berdistorsi dan iringan seksi tiup, lagu ini menjadi spesial.
Lalu ada lagu yang sentimentil “Navigasi” yang liriknya tidak romantis sama sekali. Ditambah lagi vokal tamu penyanyi Chevrina Anayang (Dekat/Hondo) bernyanyi mendesah basah manja dan ultra-merdu ala penyanyi pop wanita di era 80an. Liriknya? tentang transportasi on-line.
Album ditutup dengan musikalitas puisi karya Yudishtira ANM Massardi, ayah dari Iga Massardi. Sebelumnya Sir Dandy memang diminta oleh Iga untuk terlibat dalam musikalisasi puisi ayahnya yang penyair itu.
Lalu dari sini saya menduga kalau ada unsur nepotisme yang kental di album ini. Karena album ini bertabur banyak bintang. Dari Riko Prayitno, Indra Massad, Petra Sihombing, Iga Massardi, Vincent Rompies, Christianto Ario (Kurosuke), Achi Hardjakusumah, Rizky Indrayadi, Widi Puradiredja hingga Kamga dan Chevrina Anayang semua terlibat di dalam mini album ini.
Entah apa yang Sir Dandy janjikan pada mereka. Selain jadi jadi ajang pelepasan dari rutinitas kerjaan mereka dengan musik yang mungkin sudah penuh berbagai tekanan. Tapi paling tidak Sir Dandy mengembalikan musik pada esensinya kalau bermain musik itu memang seharusnya fun.
Di akhir kata, di album yang humoris dan sangat urbanis ini kita tidak pernah tahu apakah Sir Dandy bercanda atau sebetulnya serius. Maka itu pun tidak perlu mengharapkan pertunjukan yang rapih atau rapi jali di panggungnya. Karena sekali lagi dengan lagu-lagu catchy yang jenaka ini sudah pasti mengundang semua orang untuk bernyanyi bersama.
Ayo semuanya mari bernyanyi!
“Jo jo jo jo, Jon Snow. Aha ha ha ha ha.. Haram..”
____
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
5 Band Punk Indonesia Favorit MCPR
Dalam perhelatan Festival 76 Indonesia Adalah Kita di Solo, kami menemui band punk-rock asal tuan rumah, MCPR sebagai salah satu penampil untuk mengajukan pertanyaan soal pilihan 5 band punk Indonesia favorit mereka. Sebelum membahas …
Fraksi Penemu Sepeda Bercerita tentang Hobi di Single Gocapan
Setelah merilis single “Olahgaya” 2023 lalu, Fraksi Penemu Sepeda asal Bogor resmi meluncurkan karya terbaru berupa single dalam tajuk “Gocapan” hari Rabu (23/10). Lagu ini menceritakan serunya pengalaman bersepeda sambil mencari sarapan pagi. …
[…] dari barang-barang memorable milik nama-nama yang sudah tidak asing lagi. Sebut saja Pamungkas, Sir Dandy, MALIQ & D’Essentials, Wahyu Acum (Bangkutaman), dan Anto Arief […]